PROLOG
Apakah kamu juga akan sesakit ini bila menjadi aku?
Ataukah hanya aku? Yang masih terus mencintai dirimu walau jarak telah mengabarkan kepergianmu.
● Hatimu dimana Kini? ●
Sinar matahari pagi menyorot dari balik tirai kamarnya. Mencoba gigih menembus jendela, membentuk bayang pada dinding abu-abu dari celah tirai cream bercorak maple. Suara kicau burung nyaring membentuk Kur. Ranting pohon didepan jendela mengetuk pelan kaca yang masih ditutup rapat penghuninya. Bodohnya gadis itu masih tidak ingin bangun.
Bagi sebagian orang pagi adalah surga, tidak bagi wanita tersebut ia menganggap pagi adalah cobaan, tak heran jarang sekali orang menemukan ia bangun awal lalu beraktivitas selayaknya orang biasa, mustahil.
Ia bernama Sena Ayudia, anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya bernama; Seto Adam Arkana. Keduanya tinggal di Bandung, bersekolah di Bandung, lahir di Bandung, dan jangan lupa ia bernapas juga di Bandung.
Pukul 06.00 a.m
Jam sudah menunjukkan angka kesekian, dan ya gadis itu masih terlelap dibalik selimut bercorak polkadot hitam putih, tubuhnya benar-benar tidak ingin beranjak sejengkal pun dari tempatnya.
"Sena, kamu tidak bangun?!"
"Ya! ini masih sisiran!"
Suara teriakan seseorang dari balik pintu, menyirnakan, menghentikan, membuyarkan, mimpi indah, tidak baginya mimpi buruk Sena tentang seseorang di masa lalu-nya.
Ia menepis pernyataan bahwa dirinya baik-baik saja, ya baik jika tak mengingat laki-laki itu
Kakinya beranjak mendekati jendela, ia duduk termenung pada sebuah kursi. Disandarkan kepalanya pada daun jendela, beberapa embun tampak bergelayutan, matanya menatap kosong kepada embun - embun yang mulai berguguran beberapa sekian detik kemudian. Hawa dingin menembus piama pink yang kini dikenakan, tangannya menggenggam sebuah pena yang entah dari mana bibit bobot-nya.
Dear Rama Aditya
Ingatkah pertemuan kita kala itu? Pada Musim Hujan Bulan Desember.
Kau menggenggam tanganku, mengatakan segala perkataan yang membuatku percaya bahwa denganmu, selamanya.
Menyatakan pernyataan cinta dibalik siluet senja berpadu dengan hujan yang masih gigih menetes.
Seluruh semesta menyaksikan haru pertemuan itu.
Hingga pada Senja yang sama kamu membuatku percaya bahwa luka itu ada.
Hingga pada hujan yang sama kau meluruhkan harapan bahwa denganmu adalah keabadian.
Dan pada akhirnya hari itu, kau mengakhiri segala damba yang telah menggebu hebatnya.
Memutuskan segalanya dengan damai meski hatiku tak rela untuk lerai.
Melepas genggamanku yang erat tak ingin tersekat.
Begitu saja. .
Kau menumbuhkan harapan
Lalu kau juga yang menghancurkan.
-Dari aku, sepenggal kisah masa lalumu yang menunggu untuk temu.
Bandung, Desember 2017
Hai, semoga kalian suka dengan ceritanya :)
Ini first storyku jadi mohon bantuan koreksinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top