21. Saranghae


Arnand mengecek gawai setelah melayani pelanggan terakhir. Keningnya lantas mengerut ketika melihat chat dari Didik.

Bagaimana kabar jodohku? Dia baik-baik aja kan? Lusa aku mau nemuin dia.

"Hyung, ayo makan."

Ji Sung datang sebelum Arnand sempat membalas pesan Didik. Pemuda bermata sipit itu langsung merangkul Arnand menuju mobil. Karena merasa lapar, Arnand tidak menolak.

"Bagaimana So Hyeon menurut Hyung?" tanya Ji Sung setelah duduk di balik kemudi.

"Maksudnya?"

Ji Sung tersenyum lebar. "Aku akan melamar So Hyeon."

"Melamar So Heyon? Kapan?"

"Hari ini."

Arnand tidak bisa berkata apa-apa. Bukan hanya kerena Didik, tapi ia merasa ada yang salah dengan hatinya. Mendengar Ji Sung akan melamar So Hyeon, dadanya berdetak kencang seolah tak terima.

"Aku mau minta bantuan, Hyung."

"Ya ... jika aku bisa, aku akan bantu."

"Terima kasih, Hyung. Sekarang kita makan dulu."

Arnand tersenyum getir. Perasaan yang baru saja bersemi terpaksa harus dikubur. Ia sudah tahu jika akan begini sejak awal. Kedekatan Ji Sung dan So Hyeon jelas bukan hanya hubungan persahabatan. Namun, perasaan itu tumbuh begitu saja tanpa bisa dikendalikan.

Patah hati kali ini terasa berbeda. Bukan saja hanya karena perasaan itu baru tumbuh, tapi juga Arnand merasa tidak terlalu berharap. Yang terpenting untuknya sekarang adalah berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Soal jodoh urusan nanti.

Namun, ternyata permintaan Ji Sung sungguh di luar dugaan Arnand. Pemuda yang telah dianggapnya sahabat itu meminta untuk membacakan puisi untuk So Hyeon. Ini sesuatu yang tak pernah dilakukan Arnand sebelumnya.

"Kenapa aku merasa lebih baik mati, ya?" kata Arnand begitu turun dari mobil.

"Sudah, Hyung. Hyung tidak akan mati cuma karena membaca beberapa kalimat." Ji Sung merangkul Arnand dan buru-buru masuk ke restoran.

Rencananya, setelah makan Jisung akan menyiapkan beberapa hal untuk nanti malam. Ia tidak ingin menyatakan cinta dengan cara yang sederhana. Akan ia buat seistimewa mungkin hingga tidak akan dilupakan So Hyeon.

"Di mana kamu akan menyatakan cinta pada So Hyeon? Di tokomu, di tokonya, atau di rumah?"

Ji Sung tertawa mendengar pertanyaan Arnand. "Jangan bercanda, Hyung. Aku akan buat malam ini jadi malam yang spesial. Jadi, aku akan menyatakan cintaku di Namsan Tower."

"Kamu serius?"

Tanpa ragu, Ji Sung langsung mengangguk.

"Bagaimana kamu akan mengajak So Hyeon ke sana?"

"Aku sudah kirim chat agar dia datang ke sana. Alasannya untuk membawa Kak Lyra jalan-jalan."

"Lyra?"

Ji Sung mengangguk. "Sudah, Hyung. Tidak usah dipikirkan. Semua akan berjalan lancar malam ini," ucapnya, menepuk punggung Arnand.

***

Hingga saat yang dinantikan tiba, Arnand masih belum bisa tenang. Ia beberapa kali berdecak kesal karena seseorang yang dianggapnya sahabat selalu merepotkan. Kemarin Didik, sekarang Ji Sung. Benar-benar menyebalkan.

"Hyung, mereka sudah di atas?" tanya Ji Sung yang datang menghampiri Arnand.

Arnand tidak menjawab, matanya fokus menatap Ji Sung dari ujung kepala hingga ujung kaki. Malam ini penampilan Ji Sung sangat berbeda. Biasanya Arnand selalu melihat pemuda itu dengan poni, tapi sekarang rambut Ji Sung dibuat klimis. Perpaduan jas hitam, dasi kupu-kupu berwarna merah, dan sepatu yang mengilap, pasti membuat setiap gadis yang melihat terpesona.

"Sekarang, Hyung naik duluan. Bacakan puisi yang sudah kutulis. Nanti aku akan muncul begitu Hyung selesai membaca kalimat terakhir."

"Kenapa tidak kamu bacakan aja sendiri."

"Ayolah, Hyung. Aku ingin membuat malam ini spesial untuk So Hyeon."

Arnand menarik napas. Ia berbalik dan segera naik. Di setiap langkahnya, helaan napas terdengar berat.

Siapa yang ingin menyatakan cinta, siapa yang repot?

"Arnand? Kamu tidak ganti baju dulu, baru ke sini?" tanya Lyra yang pertama kali melihatnya tiba.

Arnand tidak memedulikan Lyra karena ia malas berurusan dengan gadis itu. Ia terus berjalan hingga jaraknya dengan So Hyeon hanya beberapa langkah. Kemudian, perlahan dikeluarkannya secarik kertas dari saku.


Cahaya dalam hidupku sudah lama padam

Kakiku melangkah setiap waktu tanpa arah dan tujuan

Sering kuingin berhenti dan mengakhiri semua

Karena aku merasa semua terasa berat

Namun, kamu hadir

Membawa lentera dengan cahaya yang indah

Kamu mengajakku keluar dari kegelapan

Menarik tanganku untuk terus berjalan dan tidak menyerah

Perhatianmu menggetarkan hatiku

Hingga tanpa kusadari ada rasa yang tumbuh

Sekarang, aku ingin melepas topeng persahabatan yang kukenakan

Aku ingin menunjukkan isi hatiku sebenarnya.


Arnand menelan saliva. Ia merasa dibohongi oleh Ji Sung. Yang dibacakannya bukan puisi, melainkan isi hati pemuda itu langsung.


Aku memang bukan imam yang terbaik

Tapi, aku berjanji akan selalu menggenggam tanganmu menuju surga-Nya.

So Hyeon-ah, saranghae (So Hyeon, aku cinta kamu)

Narang gyeor-hon hallae? (Maukah kamu menikah denganku?


So Hyeon yang tidak tahu apa-apa, tetap bergeming. Ia bingung kenapa tiba-tiba Arnand menyatakan cinta padanya. Padahal, selama mengenal pemuda itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau akan ada kejadian seperti ini.

Saat Arnand mengalihkan tatapan dari kertas yang dibaca, So Hyeon lantas merasakan hal yang aneh. Ada debar yang sulit dijelaskan ketika matanya bertemu pandang dengan Arnand. Ia merasakan detak jantungnya berpacu hingga tanpa sadar bulir keringat membasahi pelipis.

"Aa, aku—"

Suara petikan gitar menghentikan ucapan So Hyeon. Tatapan gadis itu beralih pada Ji Sung yang perlahan mendekat. Matanya terbuka lebar ketika melihat penampilan Ji Sung yang sangat rapi.

Langkah Ji Sung diiringi oleh lagu You Are My Everything yang dipopulerkan oleh Gummy. Meski tidak dengan suara yang bagus, tapi siapa pun pasti tahu ketulusan pemuda itu.

Tempat Arnand berdiri sekarang sudah digantikan Ji Sung. Setelah selesai bernyanyi, Ji Sung meletakkan gitar, lalu mengambil sesuatu dari saku.

"Tidak," ujar So Hyeon spontan ketika Ji Sung berlutut di depannya.

"So Hyeon-ah, saranghae. Narang gyeor-hon hallae?" Ji Sung mengulang kalimat terakhir yang dibacakan Arnand. Ia kemudian mengulurkan cincin untuk dimasukkan ke jari manis So Hyeon.

Setelah melihat apa yang dilakukan Ji Sung, So Hyeon akhirnya mengerti. Bukan Arnand yang menyatakan cinta padanya, melainkan pemuda yang telah menjadi sahabatnya sejak lama.

"Ji Sung Oppa, ini bercanda, 'kan?"

"Tidak. Aku serius. Sangat serius."

So Hyeon menggeleng. "Kumohon, berdiri sekarang. Jangan buat aku merasa tidak enak."

"Aku tidak akan berdiri sampai kamu memutuskan menerima cincin ini atau membuangnya."

So Hyeon menatap Lyra dan Arnand bergantian. Namun, keduanya malah berpaling. Kemudian, tatapan So Hyeon beraiih pada gembok-gembok di sekeliling.

Ia sangat bingung harus menjawab apa. Selama ini, ia sudah menganggap Ji Sung sebagai saudara. Ia tidak menyangka Ji Sung memiliki perasaan seperti itu padanya. Tidak, ia sudah tahu Ji Sung menyukainya, tapi ia yang mengabaikan hal itu selama ini. So Hyeon sendiri pernah mengagumi Ji Sung. Tetapi akhir-akhir ini perasaan itu berubah begitu saja. Perasaan itu memudar karena seseorang.

***

Lebih milih mana? So Hyeon sama Ji Sung atau So Hyeon sama Arnand?

Tulisan ini sistemnya langsung posting, ya. Belum sempat diedit. Kalau sudah selesai, baru akan diedit sekaligus.

Untuk yang berkenan menyampaikan kritik dan saran, silakan ke :

- IG : sahrialpratama1777

- FB : Sahrial Pratama

Terima kasih sudah berkenan membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top