2# Amarah - Woozi (SVT)
Orang bilang kalau kalian punya pacar yang suka marah-marah, mending putus aja. Tetapi aku penasaran apakah kalian pernah melihat sisi lainnya? Apa maksudku dengan sisi lainnya? Kalau begitu saya bertanya apakah ia mencintaimu dengan tulus walaupun ia suka marah-marah? Temukanlah jawabanmu sendiri sebab hanya engkau yang akan tahu jawabannya. Seperti aku yang sudah pernah berpengalaman.
***
Aku sedang belajar di dalam kamarku untuk menghadapi UAS yang akan mendatang. Sambil mengetuk-ngetuk pena, aku baru sadar bahwa keadaan rumah terlalu sepi. Sebenarnya aku tidak tinggal sendiri, aku tinggal bersama pacarku yang kini berumur 22 tahun. Berapa umurku? Ya, aku sekarang berumur 17 tahun. Kaget? Ya, tidak perlu dikagetin ini memang hal yang biasa terjadi di dunia ini selain aku.
Kenalkan namaku Song Eun Ha, aku siswi kelas 2 SMA yang masih 17 tahun. Aku berpacaran dengan cowok yang lebih tua dariku dan sekarang aku tinggal serumah dengannya. Bagaimana dengan kedua orang tuaku? Sebenarnya orang tuaku sekarang di London untuk mengerjakan bisnis mereka dan tentu saja, mereka masih belum tahu kalau aku tinggal serumah dengan cowok apalagi mereka belum tahu kalau aku sudah berpacaran.
Sebenarnya saya nggak sendirian di rumah, pacarku ada di dalam kamarnya. Tetapi walaupun dia ada di rumah, situasinya tetap saja sunyi. Soalnya setiap balik pulang ke rumah, dia langsung masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan salam ke aku. Tetapi aku mengerti bahwa pacarku selalu sibuk dalam pekerjaannya makanya aku tidak berani mengganggunya.
Tetapi jujur saja, aku rindu sekali dengan pelukan hangatnya dan bisa dibilang aku ingin dia menemaniku. Aku ingin kita seperti dulu lagi waktu kita makan, nonton bersama, dan melakukan aktivitas lain seperti kencan. Tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk mengatakan di depannya dan ini sungguh menyedihkan. Aku hanya merindukannya.
Aku segera bangun dari tempat meja tulisku dan keluar dari kamarku. Aku melihat kamar pacarku yang ada di sebelah sana dekat dengan pintu ruang tamu. Seperti biasanya pintu kamarnya tertutup seperti tidak ada orang di dalam. Aku menuju ke kamarnya dan mencoba membuka pintu tersebut. Awalnya ku pikir pintunya terkunci, tetapi ketika aku memutar pintu genggamnya ternyata tidak. Aku membuka pintunya perpahan-lahan dan melihat pacarku sedang bermain orgen. Aku rasa dia tidak sadar kalau aku masuk karena aku melihat telinganya yang sedang mendengar lagu dengan headset.
Sebenarnya pekerjaan pacarku adalah seorang penyanyi idol kpop boyband dan dia adalah producer yang bertugas untuk menulis lagu dan menciptakan instrumen lagu tersebut. Dia selalu serius dalam segala hal dan tidak pernah bercanda. Dia selalu fokus dalam mengerjakan apa yang harus ia kerjakan termasuk menulis lyric lagu barunya. Sejak mereka comeback, ia jadi semakin sibuk dalam pekerjaannya. Sibuk dalam latihannya, pemotretannya, dan lainnya. Makanya karena kesibukannya, aku tidak berani mengganggunya dan tidak ingin ia mengkhawatirkan soal yang lain termasuk aku. Sebab aku ingin dia meraih impiannya seperti yang ia mimpikan saat ini tanpa perlu khawatir di sekitarnya. Tetapi setelah beberapa hari sudah berlanjut, aku menjadi rindu dengannya karena ini sudah hampir 3 minggu kita tidak saling bicara dan saling bertemu. Aku sangat merindukannya.
Aku pelahan-lahan masuk ke dalam kamarnya dan menarik tali headsetnya. Tiba-tiba ia menekan keyboard orgennya secara bersamaan dengan kuat dan membalikkan mukanya untuk melihatku. Melihat dari ekspresi dari mukanya sepertinya ia terkejut karena tiba-tiba ada orang yang menarik headsetnya padahal kamarnya tidak ada orang.
"Apa yang ko lakukan di sini?", katanya dengan suara kesal sambil menyambar tali headset yang tadi kutarik. Benar, inilah pacarku, Lee Jihoon.
"Maaf aku masuk diam-diam. Ini waktunya makan siang, ayo makan sama-sama.", ucapku berharap kalau dia setuju untuk join makan siang bersamaku. Tetapi, tidak sesuai dengan harapku.
"Tinggalkan saja makanannya di atas meja. Nanti aku makan.", katanya kembali bermain orgen. Kenapa dia menjadi cuek sekali padaku?
"Tetapi aku ingin makan bersamamu. Sudah lama sekali kita tidak pernah makan bareng.", ucapku berusaha menarik perhatiannya.
"Aku sibuk. Ko bisa makan sendiri kan?", katanya seakan ia tidak terlalu peduli.
"Tapi aku rasa ini waktunya untuk istirahat. Ko sudah bekerja terlalu keras sampai lupa waktu untuk makan dan tidur.", ucapku sambil memeluknya dari belakang, tetapi dia berusaha melepaskan pelukanku dan kembali bermain orgen.
"Aku tidak punya waktu untuk bersenang-senang.", ucapnya sambil memakai headset kembali.
"Kembalilah belajar sebentar lagi ko UAS kan? Jangan mengganggu ku cepat belajar.", ucapnya sambil kembali fokus pada orgennya. Melihat perilaku pacarku, aku merasa sangat marah karena ia seperti melihatku tidak ada apa-apa baginya.
"Mengganggu? Aku hanya ingin ko beristirahat dan melepaskan stressmu dari kerjaanmu. Apakah ini terlihat seperti mengganggu untuk mu?", ucapku dengan nada marah dan kecewa.
"Eun Ha, aku tidak-"
"Tidak, Jihoon aku ngerti. Atau kupanggil saja ko Woozi? Ini terlihat seperti aku tidak dapat mengenalimu lagi. Ini sudah terjadi sejak ko comeback-"
"Song Eun Ha!"
Aku langsung diam karena dia memanggil namaku dengan suara keras. Dia langsung berhenti bermain orgen dan melihatku dengan kesal. Astaga apakah dia marah? Tidak mungkin Jihoon tidak pernah marah denganku.
"Jangan menyalahkan ini dengan karirku. Seventeen adalah hal terbaik yang pernah terjadi padaku, juga pernah terjadi pada kita.", ucapnya serasa amarahnya telah meningkat karena dari mukanya yang merah, aku tahu kalau dia sudah sangat marah.
"Aku tidak menyalahkan karirmu!"
"Mengapa aku tidak dapat mempercayaimu? Jika ko tidak dapat mendukung karirku, aku tidak akan mendukung hubungan kita. Ko tahu? mungkin kita tidak ditakdirkan untuk bersama.", ucapnya membuat mata airku keluar dari mataku karena kata-katanya membuatku tersakiti atas apa yang sudah ia katakan dari mulutnya. Jadi selama ini, dia berpikir seperti itu padaku? Aku mengangkat tanganku dan langsung menamparnya, yang kini perasaanku sedang bercampur aduk.
"Betapa teganya engkau? Setelah apa yang kita lalui! Kau tahu apa? Mungkin ko benar." Aku segera keluar dari kamar meninggalkan Jihoon yang sedang mengerus pipinya yg ku tampar. Aku dengan cepat masuk ke dalam kamarku, ambil semua baju yg ada di dalam lemariku dan memasukkannya ke dalam luggage.
"Ko mau kemana?" Jihoon segera masuk ke kamarku setelah ia melihatku membawa luggage.
"Bukan urusanmu!", ucapku yang tidak dapat menghentikan amarah dan segera keluar dari rumah ini tanpa menghiraukan omongan Jihoon.
Air mata yang mengalir di muka ku, aku berjalan ke taman untuk menenangkan tangisan dan amarahku kepada Jihoon. Dari semua tempat, cuman ini yang bisa aku datangi sebab tempat ini adalah dimana aku pertama kali bertemu dengan Jihoon. Aku ingat sekali kejadian itu, kejadian saat aku dibully oleh teman sekelasku dan aku dengan cepat kabur dari teman sekelasku dan lari ke taman ini dengan seragam sekolahku yang basah karena disiram air kotor oleh mereka. Dan karena penampilan menyedihkanku ini, Jihoon datang membantuku dengan memberiku jaketnya padaku. Sejak kejadian itu, aku mulai berkenalan dengannya dan lama-lama Kami menjadi dekat dan mempunyai perasaan satu sama lain. Dan pada akhirnya kami menjadi sepasang kekasih. Kejadian itu tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.
Aku melihat ke bawah dan menghapus air mataku yang mengalir di muka ku. Ketika aku sudah menghapus air mataku, aku bangun dan melihat bouquet bunga yang besar di depanku. Dan bunga itu dipegang oleh cowok yang kucintai.
"Aku minta maaf.", ucapnya dengan mata yang merah. Melihat matanya, aku rasa tadi dia menangis, tetapi aku tidak dapat memaafkannya.
"Aku tidak bermaksud membuatmu menangis. Aku hanya sangat stress dan aku tahu kalau aku tidak punya banyak waktu untuk menghabiskannya bersama mu. Aku tahu ini sangatlah menyebalkan, tetapi aku tidak ingin kehilanganmu, Eun Ha. Aku hanya terlalu terpengaruhi dari situasi tersebut. Bisakah engkau memaafkanku?", ucapnya sambil memegang tanganku dan tersenyum sedih. Melihat reaksinya, membuat perasaanku tercampur aduk. Perasaanku sedih karena melihat Jihoon seperti ini, tetapi ada rasa sedikit senang bahwa Jihoon masih mencintaiku.
"Aku memaafkanmu, tetapi jika ini terjadi lagi. Aku sumpah, aku akan keluar dari rumah.", ucapku sambil memegang tangannya. Ketika aku memegang tangannya, aku melihat ada darah di tanganku. Dengan segera, aku menarik tangannya dan memperlihatkannya padaku. Dan ternyata tangan Jihoon berdarah. Aku menatapnya dan dia menatapku dengan memalukan.
"Bagaimana ini bisa terjadi?", tanya ku padanya dengan penuh khawatir.
"Uh... Bolehkah di dinding rumah kita ada lubang kecil?", ucapnya seperti dalam sebuah pertanyaan. Dan beberapa detik kemudian, aku mengerti maksudnya.
"Jihoon! Ko gila?? Bagaimana bisa ko memukul tembok rumah dengan sekali pukulan??? Memangnya ko pikir ko tuh superman atau batman??? Ah. Tak apa deh. Yang penting hubungan kita baik-baik saja.", ucapku sambil mengerus tangannya. Dia ketawa dan mencium pipiku sebelah kanan.
"Ko tahu kan kalau aku sangat mencintaimu?" Dia berbisik dan tersenyum padaku dan itu membuatku merah padam. Aduh, tidak baik untuk jantungku. Aku berpikir sambil menahan rasa malu, tetapi dengan segala keberanian aku pun juga melakukan hal yang sama.
"Ya, aku tahu." Aku dengan segera mencium pipinya dan dengan cepat pergi darinya supaya ia tidak lihat mukamu yang berwarna merah seperti tomat.
"Oi, ada apa?" Dia mengejarku dengan senyuman liciknya dan aku rasa dia tahu kenapa aku kabur darinya.
"Ayolah ada apa dengan muka mu?" Dia memegang bahu ku untuk membalikkan badanku untuk melihatnya tetapi aku mengerak.
"Jangan lihat muka ku.", ucapku sambil menutup muka dan dengan cepat aku lari darinya.
"Yah!"
Aku terus lari di sekeliling taman dan dia tetap terus mengejarku. Demi mendapatkanku, dia terus mengejarku dan aku bersyukur bahwa hubungan kita tidaklah berakhir. Tuhan, terima kasih sudah mempertemukanku dengan nya. Aku sungguh bersyukur.
Jika pacarmu suka marah-marah, tetapi dia tetap mencintaimu. Cintailah dia apa adanya karena nggak semua orang memiliki kelebihan atau sifat yang baik. Semua orang pasti pernah marah kan?
Amarah tuh bukan apa-apanya kok.
The end.
☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★
#Day2
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Words : 1544.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top