11. Kesempatan Kedua


🌺🌻🌹🌷🌺🌻🌹🌷

Hari ini, Arnand terpaksa bangun pagi. Semalam, ia telanjur setuju untuk mengantar So Hyeon ke toko. Namun, setelah ia pikirkan pagi ini, kenapa pula ia harus mengiyakan permintaan itu? Sungguh merepotkan saja.



Dengan mengenakan jaket tebal, Arnand keluar dari kamar. Diliriknya jam dinding di ruang tamu yang menunjukkan pukul delapan. Ia lantas berdecak kesal karena seharusnya ia menjemput So Hyeon pukul tujuh. Ia menduga pasti So Hyeon sudah menunggunya dan siap menceramahinya.



"Mau ke mana, Nand?" tanya Tante Hera yang baru datang dari minimarket.



"Arnand mau ke rumah So Hyeon, Tante."



"Untuk?"



"Om Se Hwan dan Tante Ati memintaku mengantar So Hyeon ke toko."



Hera berpikir sejenak. "Kenapa kamu harus mengantarkan So Hyeon ke toko? Kamu bekerja di rumah Ati?"



Arnand menggeleng. "Bukan. Mereka hanya minta tolong, Tante. Semalam, So Hyeon jatuh dari sepeda sampai kakinya terkilir. Untung saja ada Arnand yang melihatnya semalam. Jadi, karena itu Arnand diminta nganterin So Hyeon ke toko."



Mendengar penjelasan Arnand, Hera mengangguk. "Baiklah. Tante percaya sama kamu. Tapi, apa kamu tidak sarapan dulu?"



"Tidak usah, Tante. Arnand sudah terlambat." Arnand kemudian bergegas, tapi Tante Hera mencegatnya.



"Tante percaya kamu anak yang baik Arnand. Kamu tidak seperti apa yang dikatakan orang-orang di Jakarta." Hera mengulurkan tangannya.



Melihat ketulusan di mata Hera, Arnand terdiam. Ini yang dibutuhkannya saat ini. Kepercayaan. "Tante tidak akan kecewa karena percaya sama Arnand. Arnand akan ...." Daripada melanjutkan ucapannya, Arnand memutuskan meraih tangan Hera dan menciumnya.



Wajah mamanya sontak muncul di benak Arnand. Entah sudah berapa lama ia tidak mencium tangan wanita yang melahirkannya itu. Yang ia ingat terakhir kali saat ia masih mengenakan seragam putih merah.



Setelah berpamitan, Arnand pun buru-buru ke rumah So Hyeon. Seperti dugaannya, gadis itu sudah menunggu. Begitu ia mengucapkan salam dan masuk ke ruang tengah, lirikan tajam So Hyeon langsung menyapa.



"So Hyeon-ah, tidak baik seperti itu," kata Ati, melihat eskpresi putrinya. "Seharusnya, kamu berterima kasih karena Arnand sudah mau mengantarmu."



"Iya, Ma. So Hyeon, ngerti."



"Tidak apa-apa, Tante. Saya yang salah karena datang terlambat."



Ati tersenyum. "Kamu memang anak yang baik. Oh ya, kamu bisa bawa mobil, 'kan?"



Arnand mengangguk. Meski posisi kemudi mobil di Korea ada di kiri bukan di kanan, itu tidak jadi masalah. Ia sudah pernah melihat Didik membawa mobil Korea.



Arnand dan So Hyeon pun berangkat setelah Ati memberikan kunci mobil. Dan, suasana ini benar-benar tidak menyenangkan. Entah kenapa, lidah Arnand terasa kelu untuk bicara. Padahal, selama ini ia berusaha keras untuk bisa lebih dekat dengan gadis di sampingnya sekarang.



"Di depan belok kanan atau belok kiri?" Akhirnya, Arnand punya bahan untuk membuka obrolan.



Namun, So Hyeon hanya menjawab dengan menunjukkan arah yang benar menggunakan tangan .



"Apa aku seburuk itu?"



So Hyeon menoleh karena pertanyaan Arnand.



"Maksudnya?"



"Maksudku, apa aku seburuk itu sampai kamu tidak mau bicara padaku?" Arnand menghela napas. "Ya, aku tahu kalau apa yang terjadi kemarin itu keterlaluan. Tapi, apa harus seperti ini? Di negara ini, orang-orang biasa mabuk, 'kan?"



So Hyeon mengalihkan pandangannnya ke luar jendela mobil. "Di negara ini, orang-orang memang biasa mabuk-mabukan, tapi tidak di agamaku."



"Apa di agamamu mengenal kesempatan kedua?"



So Hyeon terdiam.



Sembari tertawa pelan, Arnand kembali berkata, "Apa di agamamu mengenal kesempatan kedua? Kalau ada, apa aku bisa mengambil kesempatan itu?"



"Taubat. Kesempatan yang kamu inginkan itu disebut taubat." So Hyeon menatap Arnand. "Tapi, apa kamu sungguh-sungguh ingin mengambil kesempatan itu? Apa alasanmu mengambil nya?"



Arnand tersenyum sinis. "Kamu meragukanku?"



"Bukan meragukanmu. Aku hanya bertanya."



"Tapi, dari pertanyaanmu itu kamu terdengar meragukanku."



"Kamu tidak mendengar nada bicaraku tadi? Itu pertanyaan, bukan pernyataan. Dan, kamu tahu pertanyaan itu untuk apa?"



"Untuk dijawab."



"Pinter. Sekarang, jawabannya apa?" So Hyeon menaikkan alisnya.



Kali ini giliran Arnand yang terdiam. Apa ia harus jujur kalau ia melakukan semua ini untuk mendekatkan So Hyeon dan Didik? Sepertinya tidak. Ia harus tetap menyembunyikan niatnya yang sebenarnya.



"Kita lihat saja nanti," kata Arnand tersenyum. Untuk mengalihkan topik pembicaraan, ia berkata, "Oh ya, kamu sudah membaca surat yang kuberikan kemarin?"



So Hyeon tidak menjawab. Ia kembali mengalihkan tatapannya ke luar jendela. Sementara itu, Arnand mencoba melirik ke tas So Hyeon yang terbuka.



Lantas Arnand tersenyum ketika melihat amplop surat di dalam tas So Hyeon sudah dibuka. "Kamu sudah baca ternyata."



Pernyataan Arnand kembali memaksa So Hyeon menoleh. "Aku ingin tanya."



"Silakan," kata Arnand. "Aku akan menjawab semua pertanyaanmu jika itu membuatmu mau bicara padaku. Ayo, kamu mau tanya apa?"

So Hyeon mendengkus kesal melihat ekspresi penuh percaya diri Arnand. Tetapi, ia menahan kejengkelannya karena sudah penasaran dari semalam. "Apa benar ngaji kamu sebagus yang dikatakan appa?"



"Kamu mau bukti?"



"Coba buktikan!" tantang So Hyeon.



Bismillahirrahmanirrahim.



Mata So Hyeon lantas melebar ketika suara Arnand memasuki indra pendengarannya. Ia tidak menyangka kalau suara pemuda di sampingnya bisa selembut itu.



Alhamdulillahi robbil 'alamin.


Arrahmanirrahim.


Malikiyaumiddin


Iyyakana'budu wa iyyaka nasta'in.


Ihdinas siratal mustawim.


Siratallazina an'amta 'alaihim gairil maghdubi 'alaihim wa laddallin.



"Bagaimana?" Arnand menoleh pada So Hyeon sejenak. Namun, gadis itu malah mematung dengan pandangan tertuju ke depan. "Kamu tidak kerasukan, 'kan?"



Gadis yang disapa tetap tidak menjawab.



"So Hyeon!" panggil Arnand dengan keras hingga gadis yang dimaksud tersentak kaget.



"Kenapa kamu teriak-teriak?" ujar So Hyeon kesal.



"Ya, kupikir kamu kerasukan. Aku tanya bagaimana, kamu diam saja."



So Hyeon menggeleng. "Mana ada orang yang mendengarkan ayat Al-Qur'an kerasukan? Benar-benar ada yang salah dengan otakmu."



Arnand tersenyum. "Aku tahu itu tidak mungkin. Tapi, aku heran saja, kenapa kamu sampai tidak mendengar pertanyaanku? Padahal, jarak kita tidak sampai satu meter, lho."



"Aku ...." So Hyeon bingung harus menjawab apa. Kenapa pula ia sampai tidak mendengar pertanyaan Arnand. Sampai segitu indahkah surah Al-Fatihah yang dilantunkan Arnand sampai ia tidak sadar bacaan pemuda itu selesai?



"Oke. Aku ulang pertanyaanku sekali lagi. Bagaimana dengan suaraku?" tanya Arnand.



So Hyeon menghela napas sejenak. "Aku tidak menilai suaramu, tapi aku menilai caramu membaca surah tadi. Ya, harus kuakui, bacaanmu bagus. Tapi ...."



"Eits!" potong Arnand. "Kalau bagus, ya bagus. Tapinya tidak perlu diteruskan."



"Aku hanya mau tahu. Dari sekian banyak surah di Al-Qur'an, kenapa kamu memilih Al-Fatihah. Aku curiga hanya surah itu yang kamu tahu."



Kali ini, Arnand tidak bisa menyembunyikan senyumannya. So Hyeon sudah melihat bagaimana ia yang sebenarnya. Jadi, tidak masalah kalau gadis itu tahu masalah yang satu ini. "Aku memang hanya tahu empat surah. Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, sama A-Falaq. Itu surah wajib dari SD sampai kuliah."



So Hyeon tersenyum mendengar pengakuan Arnand yang begitu jujur. "Apa kamu tidak mau menghapal surah lain?"



"Kalau kamu mau mengajarkannya, tidak masalah. Aku akan menghapalnya."



So Hyeon terpaku. Ia menyadari kalau pertanyaannya baru saja tidak seharusnya diucapkan. Namun, ada satu solusi yang muncul di benak So Hyeon. "Kalau kamu mau, aku akan bantu."



Tiba-tiba Arnand menginjak rem hingga So Hyeon terkejut. Ditatapnya So Hyeon dengan saksama. Kemudian, dipastikannya ia tidak salah dengar. "Aku tidak salah dengar, 'kan?" ucapnya.



"Tidak. Kamu tidak salah dengar. Aku akan membantumu."



Arnand tersenyum lebar. Pernyataan So Hyeon baru saja membuatnya tambah bersemangat. Tidak sia-sia ia bangun pagi hari ini. Ternyata, ada untungnya juga ia memaksakan diri.



"So Hyeon, terima kasih."

🌺🌻🌹🌷🌺🌻🌹🌷

Apa benar So Hyeon akan membantu Arnand menghapal Surah lain?

Tunggu part berikutnya.

Aku usahakan update malam ini.

Untuk teman-teman yang ingin tahu update-an cerita ini, follow IG sahrialpratama1777, ya.

Nanti akan ada book trailer juga kuposting di sana.

Terima kasih.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top