22# Anak - Jimin (BTS)

Anak satu-satunya.

***

"Kamu yakin tidak apa-apa?", tanya ibu padaku. Ibuku khawatir sekali padaku karena aku adalah anak satu-satunya. Sebenarnya ibu mau menikah lagi dan kau tahu apa artinya ini? Benar, aku akan dapat ayah baru. Ayah tiri ku.

"Bu... Aku sudah bilang kan? Tidak apa-apa kok dan aku pun sudah menjodohkan mu dengan Tuan Park.", kataku dengan santai soalnya ibu bilang ada seorang cowok yang akan menjadi abang baru ku dan dia adalah anak tunggal Tuan Park. Ibu takut kalau aku tidak dapat akrab dengan anak Tuan Park. Padahal aku sudah bilang kalau aku bakal baik-baik saja.

"Ibu, lama-lama aku bakal akrab dengan anak Tuan Park. Tenang saja.", kataku pada ibu yang masih memperhatikan depan sambil menyetir.

"Kamu yakin?", tanyanya lagi. Aduh, ibu nih...

"Iya. Kita kapan nak sampai kalau dari tadi terus bertanya? Cepat! Kalau tidak Tuan Park bakalan lama menunggu."

Hari ini adalah hari pertemuan keluarga ku dengan Tuan Park. 2 hari yang lalu, Tuan Park melamar ibuku di restoran mewah dan ibu pun menerimanya. Ibu adalah satu-satunya keluargaku, ayah meninggal karena kecelakaan sejak ibu melahirkan ku di rumah sakit. Ibu bilang ayah meninggal karena kecelakaan mobil saat dia menuju ke rumah sakit untuk melihatku dan ibu, tetapi entah mengapa Tuhan terlalu cepat memanggilnya. Aku bahkan tidak ada kesempatan untuk melihat ayahku. Aku hanya dapat melihat bagaimana muka ayahku dari foto, tetapi aku berharap aku dapat bertemu dengannya. Tetapi hari ini berbeda, aku akan mendapatkan ayah baru.

Ketika kami sudah sampai, Ibu menemaniku ke restoran yang sudah di booking oleh Tuan Park. Jujur saja, aku agak malu dan sungkan untuk masuk ke dalam dan tiba kami masuk ke ruang makan tersebut. Ketemulah kami disana bersama Tuan Park.

"Akhirnya kalian datang.", katanya dengan sopan ketika melihat kami masuk dan kami duduk di depannya, aku melihat orang disamping Tuan Park dan aku rasa dia adalah anaknya.

"Kamu pasti Hye Soo, benarkan? Ternyata kamu cantik seperti ibumu.", katanya membuatku malu.

"Ah. Terima kasih.", ucapku sambil menunduk kepala.

"Kenalkan ini anakku.", ucap Tuan Park dan menunjukkan anaknya yang berada di sampingnya padaku. Cowok itu berdiri dan membungkuk, ternyata dia orang yang sangat sopan.

"Kenalkan namaku Park Jimin."

"Astaga kamu ganteng sekali.", puji ibuku padanya. Jujur saja, dia benar-benar ganteng dan sebentar lagi cowok ini akan menjadi abangku.

"Umurnya lebih tua dari Hye Soo. Dia 3 tahun lebih tua dari Hye Soo.", kata Tuan Park pada aku dan Ibu.

"Aku harap kau bisa akrab dengannya, Hye Soo.", ucap Tuan Park sambil tersenyum.

"Ah ya, Tuan Park." Tiba-tiba Tuan Park tertawa dan menyuruhku untuk coba memanggil "Ayah" mulai saat ini dan aku pun mencobanya.

"Baik, ayah.", kataku dengan malu soalnya ini pertama kali aku memanggil Tuan Park dengan sebutan "Ayah".

"Kamu juga harus bisa memanggil Jimin "Oppa" ya?", kata Ibu dengan gembira dan aku pun menunduk kepalaku dengan malu.

Kemudian kita mulai makan makanan yang sudah dihindangkan ini. Ibu berbicara dengan ayah baruku dengan gembira bahkan juga ayah. Tetapi situasiku berbeda, aku dan cowok di depan ini tidak ada yang memulai berbicara cuma makan makanan kami saja.

Beberapa hari kemudian, akhirnya ibu menikah juga dengan Tu- maksudku ayah baruku. Aku sebagai pengiring pengantin dan Jimin-oppa sebagai pengiring pria. Hubungan aku sama Jimin masih tetap awkward, tetapi aku pelan-pelan berhubungan dengannya. Melihat senyuman ibuku disana bersama ayah baruku, aku sangat senang sekali dan juga lega karena ibu bahagia. Sejak kematian ayah, ibu selalu menangis diam-diam dan menyembunyikan kesedihan nya dariku supaya aku tidak khawatir, tetapi itu kelihatan sekali dari matanya yang sudah habis menangis dan itu tidak dapat menipuku. Tetapi melihatnya sekarang, itu benar-benar membuatku senang dan lega dan ibu memang harus bahagia.

Setelah acara pernikahan sudah selesai, beberapa hari kemudian ibu dan ayah akan pergi ke pulau Jeju untuk menikmati honey moon mereka selama 5 hari dan itu berarti... Aku dan Jimin akan berdua di rumah besar ini sendirian.

"Kalian berdua bersenang-senanglah di rumah selama kami tidak ada.", kata ibu dengan senyum. Lalu langsung berbisik denganku.

"Berusahalah akrab dengannya." Aku langsung memukul perut ibuku dan bisik balik.

"Aku tahu. Jangan khawatirkan aku. Khawatirlah pada dirimu sendiri.", bisikku sambil tertawa kecil.

"Ok. Semuanya sudah masuk ke dalam.", kata ayah yang tadi memasukkan luggage dan yang lainnya ke dalam dan akhirnya semuanya sudah berhasil dimasukkan ke dalam mobil dan garasi belakang mobil.

Ayah dan ibuku mengucapkan selamat tinggal pada kami dan Ibu memberikan satu kecupan bibirnya di pipiku sama juga dengan Jimin. Ayah meminta Jimin untuk menjagaku selama mereka tidak ada, tetapi aku beritahu pada ayah kalau aku bakal baik-baik saja bersama Jimin. Jujur saja, aku agak kesulitan ketika mau memanggil Tuan Park "ayah" mungkin aku masih belum terbiasa. Jimin pun mulai mencoba memanggil ibuku dengan sebutan "Ibu". Kadang aku melihatnya agak lucu sebab dia agak kaku ngomongnya kalau dekat dengan ibu.

Akhirnya mereka berdua berangkat dan meninggalkan kami sambil melambaikan tangan mereka. Aku dan Jimin yang melihat keberangkatan mereka, sama-sama masuk ke rumah dengan keadaan yang masih awkward ini. Kapan kami bakal akrab ya?

Waktu berjalan dengan cepat, kami berdua masing-masing masuk ke kamar kami dan melakukan kegiatan yang ingin kami lakukan. Jujur saja, rumah ini agak sepi tanpa ayah dan ibu, walaupun di rumah ini ada orang, tetapi tetap sepi. Apakah ini namanya kesepian?

"Apakah lebih baik aku keluar dan ngajak temanku untuk bertemuan?", ucapku pada diriku sendiri soalnya aku bosan sekali. Pada akhirnya aku keluar dari kamarku untuk mencari sesuatu makanan ringan yang bisa ku makan dan ketika aku keluar, Jimin pun keluar dari kamarnya. Soalnya kamarnya cuma di depan kamar ku aja.

"Erghh... Hello...", kataku dengan awkward.

"Mau ke mana?", tanyanya yang masih di kamarnya di depanku.

"Ah... Mau cari makanan.", kataku sambil pura-pura tertawa dan aku terlihat seperti tertangkap basah aja. Padahal aku tidak melakukan kesalahan. Aneh ya?

"Oh begitu. Kebetulan sekali. Aku juga sedang cari makanan untuk ngemil.", katanya sambil menutup pintu kamarnya dan menuju ke lantai bawah dan arah dapur. Aku pun ikut dengannya soalnya sepertinya dia bakal ngeshare makanannya denganku.

Jimin membuka kulkas untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa dimakan bahkan dia membuka lemari atas.

"Sudah jam 12 siang lewat. Kamu lapar?", tanyanya padaku masih mengecek kulkas tersebut.

"Ah ya.", kataku tiba perutku langsung bergemuruh kelaparan.

"Disini nggak ada makanan. Bagaimana kalau kita pesan makanan?", tanyanya padaku tetapi tiba-tiba mood ku langsung hidup ketika mendengarnya. Aku langsung datang menghampirinya dan memegang lengannya.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan." kataku dengan semangat.

"Apa?", tanyanya sambil mengernyitkan alisnya.

"Kita bisa jalan-jalan dan mencari makanan disana atau kita makan di warung?", kataku yang sudah menyusun rencana tersebut. Dia yang melihatku seperti ingin menolak, tetapi aku langsung memberikan tatapan mata anjing lucu padanya dan pada akhirnya dia menyetujuiku. Aku cepat-cepat siap dan menyuruhnya untuk ganti baju.

Setelah kami siap-siap, kami pergi ke tempat toko-toko yang ada jualan di sana dan juga warung-warung makanan. Jimin bingung mau makan dimana dan dia bilang ini pertama kalinya dia datang ke sini untuk makan. Aku langsung menariknya masuk ke warung Mukbang Korea dan langsung memesan makanan tersebut. Jimin yang baru pertama kali ke sini sedang menggaruk lehernya.

"Ada apa?" Aku bertanya padanya soalnya dia kelihatan tidak tenang.

"Nggak... Aku hanya agak malu makan di sini."

"Eh?", kataku dengan terkejut. Maksudnya tuh karena kamu orang kaya, kamu sangat malu sekali makan di warung sederhana ini. Astaga ternyata dia orang tipe kayak gini? Ini tidak boleh dibiarkan.

"Makanan disini enak lho. Coba deh.", kataku berusaha membujuknya, dia mau protes sesuatu tetapi tidak jadi ketika makanannya sudah tiba.

"Ayo di coba.", kataku yang langsung menyantap makanan tersebut. Awalnya dia bimbang, tetapi pada akhirnya dia makan juga.

"Wow. Enak.", katanya dengan reaksi terkejut. Aku yang melihat reaksinya berpikir bahwa itu sungguhlah lucu dan comel sekali dengan mukanya.

Ketika kami sudah selesai makan, kami pun jalan-jalan di dekat kios-kios sana. Di sana ada jual topi teen top dan aku langsung mencobanya.

"Bagaimana menurutmu?", tanyaku pada Jimin.

"Manis.", katanya dengan senyuman kecilnya. Aku langsung mengambil salah satu topinya dan memaksanya untuk pakai juga. Awalnya dia tidak mau, tetapi akhirnya pakai juga. Aku langsung keluarkan HP ku dan foto Selfie bersamanya.

Kami kembalilan topinya dan melanjutkan jalan-jalan kami dan disana ada jual boneka-boneka imut, termasuk boneka kelinci itu.

"Yang itu cute sekali.", kata ku yang langsung memegang boneka tersebut.

"Berapa harganya, bi?", kata Jimin yang sedang bertanya pada Bibi penjual boneka ini tersebut.

"Oh, harganya 780 won.", kata penjual tersebut padanya.

"Aku membelinya."

"Hei, tidak perlu.", kataku langsung meletakkan boneka tuh kembali. Jimin langsung mengambil boneka itu dan memberikannya padaku.

"Tidak apa, kalau kau suka, aku belikan padamu.", katanya dengan santai dan langsung memberikan uang tunai nya pada bibi itu. Pada akhirnya, dia membelikanku boneka dan kami lanjutkan jalan-jalan lagi. Aku melihat ada acara nyanyi-nyanyi disana, aku menarik Jimin lagi untuk melihat acara tersebut dan dia pun ikut aku. Aku mengajaknya duduk di sebelahku di atas panggung dan ikut bernyanyi bersama mereka. Jimin yang melihatku ikut bernyanyi, tertawa dan aku menyuruhnya untuk bernyanyi bersama. Dia bernyanyi bersamaku dan ternyata suaranya indah sekali, aku tidak tahu kalau dia jago dalam bernyanyi.

Setelah jalan-jalan yang melelahkan ini akhirnya kami numpang makan es krim di stand terdekat tersebut. Aku duduk di sana dengan tubuhku yang capek ini, kita sudah jalan-jalan berjam-jam dan jalannya dipenuhi banyak orang bahkan aku susah sekali bernapas jika di dalam keramaian, tetapi bukan artinya aku mengalami asma.

"Ini."

Aku melihat Jimin memberikanku es krim vanilla rasa favorit ku di depanku, aku langsung menerimanya dan berterima kasih padanya. Ternyata es krim nya juga sama denganku, apakah dia juga suka vanilla?

"Kau suka rasa vanilla?", tanyaku padanya.

"Ya, lebih tepatnya favoritku."

"Wow. Sama.", kataku dengan penuh gembira sambil tersenyum dan dia juga ikut tersenyum.

Kami pun bercerita tentang hal yang kita sukai termasuk hobi dan lainnya. Ternyata dia vocalist dan juga dancer, dia sangat suka sekali dalam bernyanyi dan dance, dia bilang suatu saat nanti dia bakal menunjukkan gaya dancenya padaku dan aku pun tidak sabar. Ternyata ada banyak hal yang dia sukai sama denganku, termasuk warna kesukaannya, lagu favoritenya, dan lain-lainnya lagi. Aku seperti bertemu dengan abang kandung ku sendiri.

"Ternyata kita punya banyak kesamaan, ya?", katanya membuatku tertawa senang sambil mengangguk kepala dan kemudian dia mulai bercerita tentang keluarganya termasuk ibunya... Ternyata ibunya meninggal ketika melahirkannya. Dia bilang bahwa ibunya meninggal karenanya, tetapi itu tidak benar. Aku langsung membujuknya bahwa itu tidak benar dan menyuruhnya untuk tidak menyalahkan diri sendiri sebab ibunya akan sedih kalau melihat dia terus bersedih seperti ini. Dia pun menatapku dan bilang terima kasih padaku sambil tersenyum. Dia pun mengatakan bahwa dia sangat bersyukur kalau ayahnya, satu-satu keluarganya, membesarkan nya diri sendiri sehingga akhirnya ia sudah tumbuh besar. Dia pun sangat berterima kasih pada ayahnya yang sudah menyayanginya walaupun ibunya sudah tidak ada lagi. Dia mengatakan kalau dia sungguh bersyukur mempunyai ayah sepertinya dan dia berharap suatu saat nanti jika dia terlahir kembali, dia ingin dia menjadi ayahnya lagi.

"Ayah selalu berkata kalau aku adalah anak satu-satunya yang sangat ia cintai dan dia ingin membentuk sebuah keluarga baru untukku. Dan waktu itulah, aku bertemu denganmu dan ibu di pertemuan keluarga tersebut.", katanya dengan senang. Aku pun ikut senang dengannya dan ternyata dia juga berpikir seperti itu padaku.

Aku juga berpikir bahwa aku sangat bersyukur mempunyai ibu yang sangat baik di dunia ini. Aku sangat berterima kasih pada ibu yang sudah membesarkan ku sampai sekarang walaupun ayah sudah tidak ada lagi. Sejak kepergian ayahku, ibuku selalu bersedih dan menangis diam-diam, tetapi dia tetap mau membesarkanku dan tidak mau menyerah dengan kehidupannya. Ibuku sudah bagaikan pahlawanku, dia sudah berusaha keras untuk menafkahi keluarganya dan membiayai sekolahku sendiri. Melihat dia menikah dengan Tuan Park ma-maksudku ayah, aku sudah turut bahagia padanya. Ibu aku sangat mencintaimu.

Entah mengapa air mataku jatuh tiba-tiba, Jimin yang melihatku menangis, panik dan berkata.

"Hei, aku yang bersedih. Mengapa kau menangis. Aduh... Ini lap mukamu." Dia memberikanku sapu tangannya padaku. Aku menerimanya dan menatapnya sambil tersenyum.

"Aku juga adalah anak satu-satunya dari ibu ku yang sangat ku cintai."

The end.

★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆

#Day22
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Words : 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top