3# Mata - Scoups (SVT)
Mata itu dari tadi terus melihatku, sorotan mata nya yang tajam dengan bulu mata yang panjang dan indah membuatku merinding dengan tatapannya. Siapa dia? Mengapa dia terus melihatku? Apa yang ia inginkan dariku?
Aku terjebak oleh mata mu...
***
Menurut dari Hukum Newton 3 and bla bla bla. Hello semuanya namaku Oh Sa Rang, aku sekarang kelas 1 SMA dan pelajaran terakhir kami adalah Fisika. Apakah aku suka Fisika? Tentu saja, jawabanku ya enggak! Kepalaku sudah mau meledak gara-gara perhitungan termasuk matematika. Aku cuman jago dalam penghafalan dibandingkan dengan perhitungan kecuali hitung duit.
Di sekolah swasta ini aku hanya suka dalam 1 pelajaran, yaitu seni budaya. Sebab pelajaran ini dapat membuang stress ku dan mengembangkan kemampuanku dalam menggambar. Ngomong-ngomong aku seorang webtooner lho, tetapi masih dalam webtoon challenge.
Hm? Bagaimana hidup percintaanku di sekolah ini? Erghh... Sebenarnya... saya masih JOMBLO. Always be Jomblo. Tetapi sebenarnya ada yang membuatku merasa curiga saat-saat ini, mau tahu?
Cowok yang duduk di barisan ke-dua di depanku, ia terus menatapku ke belakang. Ini sudah terjadi beberapa kali, ia suka sekali membalikkan mukanya untuk melihat ke belakang, ke belakang maksudnya aku Dan ketika aku melihatnya, ia langsung membalikkan mukanya ke depan dan berpura-pura memperhatikan guru. Aneh bukan?
Aku sudah merasakan aneh sejak dari awal dan itu terlalu mencurigakan. Tambah lagi dia juga lumayan ganteng. Eh? Apa yang aku pikirkan?? Sadarkan dirimu Oh Sa Rang!
RIIINGGG
Akhirnya jam terakhir sudah selesai, ini waktunya aku harus melaksanakan kegiatan perpustakaan. Sebenarnya aku ikut klub perpustakaan bukan karena aku kutu buku, tetapi tempat di sana sangatlah sepi dan sunyi berbeda dari kelas ku yang bising dan suka berbuat kekacauan. Aku suka tempat yang diam karena aku dapat fokus dalam karir menggambarku. Apalagi hari ini, aku harus melanjutin gambarku.
Aku pergi dan menuju ke arah perpustakaan sambil membawa tas ku dan tiba-tiba aku merasa sorotan mata dingin yang sedang menatapku. Aku membalikkan badanku untuk melihat siapa itu, ternyata cowok itu lagi. Cowok yang duduk di barisan ke-dua di depan ku. Dia mau pergi ke arah sini?
Awalnya aku merasa tidak enak, tetapi aku langsung masuk ke dalam ruang perpustakaan sebelum ia terus mengikutiku. Entah dia itu mengikutiku atau tidak, tetapi mari kita lihat apakah dia akan masuk ke dalam perpustakaan. Ternyata pemikiranku benar, ia masuk ke dalam perpustakaan dan segera meletakkan tas nya di atas meja di dekat jendela. Dia langsung duduk sambil melihat keluar jendela tanpa mengambil buku atau apa.
Apa hal nih? Pikir ku yang segera pergi duduk di tempat pengurus piket perpustakaan. Yang membuatku tidak enak, ia duduk di samping jendela di barisan ke-dua di depan meja pengurus piket di mana sekarang aku lagi duduk.
Waktu cepat berlalu dan waktunya aku mengembalikan buku-buku yang sudah mereka baca ke tempat asalnya. Aku melirik cowok itu yang sedang duduk di dekat jendela, ternyata dia masih tetap melihat di luar jendela. Entah apa yang ia pikirkan bukan urusanku.
Aku cepat-cepat menyusun buku-buku itu di rak lemari supaya aku bisa keluar dari perpustakaan ini dan pulang. Ketika buku ini harus menaruknya di atas, paling atas rak lemari, aku tidak dapat menjangkauinya sebab tinggiku tidak sampai. Aku mencoba jinjit kaki ku, tetapi tetap saja. Apakah aku harus meminta bantuan orang yang lebih tinggi?
Tiba-tiba ada tangan yang lebih besar dari tangan ku, mengambil bukunya dari tangan ku dan membantuku meletakkannya di atas. Aku membalikkan muka ku untuk melihat siapa yang memberi bantuannya padaku ternyata dia. Muka ku dekat sejajar dengan nya dan itu membuat muka ku bersemu merah, karena adengan ini adalah adengan ciuman!Sorotan mata nya yang indah melihatku dengan terkejut dan ini baru pertama kalinya aku melihatnya sedekat ini. Dengan segera, aku mundur selangkah darinya.
"Terima kasih.", ucapku sambil tersenyum tetapi dalam hatiku hampir mau meledak.
"Ah. Sama-sama. Bukankah waktunya kamu harus pulang?"
Tunggu apa? Bagaimana dia bisa tahu kalau waktunya aku harus pulang?
"Erghh... Begitulah.", jawabku benar-benar tidak aman. Tetapi aku tidak boleh berprasangka buruk padanya.
"Adakah yang bisa saya bantu? Kasihan kamu yang piket sendirian.", katanya dengan lembut. Aku rasa dia baik? Mungkin...
"Erghh. Tidak ada lagi. Itu tadi yang terakhir.", ucapku yang sedang berusaha tersenyum.
"Kalau begitu aku pamit dulu ya.", ucapnya sambil membawa tas yang ia tinggalkan di atas meja sana dan beranjak keluar dari ruang ini, tetapi ia berhenti selangkah dan menoleh ke belakang, melihatku.
"Kalau nggak salah kita satu kelas kan?", tanya nya dengan tatapan matanya yang lembut.
"Ah ya.", jawabku yang terkejut karena melihat matanya.
"Aku rasa ko tidak tahu nama ku. Kenalkan namaku Choi Seung Cheol. Aku anak taekwondo dan juga pemain basket.", ucapnya sambil memperkenalkan dirinya. Oh ternyata pemain basket tuh.
"Oh. Kenalkan namaku-"
"Oh Sa Rang."
Aku terkejut saat tiba-tiba dia menyebut namaku. Ternyata selama ini dia udah tahu namaku. Jangan-jangan dia stalker? Seung Cheol yang sedang melihatku tiba-tiba tertawa.
"Jangan bilang ko lupa ketua kelasmu sendiri.", ucapnya membuatku terkejut bahwa ternyata selama ini dia adalah ketua kelas??
"Lihat dari reaksi mukamu ternyata benar ko tidak tahu.", katanya sambil tersenyum. Tiba-tiba aku merasa bersalah nih, kerja bagus sekali Oh Sa Rang ko membuat harga diri ketua kelas terluka walaupun ia tetap tersenyum.
"Ma-maafkan aku!" Dengan segera aku minta maaf padanya dan malu pada diriku yang tidak dapat mengenal ketua.
"Hahaha tidak apa-apa. Ngomong-ngomong aku duluan ya. Ini sudah mau hampir malam, kamu harus segera cepat pulang.", katanya yang sudah pergi meninggalkan ku sendiri. Aduh malunya, ko benar-benar payah Oh Sa Rang!
Keesokan hari nya, seperti biasa sekolah tetap berlanjut dan liburan musim panas sebentar lagi mau tiba. Aku jadi bingung apa yang akan kulakukan jika liburan musim panas sudah tiba. Mungkin numpang AC di rumah teman sahabatku, Hwang Ryu. Hehehe.
"Oi Seung Cheol!"
Mendengar nama tersebut, aku melihat Seung Cheol disambut hangat oleh teman-teman sekelas dengan ramah termasuk cewek-cewek. Melihat dia disekilingi oleh sekumpulan cewek ternyata dia lumayan populer. Ya, iya dong. Mukanya sudah sangat ganteng, termasuk... matanya... Matanya menatapku lagi.
"Wah. Dia ganteng sekali..."
Aku melihat teman sahabatku yang duduk di sampingku sedang menatap Seung Cheol.
"Yah. Jangan lupa ko sudah punya pacar.", ucapku berhasil menarik perhatiannya.
"Yah. Aku tahu. Bukan berarti aku menyukainya juga kan? Aku cuma bilang dia ganteng.", ucap Ryu panik yang menunjukkan bahwa dia tidak selingkuh. Tentu saja, Ryu akan panik sebab aku dan pacarnya... Ong Seong Woo adalah teman sejak kecil. Kami sudah seperti kakak dan adik kandung sendiri. Apalagi Ryu mengenalnya sejak waktu ia bermain di rumahku dan di sanalah ia mulai memiliki perasaannya dan mulai berpacaran. Melihat reaksi nya yang sekarang membuatku ngakak.
"Gantengan Seung Cheol atau Seong Woo?", tanyaku padanya.
"Tentu saja, Seong Woo ku paling ganteng!", jawabnya dengan tegas, aku tertawa karena reaksi lucunya dan tiba-tiba aku merasakan kalau Seung Cheol sedang memperhatikanku bukan. Matanya...Bukan melihat aku tetapi... Hwang Ryu? Tunggu dulu berarti...
***
Pelajaran terakhir sudah selesai dan aku segera pergi ke perpustakaan untuk mengecek sesuatu sebelum Seung Cheol datang. Aku masuk ke dalam perpustakaan dan dengan cepat pergi ke tempat duduk dimana Seung Chol duduk biasanya. Di dekat luar jendela, benar Seung Cheol terus memperhatikan luar jendela, di luar jendela ini dekat dengan lapangan tennis. Lapangan tennis... Itu klub tennis yang diikuti oleh Ryu. Berarti selama ini dia di sini bukan melihatku tetapi... Teman sahabatku sendiri, Hwang Ryu.
Hari sudah malam dan akhirnya kegiatan piket ku sudah selesai. Tetapi ada yang membuatku sedih yaitu Seung Cheol tidak datang ke perpustakaan. Apa mungkin dia sibuk? Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padanya tetapi ia tidak datang.
"Lho Sa Rang?"
Aku melihat siapa yang memanggilku ternyata teman sahabatku sendiri, Ryu. Tetapi entah mengapa melihatnya aku merasa sedih.
"Kegiatan piket perpustakaan mu udah selesai?", tanyanya yang sepertinya baru keluar dari toilet soalnya dia mengelap tangannya yang basah.
"Ah iya. Latihan mu sudah selesai?", tanya ku yang sedang berusaha tersenyum.
"Oh soal itu. Latihan hari ini dibatalkan menjadi gotong royong. Benar-benar menyedihkan bukan?", ucapnya sambil menghela nafas.
"Apa?"
Berarti alasan ia tidak datang ke perpustakaan karena latihan tennis nya dibatalkan? Dan ia tidak dapat melihat Ryu?
"Hahaha benar... Ini sungguh menyedihkan.", ucapku yang sedang menahan nangis.
"Eh?"
"Maaf Ryu aku duluan ya.", kataku sambil beranjak keluar dari sekolah dan pulang.
"Eh? Ayo kita pulang bareng kebetulan aku juga dah nak pulang.", katanya tetapi aku mengabaikannya dan dengan segera pulang meninggalkannya. Sebab aku tidak tahan lagi, hatiku tidak kuat lagi. Rasanya... sakit...
Keesokan harinya saat pelajaran terakhir sudah selesai. Seperti biasanya aku harus melakukan tugas ku di perpustakaan dan kali ini dia datang. Dia duduk di tempat yang biasanya dia duduki, tempat dimana dia bisa melihat teman sahabatku yang sedang latihan di lapangan tennis. Dan sekarang dia masih memperhatikan di luar jendelanya.
Aku bangun dari tempat duduk ku dan menghampirinya duduk di depannya. Aku rasa dia sadar dengan kehadiranku.
"Bukankah kamu sedang lagi piket?", tanyanya padaku.
Aku sudah tidak tahan lagi...
"Aku mohon jangan sering datang ke sini lagi. Ryu sudah punya pacar, ku mohon jangan perhatikan dia lagi."
Benar aku sudah tidak tahan lagi!
"Semakin ko perhatikan dia, semakin ko sering ke sini. Aku jadi semakin sakit melihat mu yang melihat cewek lain selain aku!", ucapku sambil air mataku keluar dari mataku.
Untungnya sekarang perpustakaan sedang sepi, tetapi aku benar-benar tidak tahan lagi sebab aku telah sadar bahwa aku sudah jatuh cinta padanya.
"Oh Sa Rang..." Dia melihatku dengan terkejut dan aku langsung keluar dari perpustakaan sambil menangis. Tetapi aku ditahan oleh Seung Cheol.
"Dengarkan aku dulu. Sepertinya ko salah paham.", katanya yang sedang menarik tanganku untuk masuk ke perpustakaan. Dia menyuruh ku duduk di tempat yang biasanya dia duduki dan ia menyalakan lampu dan duduk di tempat di mana aku selalu ditugaskan di piket jadwalku. Dan tentu saja aku bingung apa yang ia rencanakan.
"Coba perhatikan jendela di samping mu.", ucapnya sambil menyuruhku melihat jendela
Aku melihat jendela di sampingku dan betapa terkejutnya aku bahwa ternyata ada pantulan di jendelanya yang menunjukkan Seung Cheol yang sedang duduk di sana.
Aku membalik mukaku untuk melihatnya dan Seung Cheol melihatku dengan matanya yang lembut serta senyuman nya yang tertempel di mukanya. Ternyata selama ini dia bukan melihat Ryu yang sedang latihan tetapi melihatku melalui pantulan jendela nya. Astaga betapa bodohnya aku dan aku sadar bahwa aku terjebak oleh mata mu.
The end.
☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★
#Day3
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Kata : 1709
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top