9# Bocah (1) - Hoshi (SVT)
Dengan tubuh pendek kecil ini, mereka menganggap aku seorang bocah. Tetapi sebenarnya... Aku anak SMA.
***
Kenalkan namaku Hong Jae Ah dan aku anak SMA. Banyak orang menganggap aku seorang bocah kecil yang selalu keliling-keliling di sekolah, tetapi mereka salah. Aku bukanlah bocah, aku anak SMA! Aku selalu di bully di sekolah karena alasan hal sepele ini... yaitu tinggiku yang pendek ini. Anak-anak sekelasku maupun kelas lain, mereka selalu memanggilku "bocah" ketimbang namaku dan mereka juga memperlakukanku bocah.
Apa mereka tahu? Kalau aku juga punya nama? Apa mereka tahu? Kalau aku juga manusia? Apa mereka tahu? Kalau aku seumuran dengan kalian?? Mengapa hidup ini kejam sekali?! Mengapa hidup ini selalu tidak adil?? Mengapa aku dilahirkan dengan tubuh seperti ini?! Aku benci tinggi badanku, aku benci tubuh ku, dan aku benci semuanya.
Yang bisa kulakukan cuma satu... Bunuh diri...
Hong Jae Ah
R.I.P
Meninggal pada tanggal 25 Mei 2***
Tempat/Waktu kematian : Jembatan Korea, pukul 00:00 a.m.
Penyebab kematian : Bunuh diri karena ditindas oleh teman-teman sekolahnya.
Sehari yang lalu...
SMA Gyeoundo, pukul 7.15 a.m.
Aku sedang menuju ke kelas dengan mood yang tidak menyenangkan lebih tepatnya setiap hari. Aku menuju langkahku ke kelas dengan suasana tidak enak dan ketika aku membuka pintu kelas ku, teman-teman sekelasku yang tadi asyik berbincang, semuanya menoleh melihatku dan aku jadi pusat perhatian mereka. Ini adalah tanda-tanda mata mereka yang berarti hari ini adalah hari buruk ku. Apakah aku harus bolos saja hari ini? Tanyaku ketika sedang menuju tempat dudukku.
"Pagi bocah~" Mereka mengucapkan selamat pagi padaku sambil tersenyum, tetapi aku tahu balik dari senyuman mereka tuh mematikan.
"Oi, bocah! Dari tahu kau tidak tinggi-tinggi ya?", ejek cowok yang duduk di belakang ku dan dia benar-benar menyebalkan.
"Aduh, Hyun Jo. Kasihan pagi-pagi udah ganggu dia~", ucap cewek yang bermake up penuh itu. Apakah cuma aku yang sadar kalau roknya terlalu pendek dan seragam sekolahnya terlalu terbuka?
"Jagiya~ (Sayang) Aku cuma ucap salam padanya aja kok dan apalagi dia baik-baik saja.", ucap cowok itu dengan secara tiba-tiba, ia langsung memukul kepala ku dengan kuat hanya dengan sekali pukulan. Aku yang kena pukulan darinya, meringis kesakitan dan memegang kepala ku.
"Tuh lihat? Baik-baik saja tuh.", kata cowok itu sambil tertawa. Yang lainnya pun ikut ketawa dan menatapku seperti aku patut ditindas aja sampai mati. Aku yang cuma menunduk menatap meja tulisku, menahan untuk tidak menangis dan tidak melakukan atau berkata apa-apa.
Kejadian ini bukan cuma sekali aja, tetapi berkali-kali. Ada yang menyoret-nyoret buku pelajaranku sambil merobeknya, membuang sepatu sekolah ku di tong sampah, merobek seragam sekolah ku, mengejekku, memukulku, mendorongku, menendangku, Inilah semuanya yang terjadi padaku.
Mengapa aku tidak melaporkan soal ini pada guru? Memangnya jika aku melaporkan soal ini pada guru. Guru akan melakukan apa? Apalagi jika aku melaporkannya, kalian pikir aku akan baik-baik saja? Jangan mimpi, mereka tidak akan diam saja, mereka akan menghancurkan hidupku jika aku melaporkan pada guru dan mereka tidak akan membiarkan ku hidup dengan tenang. Jadi tidak ada gunanya melaporkan pada guru. Ini hanya membuat tambah masalah saja.
Mengapa aku tidak pindah sekolah? Aku tidak ingin menanggung beban kepada ayah dan ibuku yang sudah bekerja demi menafkahi hidup keluarga dan biaya sekolahku. Mereka sudah bekerja keras dan aku tidak ingin mereka khawatir dengan kehidupan sekolahku. Aku tidak ingin mereka berurusan dengan sekolah di tepat hari mereka bekerja, sebab ini hanya akan merepotkan mereka saja. Jadi, tentu saja jawabanku ya, nggak.
Tidak ada cara lain lagi, aku tidak punya teman di sekolah ini dan lagi tidak ada yang mau membantuku. Aku hanya seorang bocah yang selalu berkeliaran di sekolah seperti yang mereka bicarakan. "Bocah" itu adalah julukan ku yang dibuat oleh mereka dan karena julukan itu, teman sekelasku tidak ada yang memanggil namaku dan terus memanggilku dengan bocah.
"Hi bocah" "Oi bocah" "Hei bocah"
Apakah mereka tahu kalau aku punya nama? Apakah sulit sekali memanggil namaku? Mengapa mereka memperlakukanku seperti bukan manusia? Aku ingin bertanya pada mereka, tetapi yang ada pasti aku cuma dipermainkan oleh mereka. Satu-satu cara yang dapat kulakukan adalah... bertahan dan bersabar dan menunggu ku lulus dari SMA ini selama 3 tahun. Tanpa ada teman dan kenangan dari kehidupan SMA ku ini. Benar, cuma ini satu-satunya..., tetapi apakah aku mampu bertahan selama 3 tahun?
"Erghh!" Aku didorong oleh sekumpulan geng cewek yang tidak kukenal dan aku rasa dia siswi kelas lain.
"Oi bocah, baik-baiklah dengan kami, jika kau tidak ingin terluka.", kata salah satu dari mereka dan aku rasa dia adalah bos nya.
"Apa yang kalian inginkan dariku? Tinggalkan ku sendiri!", teriakku sambil mengerutkan dahiku dan menatap mereka. Cewek yang tadi membuka mulutnya duluan, dia menghampiriku dan langsung menjambak rambutku dengan kuat.
"Kan aku sudah peringatin, baik-baiklah dengan kami, jika tidak ingin terluka.", katanya menyeringai, dia menarik rambutku untuk membuatku berdiri dan dia langsung mendorongku ke dinding dengan kuat dan berhenti menjambak rambutku.
Dari salah satu rekannya menghampiri ku dan memalakku. Mereka mengambil sisa-sisa uangku dari dompetku dan setelah mengambil uangnya, mereka membuang dompetku di bawah tepat di depanku.
"Hish... Cuma segini? Miskin sekali kau.", katanya ketika menghitung semua duitku. Aku yang tadi baru dipalak, tidak dapat menahan amarahku.
"Hei! Kembalikan duitku! Bukankah lebih tepatnya kalianlah yang miskin?! Memalak orang yang tidak bersalah!", ucapku dengan berani, sebab aku sudah tidak tahan lagi. Cewek yang beragak Bos itu menatapku sambil mengernyitkan alisnya. Dia mendekatiku sedangkan aku berjalan mundur, tetapi aku tidak dapat kabur karena belakangku ada dinding sedangkan di jalan lainnya sudah dipenuhi oleh rekan-rekannya. Ini berarti aku sudah terperangkap oleh mereka.
Cewek itu yang sekarang di depanku, menyeringai dan menatapku dengan tajam. Entah mengapa tubuhku merinding ketika melihat matanya.
"Sepertinya kau sudah berurusan dengan orang yang salah, Bo-cah.", katanya dengan senyumannya yang mengerikan bagaikan psikopat. Ia dengan langsung menjambak rambutku lagi, tetapi yang kali ini dia menjambakku dengan kuat. Dia menjambak rambutku lalu memukul kepalaku dan mendorong kepala ku ke dinding.
Waktu sudah berlalu dan hari pun sudah sore, aku yang masih di sini, tergeletak di tanah dengan kepalaku yang berdarah. Aku sudah sadar tetapi kepalaku terasa pusing sehingga aku tidak dapat bangkit dari tempat ini. Sekali lagi, aku berusaha bangkit dan coba berdiri dari keadaan terluka ini. Aku dengan segera meninggalkan tempat ini sambil membawa tasku dan menuju ke toilet sekolah untuk membersihkan luka-luka ku dan darah dari kepalaku ini. Setelah ini, aku akan pulang dan berpura-pura tidak ada terjadi apa-apa padaku hari ini.
Aku pun pulang dengan keadaan seperti ini, waktu menunjukkan jam 11.30 p.m. Ayah dan ibu pasti sudah khawatir, aku pergi ke arah jalan rumahku untuk pulang, tetapi langkah ku terhenti ketika melihat Jembatan Seoul yang tidak jauh dari aku dan entah kenapa, aku menuju ke sana.
Aku yang sekarang berdiri di Jembatan Seoul termenung dengan apa yang sudah terjadi hari ini. Mengingatkan nya saja sudah membuatku sakit kepala dan mual... Mengapa mereka melakukan seperti ini padaku? Apa salahku pada mereka? Mengapa mereka membenciku? Mengapa mereka memanggilku bocah bukan namaku??
Namaku bukan bocah, tetapi namaku Hong Jae Ah! Aku mohon berhenti memanggilku bocah! Mengapa mereka tidak mau berhenti memanggilku bocah?? Mengapa aku selalu ditindas??? Apa salahku pada kalian???
Waktu menunjukkan pukul 11:55 p.m. Aku menaiki jembatan dan berdiri di sana sambil melihat ke bawah, betapa dalamnya sungai ini.
5...
Kendaraan-kendaraan yang lewat di tengah malam hari, melihatku yang berdiri di sana pasti terkejut, tetapi aku yakin mereka tidak akan menolongku.
4...
Aku sudah tidak tahan lagi dengan hidup ini. Kenapa hidup ini kejam sekali padaku? Kenapa aku harus hidup menderita? Kenapa hidup ini tidak adil? Kenapa harus aku yang mengalaminya?
3...
Aku sudah muak dengan hidup ini. Ayah, Ibu... Maafkan aku... Anakmu yang pengecut ini tidak bisa diharapkan... Maafkan aku...
2...
Aku tidak percaya cuma ini satu-satunya jalan keluarku. Ini sungguh menyedihkan... Saking menyedihkan, aku ingin mati.
1!
Aku loncat dari jembatan, terjun ke sungai yang dalam itu. Aku tidak bisa berenang dan aku yakin aku pasti mati karena tenggelam. Pernapasan ku sesak dan air hampir masuk ke dalam tubuhku. Apakah ini hari terakhirku di dunia ini?
Selamat tinggal semuanya...
To be continue
★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆
Masih ada lanjutannya mohon bersabar 😏. Seru nggak? Nanti part 2 nya ada kemunculan cogan/bias kalian lho 😂✌. Ayo tebak siapa 😏.
#Day9
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Words : 1373
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top