[3]

Happy Reading

Biasakan jadi pembaca yang bijak:)

Sena memasuki ruang kosong sambil membawa lilin yang ada di tangan kirinya. Terlihat ruangan itu sangat gelap di tambah debu bertebaran dimana-mana tapi satu hal yang menarik dari ruang kosong tersebut kursi single yang berada di tengah ruang tersebut yang mencolok.

Terdapat meja di sampingnya dan lilin yang tetap menyala. Sena melangkah lalu duduk di kursi tersebut. "Aulfa," guman Sena menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Tak berapa lama derap langkah mulai mendekat, sorot cahaya merambak lurus kearah Sana.

"Sena!!" terkejutnya melihat Sena yang juga mentapnya.

"Lo ngapain disini?!" tanya nya membuat Sena beranjak dan mendekatinya.

"Seharusnya gue yang tanya sama lo AULFA ngapaim lo ke sini?!" tanya Sena sengaja menekan kata AULFA sang pemilik nama tersebut.

Sedangkam orang yang bernama Aulfa tersebut cuman diam sambil menatap Sena tajam. Sena menghebuskan napas kasar kemudian keluar dari ruangan tersebut dan di ikuti oleh Aulfa.

"Kubur rencana balas dendam lo itu!" tekan Aulfa dari belakang membuat Sena berhenti.

"Nggak akan mudah sebelum semua terbalas," ujar Sena melanjutkan jalannya tampa menoleh sedikit pun ke arah Aulfa.

"Setidaknya jadi Sena yang dulu gadis polos, bukan Sena seorang iblis seperti ini."

Sena tetap melanjutakn jalannya tampa mempedulikan ocehan Aulfa di belakanganya. Setelah melewati lorong yang gelap dan ditambah sempit, Sena langsung mencari cafe yang berada di dekat gedung tua tersebut.

Sena mencari salah satu bangku kosong untuk di tempati, Sena melangkah ke pojok Cafe yang dekat dengan jendela besar yang memperlihatkan kendaraan yang berlalu lalang di luar sana.

"Sena," panggil seseorang membuat tergelonjak kaget. Sena mengerjabkan matanya beberapa kali melihat siap yang berada di hadapannya sekarang ini.

Ray nama yang terlintas di otaknya saat ini. "Sendirian?" tanyanya membuat Sena menatap bingung ke arahnya.

Ray terkekeh melihat ke polosan Sena. "Udah lama?" tanya nya sekali lagi. Sena cuman menjawab dengan anggukan kepala kemudian menggeleng kecil.

Ray yang cukup paham akan isyarat itu cuman mengangguk kecil sambil tersenyum ke arah Sena. "Hmm. Kak Ray sendirian?" tanya Sena menatap kerah jalannan bukan ke arah Ray.

Ray tersenyum kemudian mengangguk lalu menggeleng kecil. Sena menatap Rey, kemudian mengerjabkan matanya beberapa kali.

"Hah?"

Lagi-lagi Ray tersenyum geli. "Cuman sendirian," jawab Rey sambil menoleh ke arah jendela. Terlihahat sang surya yang mulai malu-malu menampakan cahaya dan terbenam beriringan ke gelapan.

Sena menatap tajam ke arah Aulfa yang memerhatikannya dari luar. Nampak dia memberi isyarat walau dengan gerakan mulit tapi cukup membuat Sena mengerti. Cukup lama Sena diam sambil menatap ke arah luar hingga keheninggan tersebut terpecah karena suara seseorang mengagetkan mereka.

"Bwahaha."

Tawa Daffa menggema didalam cafe tersebut hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian karena ulang Daffa.

Sena menatap tajam ke arah Daffa kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Kak Rey aku duluan," ujarnya melangkah meninggalkan tempat tersebut.

Daffa yang melihat ke pergian Sena cuman melongong nggak ada angin nggak ada hujan nggak ada petir membuatnya menatap prihatin dirinya yang nggak dianggap sedikitpun, nasib emang:(

Daffa menatap Ray datar kemudian melangkah dari sana mencari meja kosong lainnya. Ray cuman tersenyum kecil kemudian mulai memesan makanan.

Setelah keluar dari cafe tersebut Sena tidak menghampiri Aulfa tapi dia memilih pergi ke tempat pemakaman umum(TPU)  yang tidak jauh dari tempat dia berada sekarang.

***

Dengan langkah pasti Sena memasukin TPU tersebut sambil membawa bunga lilin yang menjadi ke sukaannya. Dia melirik keseluruh sisi TPU yang sudah sepi lantaran hari hampir magrib.

Sena berjongkok dihadapan makan yang bernisan Stella Andreana lalu meletakkan bunga lilin yang dia bawa tersebut, cukup lama dia terdiam memandang makam itu dengan pandangan kosong.

"Maaf." kata itu meluncur saja dari mulut Sena. Entah berapa kali dia mengucapkan kata yang sama dimakam yang sama.

Sena menatap datar makam tersebut sebelum meninggalkan tampa ada sepatah katapun.

Sena tidak langsung pulang melainkan dia pergi ke danau, tempat dimana semua kenangan terukir abadi tampa tangis. Sudah dua tahun lebih dia tidak pernah menginjakan kaki ditempat tersebut dengan alasan 'nggak suka alam' padahal ada alasan yang begitu menyakitkan untuk diutarakan.

Semuanya tak banyak berubah masih seperti dulu, tapi kenangan dulu yang tak akan pernah terulang kembali.

"Maaf, gue ingkar janji," gumannya.

Sena kenapa?
Kok jadi beda gitu
Senaaa kenapa berubah....?

Berubah jadi supermen aja kali ya. Wkwk

Jangan lupa Vote, Comen, and Shere
Thanks you gaeessss





















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top