(8). Dear Anak Bahasa - 2
Sebelumnya, aku sudah sedikit mengulik tentang anak Bahasa. Masih banyak yang ingin aku ungkapkan tentang mereka, karena itu aku membuatnya menjadi dua part saja karena jika satu part, terlalu panjang.
***
Kami pernah perang dingin dengan kelas Bahasa. Mungkin perang dingin terlalu berat, tetapi aku bingung menyebutnya apa! Karena kami bertengkar, tetapi tidak seperti sedang bertengkar.
Kala itu, anak bahasa membuat tempat pensil yang terbuat dari kain katun untuk bahan Prakarya dan Kewirausahaan mereka. Kala itu, wali kelasku sedikit tertarik dengan tempat pensil buatan mereka. Karena penasaran, wali kelasku bertanya pada mereka bagaimana cara membuat tempat pensil itu.
Lalu, wali kelas kami membagi ilmunya itu kepada kelompok temanku. Karena mereka memang ditugaskan untuk membuat kerajinan. Awalnya kami tidak tahu apa-apa, tetapi saat tempat pensil itu sudah di taruh ditempat bazar, aku dan yang lainnya melihat bahwa benda yang akan kami jual sudah terlebih dahulu ada.
Kami sudah mengira bahwa itu adalah milik anak bahasa, dan tentu saja benar itu milik anak bahasa. Bukankah persaingan itu sudah biasa? Karena itu, kami tidak mundur untuk menjajakan dagangan kami. Kami justru lebih aktif menjual dagangan kami hanya untuk bersaing dengan anak bahasa.
Tentu saja anak bahasa marah, mereka marah karena karya mereka dijiplak dengan begitu mudahnya. Tapi, tempat pensil seperti ini sudah banyak tutorialnya di Youtube, jadi kami tidak merasa bersalah dong... untuk bersaing dengan anak bahasa. Kalian saja yang terlalu berlebihan.
Aku tidak tahu bagaimana perasaan kalian
yang sebenarnya. Namun aku tahu, rasanya karyamu diambil oleh orang begitu saja, tidak enak bukan?
Sudah cukup rasanya membahas kelas bahasa yang satu angkatan. Sekarang aku akan membahas bagaimana kakak kelas jurusan Bahasa itu.
Mereka adalah kakak kelas yang paling menyebalkan! Seburuk-buruknya anak Ips, lebih buruk kakak kelas anak Bahasa. Kalian tahu mengapa? Banyak sekali kakak kelas bahasa yang terlalu sinis menatap kami.
Ini bukan hanya sekadar dari pandanganku saja, melainkan orang lain juga mengatakannya demikian. Mereka sangat pelit sekali memberikan senyuman pada kami. Ketika upacara saja, mereka selalu menyoraki atau memarahi kami paling lantang! Sungguh menyebalkan.
Mereka juga sangat buruk dalam hal sosialisasi, mereka juga tidak memiliki sikap yang baik kepada kami anak-anak Ips. Misalnya saja seperti kala itu,
Salah satu kakak kelas bahasa, menitipkan surat kepada saudaranya yang tak lain adalah temanku. Kala itu, dia memintaku untuk mengantar memberikan surat kepada anak bahasa. Aku setuju-setuju saja, karena aku sedang luang kala itu.
Saat kami sampai didepan kelas mereka, mereka sedang tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang mereka tertawakan, namun saat temanku memanggil salah satu orang yang sedang tertawa, mukanya masam.
"Kak, ini surat--"
"Raka ya?" Selanya sembari mengambil surat dari gengaman tangan temanku.
Kami hanya tersenyum hambar, lalu pergi meninggalkan kelas menyebalkan itu. Kalian sudah tahukan apa yang kami lakukan kala itu? Tentu saja bergunjing. Padahal hanya memberikan surat saja, setidaknya tersenyumlah sedikit.
Dear anak bahasa :
Kalian itu hanya kaum minoritas, meskipun prestasi kalian banyak, tetap saja prestasi anak Ips lebih banyak. Apalagi jika disandingkan dengan anak Ipa.
Meskipun kalian hanya satu kelas, cobalah bersosialisasi dengan kami! Jangan memandang kami seperti itu, bagaimana jika saat menatap kami sinis, Tuhan tidak mengembalikan mata kalian seperti biasa lagi? Tentu saja kalian tidak mau kan?
Dear anak bahasa, aku salut dengan kemampuan kalian. Tanpa kalian, sekolahku tidak akan menerbitkan buku yang bagus, tanpa kalian tidak akan ada yang berbicara bahasa Inggris di kantin lagi.
Dear anak bahasa, berhentilah memandang kami lemah! Karena pada kenyataannya kalian terkadang sedikit dilupakan.
Tbc...
Sedikit spoiler, next part aku bakal bikin sesuatu tentang contek mencontek, See you...
Rabu,30 januari 2019 oleh Mikurinrin_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top