21# Napas - Jungkook (BTS)
Aku tidak bisa bernapas tanpamu.
***
Kenalkan namaku Go Hae Ra dan aku mengalami asma. Aku mendapat penyakit ini dari keturunan ibuku. Ibu ku meninggal karena asma sedangkan ayah... Dia menikah lagi dan meninggalkanku setelah ibu meninggal. Aku lima bersaudara dan aku adalah anak ke-tiga. Kakak-kakak ku sekarang kuliah di Jepang sedangkan dua adik kembarku masih Tk. Bagaimana denganku? Aku sih masih murid kelas 3 SMA yang sebentar lagi mau lulus dan setelah lulus aku harus mencari pekerjaan, tetapi aku tidak mau kuliah. Mengapa? Karena kehidupan keluargaku tidaklah kaya dan Kakek sudah terlalu tua untuk bekerja. Biaya untuk kuliah cukuplah mahal dan kami tidak terlalu mampu untuk membayarnya bahkan uang sekolahku dan uang kuliahan kakak-kakak ku. Kakek bilang jika dia sudah pensiun, dia akan membayar uang kuliahku dan menyuruhku untuk kuliah, tetapi aku menolak dan bilang bahwa uang tersebut untuk adik-adikku saja. Dan mengatakan padanya bahwa aku akan cari pekerjaan aja, tidak perlu kuliah. Awalnya kakek tidak terlalu setuju dengan pikiranku, tetapi pada akhirnya dia pasrah dan bilang bahwa terserah padaku saja.
Apakah aku senang dengan kehidupanku ini? Jawabanku adalah... Tidak, aku tidak senang bahkan aku sudah depresi dengan dunia ini. Aku bahkan mencoba bunuh diri beberapa kali, tetapi tetap saja tidak berhasil. Aku sudah mengiris tanganku beberapa kali dengan pisau, tetapi entah mengapa aku tidak merasakan sakit. Tetapi walaupun aku mengiris sebanyak mungkin, aku tidak dapat mati. Aku selalu bertanya pada Tuhan bahwa mengapa tidak membawaku pergi aja agar aku bisa bersama Ibu? Umurku juga sudah tidak bisa diperpanjang lagi gara-gara penyakit ini. Apakah Tuhan ingin menyiksaku lebih dalam lagi? Mengapa dunia ini sangat kejam?
Inilah kisah hidupku yang sudah ku jalankan, tetapi semua berubah ketika aku bertemu denganmu...
"Jadi Jepang... Bla Bla Bla", kata guru sejarah kami yang sedang menjelaskan tentang perperangan antara Amerika dan Jepang panjang lebar. Aku yang mendengarkannya saja sudah bosan sekali dan ngantuk sekali, tetapi aku tidak boleh tidur sebab...
Guru Sejarah kami, Bu Lee dengan tatapan matanya yang tajam menemukan ada murid yang sedang tidur di tengah pelajarannya, dia dengan segera mengambil kapur papan tulisnya dan melemparnya tepat pada orangnya tersebut. Orang yang tadi tidur di atas meja, merengek kesakitan karena kepalanya kena kapur tersebut dan tentu saja sakit soalnya suaranya keras sekali.
"Jeon Hagsaeng (Murid Jeon). Aku tahu kamu pintar, tetapi mohon perhatikan dalam pelajaran tersebut. Berdiri di belakang dan angkat kedua tanganmu.", perintah Bu Lee padanya. Cowok itu yang dari tadi mengerus kepalanya, mematuhinya dan dengan segera ke belakang dan mengangkat Kedua tangannya sambil berlutut.
Inilah mengapa aku tidak berani tidur di dalam kelas, aku menoleh ke belakang untuk melihat cowok tersebut yang tadi kena tercyduk dari Bu Lee. Sepertinya dia masih ngantuk soalnya tadi dia menguap.
Aku yang dari tadi memperhatikannya, tercyduk karena dia sudah menangkap tatapanku padanya. Dia melihatku sambil mengernyitkan alis matanya, tetapi reaksinya berubah langsung menjadi senyum. Aku langsung membalikkan mukaku darinya dan fokus ke depan guru. Mengapa dia senyum padaku? Tanyaku dalam pikiranku berusaha tidak mencari masalah darinya.
Akhirnya jam istirahat, aku pergi menuju ke belakang sekolah soalnya di sana adalah tempat yang pas buatku dan tentu saja, tempat yang jarang dikunjungi oleh murid-murid lainnya. Aku malas sekali tetap di dalam kelasku, soalnya murid-murid di kelasku berisik sekali, seperti monyet dari hutan saja. Dan yang cewek-cewek suka bergosip, tentu saja itu mengganggu sebab mengapa mereka suka sekali mencampuri urusan orang lain sih? Anak zaman sekarang memang aneh.
Ketika aku ke belakang, aku dengar ada suara di balik belakang sekolah tersebut. Aku mengumpet diam-diam dan melihat siapa disana dan ternyata ada murid disana. Satu cowok dan satu cewek berduaan disana. Aku pikir ini adalah tempat yang jarang sekali dikunjungi oleh orang, tetapi mengapa mereka disini.
Mataku langsung membesar ketika aku melihat mereka saling berciuman. Dan ternyata cowok yang menciumnya itu adalah cowok yang tadi kena hukum sama Bu Lee!
Aku yang melihat kejadian tersebut membuatku merinding dan gemetar. Aku melangkah mundur tetapi tidak tahu kalau di belakangku ada kaleng kosong dan secara tidak sengaja aku menendangnya dan itu mengakibatkan ada suara. Kedua pasangan tersebut berhenti melakukan prosesnya dan Melihat ke arah mana suara bunyi tersebut, tempat dimana beradaku. Aku dengan cepat menutup mulutku karena aku hampir mau mengeluarkan suara kagetku.
"Siapa disana?", tanya kedua pasangan tersebut. Apakah aku ketahuan? Tanyaku dalan pikiranku dan dengan segera aku kabur dan meninggalkan tempat ini sebelum ketahuan dari mereka.
Pelajaran yang ke terakhir sudah mulai dan kakiku yang dari tadi terus gemetaran, berusaha aku mendiamkannya tetapi percuma sebab aku terlalu ketakutan. Aku menoleh ke tempat dimana cowok itu duduk dan dia ada disana masih memperhatikan guru tersebut. Aku yakin cowok tadi itu adalah dia, soalnya aku melihatnya dengan jelas termasuk anting-anting di sebelah kanannya.
Aku yang tadi memperhatikannya, tiba-tiba dia menoleh matanya ke aku. Aku yang tadi melihatnya terkejut tetapi tetap memadangnya. Dia yang melihatku tersenyum lagi dan memperhatikan ke guru lagi. Aku yang tadi melihat senyumnya bingung karena... Mengapa dia tersenyum padaku? Aku jadi merinding dan berani menatapnya lagi.
Akhirnya pelajaran terakhir sudah selesai dan ini sudah saatnya pulang. Napasku sesak dan tubuhku letih sekali, aku rasa asma ku kambuh lagi. Tetapi, aku lupa bawa obat asma ku, apakah aku akan baik-baik saja setelah sampai rumah? Tanyaku dengan khawatir, aku pun membawa tasku bersamaku dan beranjak keluar dari kelas ini. Dan entah mengapa ketika aku turun dari tangga, napasku jadi berat. Bagaimana nih?
Setelah aku sudah sampai di lantai dasar, aku duduk di tangga tersebut dan menarik napas pelan-pelan. Apakah aku telepon minta Kakek jemput? Tetapi aku tidak ingin merepotkannya ketika dia sedang bekerja. Macam mana nih? Kakak masih di Jepang dan mereka belum pulang... Apa yang harus ku lakukan?
"Hei, kau baik-baik saja?"
Aku mengangkat kepalaku untuk melihat siapa yang tadi bertanya dan ternyata... Cowok itu lagi... Aku langsung menunduk kepalaku dan tidak berani mengangkapt wajahku, aku takut memandangnya. Aku mohon pergi...
"Aku baik-baik saja.", jawabku langsung yang berharap bahwa dia akan pergi.
"Bohong. Melihat kelakukanmu kau sepertinya tidak enak badan.", katanya dan aku langsung menyentaknya.
"Aku baik-baik saja!"
Aku bangkit dan langsung beranjak pergi untuk keluar dari sekolah ini, tetapi langkahku terhenti ketika ada seseorang menarik tanganku dan tentu saja, tidak ada orang lagi selain dia di tempat ini.
"Kau tidak baik-baik saja.", katanya membuatku kesal dan dia memaksaku ikut dengannya ke UKS, tetapi aku terus mengelak dan bilang kalau aku ingin pulang, tetapi kemudian dia...
"Ugh! Kau ini keras kepala sekali! Sudah ikut aku saja! Jangan membuatku memaksamu dengan kekerasan!", katanya dengan marah dan itu membuatku shock dan ketakutan. Dia langsung menarikku dan membawaku ke ruang UKS dan ketika kami sampai disana. Tidak ada guru UKS disana dan juga tidak ada orang, berarti cuma aku dan dia disini, di ruang sepi ini...
Dia menyuruhku duduk di kasur tersebut dan aku mematuhinya. Dia bertanya aku kenapa dan sakit apa dan aku pun menjawab soal penyakitku ini. Dia mencari apakah ada obat asma nggak di ruang UKS ini, tetapi aku rasa tidak ada. Soalnya obat asma mahal sekali, satu botol gas oksigen (obat asma) sudah berapa won (uang Korea) tuh.
Aku pun menghela nafas dan mengatakan padanya, buatkan aku segelas air dicampur dengan gula. Dia yang mendengar permintaanku bingung, tetapi tetap membuatnya untukku. Dan ketika dia sudah membuatnya, aku langsung meminumnya. Sebenarnya jika kita meminum segelas air dicampur dengan gula, kita dapat menenangkan pernapasan kita dengan cara meminumnya pelan-pelan dan berpikiran santai dan tenang agar asmanya tidak semakin parah.
Dia yang melihatku minum sampai habis, akhirnya membuka mulutnya.
"Kau baik-baik saja? Sudah lebih baik?", tanyanya padaku dengan khawatir. Aku rasa kamu harus menenangkan dirimu.
"Aku baik-baik saja. Dengan begini, aku bisa pulang. Terima kasih ya.", kataku sambil berterima kasih padanya dan cepat-cepat beranjak keluar dari ruangan ini tersebut sebab aku tidak terlalu nyaman berdua dengan dia. Tetapi langkahku terhenti lagi dan dia menahanku.
"Biarkan aku mengantarmu pulang. Bisa gawat jika ada terjadi apa-apa padamu.", katanya membuatku shock dan menatapnya seperti "Yang benar saja?" mukaku padanya.
Awalnya aku mau menolak penawarannya, tetapi dia sudah langsung menarikku keluar dan mengantarku pulang.
Selama perjalanan pulang, tidak ada yang memulai pembicaraan. Dari tadi cuma diam dan berjalan, dia yang dari tadi diam cuma mengikuti jalan arahku pulang. Mengapa dia mau mengantarku sih? Kan awkward. Bahkan aku juga tidak berani menatapnya, aku masih belum melupakan kejadian tadi siang!
"Ngomong-ngomong..."
Akhirnya buka mulut juga dia, aku pikir aku harus memulai pembicaraan nya soalnya tidak ada yang mulai, tetapi masalahnya... Aku tidak tahu ngomong apa dan memulai topik yang mana.
"Kita belum saling kenal ya?"
Akhirnya baru tahu juga kau, kenapa kau mau mengantarku pulang kalau kau tidak mengenalku? Apa jangan-jangan dia mau... memperkosaiku?? Aku langsung jaga jarak darinya sikit jauh darinya. Dia yang melihatku jaga jarak bingung.
"Ada apa?", tanyanya padaku. Aku bilang tidak ada padanya tetapi aku tidak menatapnya.
"Ngomong-ngomong kenalkan namaku Jeon Jungkook. Namamu Go Hae Ra kan?"
Aku langsung menatapnya seperti "Bagaimana kau bisa tahu namaku?" mukaku padanya dan dia yang melihat mukaku, tertawa kecil.
"Ada papan namamu di seragam mu.", katanya membuatku malu. Aduh, malunya... Kataku dalam pikiranku, ketika aku melihat rumahku yang tidak jauh dari mataku. Aku langsung pamit padanya soalnya rumahku sudah dekat dan langsung lari menuju ke rumahku. Dia yang melihatku pergi, mau bilang sesuatu tetapi rasanya dia nggak jadi dan langsung mengucapkan selamat tinggal padaku dan pergi. Dan aku harap besok jangan bertemu denganku lagi.
Keesokan harinya, tidak sesuai dengan harapan ku. Aku baru ingat kalau dia satu sekolah denganku dan! Juga satu sekelas denganku. Setiap pagi hari di sekolah, dia mengucapkan selamat pagi padaku dan itu membuatku terkejut bahkan cowok-cowok di kelas ku yang dekat dengannya bingung. Waktu jam istirahat, dia datang lagi dan mengajak makan siang bareng denganku, teman-temannya yang biasanya mengajaknya makan siang, tidak jadi sebab dia sudah mengajakku makan siang bareng dengannya. Waktu aku lagi jalan sendiri, ketika aku berpapasan dengannya dia akan mengucapkan hello padaku dan ikut ke mana ku pergi dan meninggalkan teman-temannya yang tadi bersamanya. Waktu di tengah pelajaran, dia jadi terus melemparkan kertasnya padaku dan menyuruhku untuk membaca isi kertas tersebut dan membalasnya bahkan di suruh lempar balik atau suruh teman oper pada pemiliknya. Dan sekarang, dia jadi terus mengantarku pulang! Dan aku juga baru tahu kalau rumah kami searah! Ya, Tuhan... Apakah Tuhan ingin aku menjadi gila??
"Kenapa kau terus mengikutiku?" Akhirnya aku bertanya padanya setelah sekian lama bagiku ini sudah hari yang sangat panjang yang sudah kulalui bersamanya. Bahkan teman-temannya yang kadang kebetulan ketemu langsung bilang "Oh, kamu yang selalu bareng sama Jungkook ya?" atau "Oh, kamu yang namanya Hae Ra yang selalu disebutin oleh Jungkook?" atau tak "Hello teman Jungkook." Aduh, bising sekali.
"Kenapa? Ada masalah?", tanyanya dan menatapku dengan bingung. Tentu saja, ada masalah. Aku tidak tahu kalau kau bakal sepopuler gitu di sekolah! Bagaimana bisa cewek-cewek di kelas ku jatuh hati padamu?? Bahkan mereka terus bertanya bahwa bagaimana aku bisa dekat dengan kamu atau apa gitu kek! Itu merusak suasana tenang ku.
"Tentu saja. Cewek-cewek di kelas kita dari tadi terus bertanya soal bagaimana kita bisa terlalu dekat atau apalah gitu. Itu terlalu menyebalkan!", kataku dengan kesal.
"Wow. Benarkah? Cewek-cewek benar-benar sudah tergila padaku.", katanya dengan sok. Ternyata dia orang seperti itu... Playboy dan genit!
Aku langsung pergi meninggalkannya dan dia dengan cepat mengikutiku dan bilang dia cuma bercanda. Dan entah kenapa aku merasa nyaman bersamanya mungkin aku sudah lama terlalu sendiri. Bahkan aku berani memandang mukanya, biasanya aku takut padanya. Napasku merasa lega ketika melihat dia tertawa dan senyuman kelincinya yang comel. Entah mengapa tetapi aku merasa senang dan nyaman.
Awalnya aku berpikir begitu, tetapi ada kejadian yang menimpaku.
"Ouch!" Aku jatuh kesakitan dan tubuhku terbentur di lantai semen yang kasar. Ada sekumpulan geng cewek tiba-tiba datang mencariku dan mereka mengajakku keluar dan membawaku ke atap sekolah. Dan ternyata cewek leader mereka tuh adalah...
"Hei, kau! Aku peringatin kau jauh-jauhlah dari Jungkook-oppa! (Oppa artinya abang tetapi bisa dipanggil sebagai sayang untuk kekasih)" Ternyata cewek ini adalah cewek yang waktu itu bersama Jungkook di belakang sekolah. Aku tidak tahu bagaimana caranya dia bertemu denganku, tetapi yang membuatku masalah adalah sepertinya dia ingin menghabisiku.
"Hei, apa kau tahu kalau Jungkook-oppa punya pacar? Dan kau tahu siapa aku?"
"Aku adalah pacarnya! Dan jangan pernah kau mendekati pacarku atau tidak, aku tidak akan tinggal diam saja!", katanya seperti memberikanku peringatan terakhir, tetapi itu tidak membuatku takut. Yang paling ku takut sekarang adalah... Asma ku. Asma ku kambuh lagi, sepertinya gara-gara ramai, aku jadi susah bernapas. Aku harus menyelesaikan ini lalu pergi dari sini.
"Hei, kau dengarkan aku tak?!"
"Baiklah."
"A-Apa?"
Aku langsung memotong ucapannya walapun aku agak sedikit sudah bernapas tetapi aku dapat mengatur pernapasanku dengan tenang dan menghadapi orang- orang yang menurutku... Kasihan.
"Aku akan menjauh darinya seperti yang kau inginkan.", kataku membuat mereka terkejut. Dan melihatku seakan aku cuma main-main sama mereka.
"A-Apa yang benar saja? Hei, kau main-main dengan kami?", katanya lagi membuatku agak sikit kesal.
"Tidak." Aku langsung menjawab dan itu membuat mereka tersentak. Dan wajah mereka nampak sekali kalau mengatakan "Aku tidak tahu kalau dia segampang ini." atau "Serius?", "Yang benar ini?", "Tidak ada elakan?" Kadang aku melihat mereka bodoh juga, soalnya kedengaran tahu walaupun kalian bisik-bisik. Akhirnya si leader yang menganggap dirinya pacarnya Jungkook membuka mulut.
"Ehem! Baguslah kalau kau tahu akibatnya.", katanya sambil berpura-pura batuk. Maunya apa sih sebenarnya sih orang-orang ini?
"Sudah? Kalau begitu, aku pergi dulu.", kataku dan langsung pergi menutup pintu keluar dari tempat ini. Ketika aku mengenggam pegangan pintu tersebut, aku menyampaikan pesan terakhirku pada mereka.
"Jujur saja... Aku merasa kasihan padamu", kataku padanya dan langsung keluar dari tempat tersebut. Ya, aku merasa kasihan padanya. Dia berusaha membuat sesuatu dan seseorang menjadi miliknya tetapi itu sebaliknya. Yang ada... Orang itu mempergunakannya seperti waktu itu di kejadian belakang sekolah. Dan yang bisa dilakukan dia menganggap dirinya pada orang lain tersebut.
Ketika aku turun dari tangga tersebut, tiba-tiba aku drop dan pernapasanku lama kelamaan lemah dan susah bernapas. Dada ku pun mulai merasa sesak.
"Gawat, aku harus segera kembali ke kelasku dan menghirup obat asma ku.", pikirku dan berusaha untuk bangkit dan berjalan menuju ke arah kelasku dan tiba-tiba ada seseorang muncul dan dialah yang melibatkanku dalam masalah, Jeon Jungkook.
"Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?? Apa yang Jennie lakukan padamu???" Jennie? Apakah itu nama cewek tadi? Wow, dia bahkan panggil nama depannya. Bagus sekali anak playboy!
"Minggir.", kataku menyuruhnya untuk minggir.
"Beri tahu aku, apa yang telah dia lakukan padamu??", tanyanya lagi tetapi aku langsung menyentaknya dengan marah.
"Jika ingin tahu apa yang telah dia perbuat padaku, tanyakanlah pada pacarmu sendiri!", kataku dengan marah dan malah melupakan kalau sekarang aku lagi asma dan aku tidak boleh marah jika tidak... Malah jadi makin parah... Aku langsung mendorongnya dan dia menahanku untuk tidak pergi.
"Apa yang dia katakan padamu? Pacar? Sepertinya kau salah paham dia-"
"Lepaskan tanganmu dariku!", teriakku membuatnya tersentak dan dengan segera melepas tangannya.
"Pergilah... Menjauhlah dariku...", kataku dengan pelan sebab aku seperti tidak punya tenaga untuk berbicara soalnya pernapasanku jadi rendah.
"Gara-gara kau hidupku jadi tidak tenang. Bahkan aku tidak dapat bernapas jika bersamamu.", kataku seketika ini adalah perpisahan terakhirku bersamanya.
"Jadi... Berhentilah memasuki kehidupanku... Kau membuatku tidak nyaman.", kataku dan langsung beranjak pergi meninggalkannya. Setelah beberapa menit kemudian, aku sampai di lorong menuju ke kelasku, aku membalikkan badanku untuk melihat apakah dia mengikutiku dan ternyata... Tidak. Aku rasa ini benar-benar adalah perpisahan kita.
Beberapa bulan kemudian, aku dan Jungkook sudah tidak berhubungan lagi. Walaupun kita satu sekolah, sekelas, dan searah dengan rumahku... Kita sudah tidak bersama-sama lagi, tidak bercanda satu sama lain lagi, dan juga berbicara bersama. Setiap kita berpapasan di sekolah sendirian, kau melihatku dan aku melihatmu, tetapi kita tidak pernah mengucapkan sepatah kata apapun dan langsung melewatinya begitu saja seperti angin berhembus.
Ujian kelulusan akhirnya datang dan kita murid kelas 3 SMA memulai fokus pada pembelajaran untuk ujian ini. Tentu saja, semuanya harus belajar. Ada yang mau masuk kuliah elite, ada yang mau kuliah di luar negeri, dan ada yang mau langsung kerja dan cepat nikah mungkin itu yang sudah pasrah saja, tetapi tidak bagiku aku tahu kalau setelah lulus aku langsung cari pekerjaan, tetapi aku masih belajar, sebab ini adalah pembelajaran terakhirku di masa sekolah ini dan aku pun tidak akan menyesal jika aku tidak lanjut kuliah. Aku akan berusaha keras dan mencari duit untuk kehidupan keluargaku. Dan aku yakin ibu akan senang padaku di atas sana.
5 tahun kemudian
Aku bekerja sebagai uang kasir di toko minimarket 24 jam. Ya, pekerjaan rendah tetapi aku tidak mengeluh kok. Setelah sekian lama, aku bekerja, aku sudah rajin-rajin menabung, menghidupi keluarga, membiayai uang sekolah adik-adikku, dan membantu Kakek yang sudah beranjak berumur 80-an tahun. Kakek jadi semakin lambat bergerak dan dia sangat cepat letih, sekarang dia tidak bekerja lagi dan pensiun. Aku rasa di rumah lagi nonton Tv sekarang sedangkan adik-adik kembarku mereka sudah kelas 6 SD yang sebentar lagi mau masuk SMP. Sedangkan kakak-kakakku, aku tidak menerima surat kabar dari mereka, tetapi ku dengar Kakak pertamaku bekerja sebagai jaksa hukum sedangkan Kakak kedua ku, dia bekerja sebagai pemandu pariwisata dan aku sangat bangga sekali pada mereka yang sudah berhasil meraih impian mereka. Apa impianku? Sebenarnya setelah aku lulus dari SMA ini, aku sudah tidak memiliki impian lagi. Lebih tepatnya, aku tidak pernah memikirkannya. Aku selalu memikirkan keluargaku dibandingkan impianku sendiri. Yang ku tahu hanyalah bekerja, mencari duit, dan menghidupi keluarga. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan impianku.
"Eh? Hae Ra?"
Aku yang dari tadi melamun terus dengan segera melayani pelangganku, tetapi ketika dia menyebut namaku, aku melihat seorang pemuda tampang yang sepertinya seumuran denganku.
"Nugu? (Siapa?)"
"Kau tidak ingat aku?"
Melihat dari mukanya, dia sungguh tidak asing, tetapi aku tidak tahu dia siapa. Tetapi beberapa menit kemudian, aku sadar dan ingat bahwa dia adalah...
"Jungkook?"
Flashback
Jungkook's POV
"Pergilah... Menjauhlah dariku...", katanya membuatku terkejut dan dia melanjutkan omongannya.
"Gara-gara kau hidupku jadi tidak tenang. Bahkan aku tidak dapat bernapas jika bersamamu.", katanya seakan ini adalah perpisahan kita.
"Jadi... Berhentilah memasuki kehidupanku... Kau membuatku tidak nyaman." Dan setelah itu dia pergi meninggalkanku sendiri.
Perkataannya membuatku sakit atas apa yang tadi dia katakan. Ini terjadi kesalah pahaman. Aku belum berpacaran dengan seseorang dan kau sudah salah paham. Mengapa kau tidak mau mendengar penjelasanku dulu?
"Jungkook?"
Aku menoleh ke belakangku dan ternyata dia.
"Apa?", kataku dengan marah.
"Kau sedang apa disini?", tanyanya dengan sok imut.
"Bukan urusanmu.", kataku dengan dingin.
"Aduh, Oppa ku dingin sekali.", katanya langsung memeluk lenganku dan aku langsung mengelaknya.
"Aku bukan Oppa mu. Hentikan kau membuatku jijik.", kataku sambil menatapnya dengan jijik
"Apa maksudmu kau bukan Oppa ku? Kita bahkan sudah berciuman!", katanya membuatku kesal dan aku langsung menendang dinding di sampingnya.
"Kamu yang duluan menciumku!"
Flashback (2)
"Kenapa kau mengajakku ke sini?", tanyaku dengan bingung. Aku melihat Jennie yang dari tadi tersenyum dengan sinis dan tiba-tiba dia menciumku. Aku terkejut ketika dia tiba-tiba menciumku dan ketika aku mau mengelaknya ada suara tendangan kaleng disana. Astaga, apakah ada orang yang melihat kita?
"Siapa disana?", tanyaku ketika Jennie berhenti menciumku dan aku mendengar suara kaki yang sedang kabur atau lari dari tempat ini.
End of Flashback (2)
Jennie yang melihatku, takut gemetaran sampai mati dan aku meninggalkannya dan memberi peringatan terakhirku padanya bahwa
"Jangan pernah kau sok akrab denganku lagi atau tidak, kau tahu akibatnya.", kataku ketika memberatkan suaraku di bagian kata terakhirku. Dia yang mendengarku, langsung jatuh dan berlutut dengan lemas karena ketakutan.
End of Flashback.
Akhirnya dia ada waktu istirahat kerja juga dan aku pun mentraktir dia sebuah kopi di Kafe terdekat ini. Sebenarnya aku mau ajak dia berbicara, tetapi aku tak tahu harus mulai dari mana. Jujur saja, ini awkward. Kita sudah lama tidak berbicara satu sama lain lagi karena kejadian tersebut. Melihatmu dengan keadaan sekarang, aku rasa kau baik-baik saja.
"Bukankah sudah kuberitahukan bahwa menjauhlah dari hidupku?", katanya tanpa menatapku. Dia sama seperti dulu, dingin tetapi tidak bisa berbohong.
"Ya, aku tahu. Tetapi aku tidak mau.", kataku dengan langsung.
"Apa?"
"Katamu... Kau tidak dapat bernapas jika bersamaku."
"Tetapi, aku tidak bisa bernapas tanpamu.", lanjutku membuatnya shock atas apa yang kukatakan padanya.
Ada yang ingin kulalui bersamamu dan aku ingin kita menjalankan bersama-sama. Ini bukan berakhir, tetapi ini baru saja dimulai tentang kisah kita berdua.
The end
★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆
#Day21
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Words : 3392
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top