(21). Kodok kok julid?

"Woy! Gurunya gak ada guys. Ngerangkum bab  bagian Stratifikasi Sosial, nanti dikumpulin!" teriak KM ketika baru kembali dari ruang guru.

"BACOT!" jawab teman satu kelas kala itu.

"Ini jamkos 8 jam pasti, soalnya udah ini gurunya juga pasti gak ada," kata salah satu temanku.

"Menyesal aing sekolah." Orin bergumam.

Kami semua mengerjakan tugas dengan terpaksa. Akhirnya selesai juga.

Setelahnya, KM juga mengatakan, sastra inggris kerjakan saja halaman 30.

Karena malas mengerjakan tugas tersebut, kami berkumpul membentuk lingkaran di salah satu bangku temanku. Kami mendorong kursi masing-masing dan bergosip ria.

Maklum anak ciwi sukanya gibah:v

Si Tedi datang, dia senyum-senyum sendiri sambil menyembunyikan tangannya di belakang. Ia cengegesan, lalu akhirnya menunjukan kodok pada, kami perempuan yang sedang bergosip ria.

"AAAAAAA!"

"OY BACOT AWASIN KODOK!"

"WOY AING TAKUT KODOK."

"AAA"

Seketika kelas histeris. Semua panik berhamburan keliling kelas, dan Tedi dengan lincahnya mengejar-ngejar kami.

Kelas kami emang sudah seperti kebun binatang, kodok, lebah, semut, serangga, itu sudah biasa. Bahkan, kucing melahirkan? Kelas kami pernah jadi tempat persalinan si kucing.

Setelah cape dengan si kodok, akhirnya kami pun berdiskusi satu kelas.

"Woy, selanjutnya pelajaran Sunda. Julidin guru, yu!"

Kami semua mengangguk setuju.

Kodok itu, kami simpan di kolong meja guru. Dan beberapa menit kemudian, guru sunda masuk. Ia menenteng buku-buku di tangannya.

Setelah ia duduk, kami semua ketawa-ketawa garing. Guru itu pun, menjelaskan dan mengajari kami cara menulis aksara sunda ngalagena.

Pelajarannya emang tidak boring. Tapi, gurunya tegas, buat kami males banget buat belajar ahaha... maaf ya:v

Tapi, kami mengikuti pembelajaran beliau dengan baik, kok. Tenang saja.

Saat bapak tengah menulis aksara sunda, yang seperti angka-7, tiba-tiba lebah datang.

Ngngngng...

Suara dengungannya, begitu menghantam telinga. Kami semua panik, berlindung.

Guru kami mengambil buku yang berada di sampingnya, buku salah satu temanku. Ia lempar buku itu ke si-lebah yang sedang terbang.

Pukulannya begitu meleset. Akhirnya, pertarungan bapak vs lebah dimulai!

3-0 di babak pertama. Karena, si lebah berhasil menghindar.

Kemudian, di babak kedua, bapak mengambil tempat pensil yang agak tebal, beliau lemparkan pula ke arah lebah.

Dan 1-0 di babak kedua!

Amazing bukan?

Akhirnya, setelah berperang dengan lebah, bapak melanjutkan pelajarannya. Kami kembali boring!

Dengan menahan rasa kantuk yang tak kuasa, kami terpaksa mengikuti pembelajaran dan pidato panjangnya pada kami.

Bapak kembali duduk setelah berpidato. Tiba-tiba, si kodok keluar dari kolong bangku. Si bapak terperanjat kaget. Ia segera kabur dari tempat duduknya, dan berdiri di dekat papan tulis.

Seluruh murid, bukannya berteriak histeris, melainkan tertawa sekencang-kencangnya karena tak kuasa menahan tawa. Bapak memerintahkan Tedi, yang sedang dihukum karena tidak mengerjakan tugas, untuk mengambil kodok tersebut dan membuangnya.

Alhasil ia terbebas dari hukuman yang melanda. Sungguh pemberani dan julidnya si Tedi.

Tet...tet...tet...tet...tet!

Bel pulang lima kali berbunyi, pertanda waktunya pulang. Kami pun berdo'a bersama, merapikan tas dan meja, lalu pergi keluar.

Tidak sampai di situ, nasib si kodok, si Tedi malah menakut-nakutinya pada kelas lain. Kami pun tertawa, melihat ekspresi anak kelas lain ketakutan dan menjerit-jerit saat kodok disodorkan pada mereka.

Karena kejadian itu, Tedi diputuskan pacarnya;)

•••

Jumat, 3 mei 2019 oleh mikurinrin_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top