Pertemuan

Aryan keluar dari Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Setelah hampir 21 jam berada di kursi bisnis maskapai penerbangan internasional, Aryan dilanda jetlag sangat parah. Ditambah hangover setelah minum-minum di bar semalam, lengkap sudah penderitaan Aryan pagi ini.

Aryan menguap lebar. Mata bengkaknya sudah rapi tertutup kacamata hitam. Meskipun begitu aura ketampanannya masih terasa sangat mencolok. Diseretnya koper keluar bandara. Untung saja Jenny sudah mempersiapkan sopir yang menjemputnya di bandara. Mata Aryan mencari-cari sosok orang yang sekiranya membawa papan nama dirinya.

Tak ada seorang pun yang membawa tulisan Aryan Noah Jayden Hall. Aryan memberengut. Benar-benar sempurna. Jemputan yang telat, jetlag parah, dan mood yang buruk.

Lelaki tampan itu menghempaskan diri di kursi tunggu. Masih sepi orang di pagi yang gelap ini. Jam di tangan Aryan baru menunjukkan pukul enam pagi waktu setempat. Sebelum naik penerbangan, Aryan sudah mengonversi arlojinya sesuai jam Indonesia. Dilihatnya hanya ada beberapa porter berlalu-lalang.

Tiba-tiba Aryan merasakan jengah. Perasaan yang selalu muncul setiap dia merasa dirinya diamati oleh lawan jenisnya. Betul saja, saat Aryan menoleh serombongan wanita cantik sedang mengamatinya sambil cekikikan senang. Aryan melengos. Wanita-wanita itu membuatnya sebal. Dulu Aryan memang sangat mensyukuri anugerah wajah tampan hasil persilangan Ayahnya dan Ibunya. Wajah tampan ini begitu mudah dimanfaatkan untuk menarik perhatian wanita.

Tapi sekarang, wajah tampan ini justru lebih sering mendatangkan masalah untuknya. Banyak wanita tergila-gila padanya, beberapa justru sangat agresif dan membuatnya ketakutan. Delapan dari sepuluh wanita yang berusaha dijodohkan Cindy termasuk dari wanita-wanita agresif itu. Dan Annabelle, sialnya, masuk dalam daftar wanita agresif dalam kehidupan Aryan.

"Ckk... Berapa lama lagi aku harus menunggu jemputan?" Aryan mendecak sebal. Rombongan wanita tadi sudah pergi meninggalkannya. Menilik pakaiannya, Aryan tebak mereka akan pergi berlibur. Betapa menyenangkannya.

Kruyuuuuk...

Aryan meraba perutnya. Dia menaikkan sebelah alis. Tumben-tumbennya jam segini dia sudah lapar. Biasanya Aryan baru menyantap breakfast setelah jam sembilan. Tapi sekarang, saat matahari baru muncul perutnya sudah berontak minta diisi. Efek dari jetlag kah?

Dia melangkahkan kaki menuju kafe terdekat. Sengaja dia memilih kafe yang dekat dengan pintu kedatangan agar Aryan bisa melihat sosok sopir yang menjemputnya.

Secangkir espresso dan sepotong croissant menemani pagi Aryan. Sungguh nikmat rasanya meneguk kopi setelah penerbangan panjang. Meski tak mampu menghapus jetlag setidaknya bisa menyegarkan badan.
Alunan nada Maroon 5 terdengar dari smartphone Aryan. Diliriknya benda yang terus bergetar di atas meja. Dari nomor tak dikenal. Aryan mengernyitkan dahi.

"Halo?" diangkatnya panggilan telepon dari nomor asing itu.

"Eh, Mr. Aryan Noah Jayden Hall?"

Suara lembut seorang wanita. Aryan mengerutkan kening.

"Who's speaking there?"

"Ummm.... I'm so sorry, Mr. Aryan. But where are you now?"

Aryan semakin mengerutkan dahi. Ditanya nama malah ganti tanya posisinya. Aryan diam saja.

Seolah mengerti kediaman Aryan, wanita di seberang bersuara.

"I'm Nadine, saya yang akan menjemput anda hari ini."

What? A lady? Tanpa sadar Aryan tersenyum. Sungguh Indonesia punya segudang hal yang menarik ternyata.

*****




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top