1 - 4 (Yang Bersinar Yang Hilang)
Perasaan pusing dan mual tiba – tiba kurasakan, serta tubuh yang terasa terombang – ambing. Kejadian yang mirip ketika 'ketindihan' namun dalam posisi berdiri.
"Kak! Kakak!"
Seseorang menarik narik ujung bajuku, awalnya ringan namun lama kelamaan semakin kuat. Hingga kuyakin bajuku bisa saja robek dengan bekas yang panjang.
Aku tersadar begitu pipiku terkena lemparan bola es, begitu aku menoleh bintang bertelinga kelinci menatapku khawatir.
"Kakak tidak apa – apa?" tanyanya
Aku menggeleng sebagai jawaban, masih cukup shok dengan apa yang kualami barusan. Aku melihat sekeliling, semua masih berjalan dengan seperti biasa, tidak ada yang aneh.
Bintang bertelinga kelinci masih menatapku, seolah meragukan gelengan kepalaku.
"Sudah tidak apa – apa, kakak hanya lelah sedikit," kataku, berjongkok di depannya sambil mengelus kepalanya.
Bintang bertelinga kelinci lalu memelukku, "Kukira kakak akan menghilang,"
"Menghilang?"
"Iya, kadang – kadang aku melihatnya,"
"Mereka hilang begitu saja?" tanyaku sekali lagi, sejujurnya aku sedikit takut dengan ucapan Bintang bertelinga kelinci.
"Um! Tapi untungnya kakak tidak menghilang begitu saja!aku senang!"
Ya,aku sendiri juga senang, kalau aku memang menghilag tadi aku tidak tau apakah aku hanya sekedar menghilang lalu muncul di suatu tempat, atau memang menghilang dan 'lenyap'.
Membayangkannya saja membuatku merinding.
"Bagaimana kalau kita minum sesuatu?"ajakku
"Yup!"
Bintang kecil melompat padaku, aku sigap menggendongnya ke dalam pelukkan.
"Hehe..." kekeh Bintang bertelinga kelinci, ia memeluk leherku sambil meletakkan kepalanya di bahuku.
Bola yang ia pegang terjatuh jauh, namun bola itu kembali mendekat pada kami. Jadi kemana pun kami berjalan, bola itu akan selalu mengikuti kami.
Kami berjalan mengelilingi kota, terkadang kami berhenti untuk memperhatikan bunga – bunga yang bergoyang akibat seekor burung yang mengamen, atau sekedar melihat berbagai macam bangunan yang memiliki desain yang unik dan indah.
Suara sirine mobil memekakkan telinga, lalu sebuah bangunan tiga lantai yang ada di dekat kami tiba – tiba saja terbakar. Api tersebut membesar dengan terlalu cepat.
Namun tidak ada satu pun orang – orang disekitar yang tampak panik, mereka hanya menghindari bangunan tersebut. Mobil pemadam kebakaran pun datang, mereka mulai menyelamatkan orang – orang yang berada di dalam gedung.
"Kenapa kak?" tanya Bintang kecil saat aku menghentikan langkah
"Ada kebakaran disana," ucapku cemas, semoga tidak ada korban jiwa dari musibah itu.
Kalau saja aku bisa, aku akan masuk ke dalam gedung tersebut berperan sebagai seorang heroic yang menyelamatkan orang – orang yang membutuhkan pertolongan di dalam gedung.
Namun aku juga tahu, kalau aku bukanlah superman yang tahan banting, atau ironman yang punya baju besi yang kuat.
Kalau aku berlarian ke sana dan berusaha menyelamatkan yang ada di dalam gedung itu hanya akan jadi sia – sia saja.
Karena satu, aku sedang tidak berada di lokasi kejadian, sekalipun aku berlarian kesana itu hanya menghabiskan waktu, dan yang keduaaku sama sekali tidak memiliki pengalaman dan kemampuan yang terlatih seperti para petugas damkar, jika aku gegabah aku hanya akan mempersulit kerja mereka.
Menjadi pahlawan memang tugas yang mulia, namun aku harus berpikir jernih sebelum menyelamarkan orang.
Namun hanya satu yang menganal di kepalaku.
Tingkah 'orang – orang' yang berada sangat dekat dengan kejadian tidak sedikit pun terpengaruh.
Tidak ada yang berteriak, tidak ada yang histeris, tidak ada lingkaran penasaran, dan tidak ada juga wartawan atau orang – orang yang menonton kebakaran.
Mereka hanya menjaga jarak agar tidak terkena apinya atau tertimpa reruntuhan rumah akubat dilalap si jago merah.
Aku menonton peristiwa kebakaran itu sampai selesai, karena memang tidak memerlukan watu yang lama untuk mengeluarkan orang – orang yang ada di dalam serta memadamkan api.
Begitu menyelesaikan tugasnya, pemadam kebakaran lalu pergi dari tempat itu. Lalu jalanan kembali seperti sedia kala, meski bangunan tersebut terlihat menghitam dan beberapa bagian yang rusak akibat kebakaran.
"Kakak suka sama bangunan itu?" tanya Bintang kecil bertelinga kelinci sambil memantul- mantulkan bolanya.
"E-eh? Enggak,kenapa?" ucapku sprontan
"Soalnya kakak terus melihatnya, aku jadi penasaran mungkin kakak menyukainya,"
"Enggak, enggak, kakak hanya kaget karena baru pertama kali melihat kebakaran disini,"
"Hoo... tapi aku sudah lumayan sering melihat kebakaran disini, mungkin hm.... 10 kali?"
"Se-sepuluh?!"
"Iya, aku sering melihatrumah itu, itu, dan itu kebakaran," kata Bintang kecil berteliga kelincisambil menunjuk bangunan yang baru saja kebakaran, lalu gedung yang berada di sebelahnya, dan sebuah gedung yang berada persis di samping kami.
Pemilik gedung harus benar benar bekerja dengan keras memperbaiki bangunan dan menyingkirkan hal hal yang dapat menimbulan kebakaran, jangan sampai kejadian yang sama terulang kembali, apalai pada gedung yang sama.
Kami lalu melanjutkan perjalan menuju ke sebuah minimarket yang berada di sekitar sana.
Bintang kecil berteling kelinci berkeliling dan mengambil beberapa makanan yang disukainya, sedangkan aku melihat – lihat apa yang berada di rak. Aku juga memperhatikan perilaku pengunjung minimarket. Kebanyakan dari mereka hanya berjalan – jalan saja, kadang ada yang mengambil salah satu barang. Iya mengambil, karena ia sama sekali tidak membayarnya di kasir.
Mereka melakukannya seolah – olah itu adalah hal yang biasa.
Seseorang menyenggolku ketika mengambil salah satu minuman kaleng, hingga menyebabkan minuman tersebut jatuh dan aku harus mengambilnya.
'Kenapa kamu ada disini?'
Aku langsung berdiri dan melihat sekitar, namun aku tidak menemukan siapapun.
Suara itu memang terasa asing, namun entah mengapa aku merasa bahwa aku juga merindukannya.
"Kakak! Kakak sudah selesai?"
Bintang bertelinga kecil datang dengan membawa beberapa camilan, disekitar mulutnya juga terdpat sisa – sisa coklat yang mungkin ia makan sebelumnya.
"Sudah," jawabku, lalu mengelap bibirnya yang kotor menggunakan tisu basah.
Kami lalu pergi dari mini market tersebut, sepanjang perjalanan Bintang kecil bertelinga kelinci menceritakan banyak pengalaman yang pernah dilaluinya. Mulai dari menaiki perahu yang bisa terbang, lalu bermain bersama burung merpati yang bisa memantul – mantul mirip bola, serta bagaimana asiknya melihat kembang api di dalam ruangan.
"....Paling bagus kembang api berwarna merah dan berbentuk bunga!..."
"Aku suka kembang api bentuknya bunga dan besar!"
Eh?
Ketika Bintang kecil bertelinga kelinci mengatakan itu, suaranya tumpang tindih dengan suara anak lain yang asing.
Sepertinya aku kembali berhalusinasi, aku menggelengkan kepala mungkin karena terlalu haus tadi aku jadi kurang fokus.
"Kakak kenapa?" tanya Bintang kecil bertelinga kelinci
"Tidak apa – apa, mungkin kakak terlalu kehausan jadi minum sekaleng nggak cukup jadi kurang fokus," jawabku panjang lebar
"Haus? Kakak haus?" tanyanya dengan kepala yang dimiringkan, "Aneh,"
"Kenapa aneh?" tanyaku, aku jadi merasa bersalah karena terlalu berkata panjang lebar, mungkin ia tidak mengerti dengan apa yang kukatakan.
"Nggak tau," jawabnya lugu.
"..."
Bintang kecil bertelinga kelinci lalu melempar kerikil ke arah sungai, lalu muncul dua ekor ikan yang melompat keluar dari air.
"Wah! bagus banget!" ucap bintang kecil lalu berlarian turun menuju ke sungai.
"He-hei! Berhenti!" teriakku, mencegahnya untuk masuk ke dalam sungai.
Bruk!
Bintang kecil bertelinga kelinci berhenti, kakiku menginjak sesuatu yang licin menyebabkan aku jatuh terguling.
Byur!
Air yang dingin langsung menyentuh kulitku.
"Puah!"
Aku langsung berdiri, air di sungai tempatku mendarat masih sebatas betis mungkin karena masih berada di tepian, sebagian bajuku basah dan kotor.
"Pfft!"
Aku langsung menoleh ke kiri atas, lebih tepatnya ke jembatan. Disana berdiri seorang gadis yang menatapku dengan geli. Saat mata kami bertatapan gadis itu berjalan pergi.
"Hei! Tunggu!"
Aku berlari dengan tergesah menuju ke jembatan untuk menghampirinya. Namun begitu aku menginjakkan kaki disana, gadis itu telah menghilang.
Dia tidak terlihat seperti orang – orang, dia memiliki penampilan yang sama denganku, seperti manusia. Melihatnya yang menghilang membuat dadaku terasa sesak tiba – tiba,
Kenapa?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top