19# Pelangi (10) - Hoshi (SVT)
Part 10 from Ibu (LAST)
Jika pelangi muncul artinya sesuatu hal yang baik akan terjadi.
***
Soonyoung's POV
Sesuai dengan perjanjiannya, hari ini aku ada kelas seni di gedung kesenian yang disarankan Bu Kim. Tetapi, ketika aku masuk ke gedung tersebut... Mengapa tidak ada orang sama sekali??
Apakah aku dibohongi? Dan dipermainkan? Tanyaku dengan stress sebab aku telah menghabiskan waktuku ke sini sebenarnya aku mau ikut teman-temanku ke warnet untuk main game, tetapi aku menolak penawaran hanya karena ini. Ini sungguh menyebalkan.
"Wah. Kwon Hagsaeng (Murid Kwon)."
Aku mencari seseorang yang tadi memanggilku sambil membalikkan badanku tetapi tidak ada siapa-siapa. Jangan-jangan hantu?
"Disini hagsaeng"
Akhirnya aku menemukan orangnya dan ternyata Bu Kim. Syukurlah ada orang, kalau nggak aku bakal pergi dengan sia-sia. Tetapi yang mengikuti kelas seni ini... Cuma aku?? Yang benar saja?? Berarti aku cuma berdua dengan Bu Kim??
"Erghh... Bu Kim..."
"Oi! Dah ku bilang jika cuman kita berdua, panggil aku Noona! (Kakak)", rengeknya dan menyuruhku untuk memanggilnya Noona. Jujur saja, aku agak merinding nak memanggilnya Noona sebab aku belum terbiasa.
"Erghh... Noona... Cuman kita berdua aja?", tanyaku sambil menunjukkan 2 jari padanya dan dia cuma mengangguk dengan mantap. Yang benar saja??
"Tentu saja! Aku kan cuma mengundang mu.", katanya dengan suara aegyo nya (suara imut)
"Aku butuh siswa yang serius.", katanya dengan tegas. Sekarang aku mengerti mengapa dia cuma mengajakku karena dia tahu atau sadar bahwa selama ini cowok-cowok yang ikut kelasnya, tidak ada yang serius dan perhatiin dari materi tersebut, tetapi mereka datang hanya untuknya.
"Ngomong-ngomong, menurut Kwon Hagsaeng, aku cantik nggak?", tanyanya membuat tersentak terkejut dari ngomongnya. Mengapa dia bertanya padaku? Tetapi aku pun berkata jujur.
"Ya, kamu cantik.", kataku sambil menunjukkan mukaku padanya bahwa aku sebenarnya tidak tertarik padanya. Aku memang tidak tertarik padanya, lebih tepatnya dia bukan tipe ku.
"Coba tebak aku umur berapa?" Kenapa dia tanya hal sepela itu padaku? Tetapi aku tetap menjawabnya.
"Hmm... Mungkin 20-an. Kenapa ibu tanya padaku?", tanyaku dengan bingung. Aku bahkan nggak tanya statusnya atau apa, ada masalah apa denganku?
"Astaga, kamu pikir aku berumur 20-an?", katanya dengan gembira. Kalau aku melihat muka senangnya artinya dia lebih tua dariku.
"Sebenarnya aku umur 40 lho~", katanya membuatku tersedak oleh air liurku. Yang benar saja 40?? Mukanya terlalu baby face.
"Bu Kim. Bukankah katamu kita akan mempelajari materi hari ini?", tanyaku padanya soalnya aku tidak ingin menghabiskan waktuku di sini.
"Oh! Tentu saja!" Untung saja, aku bertanya kalau tidak aku akan lama-lama disini dengan ibu dosen yang bising ini.
Jae Ah's POV
Hari ini aku harus berangkat ke rumah saudaraku. Aku sudah menyusun bajuku dan semua barang yang kubutuhkan ke dalam luggage. Ibu memasakkan makanan kesukaanku termasuk sausage (sosis), telur gulung, dan kimchi! Aduh, aku langsung ngiler.
Ibu menyuruhku untuk datang dan makan siang bersama. Dan aku pun datang, ketika kami sudah mulai makan siang, ibuku memberiku kimchi satu mangkuk dan aku pun memakannya rasanga benar-benar enak, tetapi memakan kimchi ini mengingatkan ku pada seseorang... Soonyoung... Sebenarnya buatan kimchi Soonyoung sangat enak sekali dan aku ingin sekali memakannya lagi. Aku sangat rindu dengan masakannya.
Aduh, mengapa aku memikirkannya?? Dengan segera, aku berhenti memakan kimchi dan langsung makan sosis. Ibu yang melihatku makan bertanya.
"Ada apa? Kimchinya tidak enak?" Ibu bertanya dengan khawatir karena masakannya. Aku langsung senyum dan bilang makanan ibu paling top dan akhirnya ibu senyum.
Aku harus melupakannya, aku tidak boleh terus memikirkannya. Benar tidak boleh.
Setelah aku makan siang, aku langsung masuk ke kamarku dan pas sekali tiba-tiba ada yang telepon aku. Aku melihat siapa yang meneleponku ternyata Jisoo Oppa! Dan aku pun langsung mengangkatnya.
"Oppa!", nyahutku dengan semangat.
"Udah makan?", tanyanya dan aku menjawabnya bahwa aku sudah makan dengan kenyang sekali sampai perutku menjadi besar dan Oppa pun tertawa karena aksi ku yang kekanakan-kanakan sekali.
Dia memberitahuku bahwa kalau jam kuliahnya selesai, dia akan meneleponku untuk siap-siap dan menjemputku, tetapi aku menolak penawarannya dan bilang bahwa aku naik taksi aja dan menyuruhnya untuk fokus dalam kuliahnya saja. Awalnya Oppa tidak menyetujui tindakanku, tetapi pada akhirnya dia setuju. Dan ketika dia mau nutup teleponnya aku langsung mengatakannya bahwa aku sangat menyayangi Oppa dan bilang selamat tinggal padanya. Dia yang mendengarku, tertawa kecil dan kedengaran sekali lewat telepon dan pada akhirnya aku sudah menutup teleponnya.
Dengan begini, aku akan memulai hidupku yang baru dengan tenang di rumah saudara. Aku akan tinggal disana sampai liburan musim panas berakhir. Apakah aku dapat move on darimu Soonyoung selama liburan musim panas? Tanyaku pada diriku sendiri, tetapi aku langsung menegaskan pada diriku sendiri, bahwa aku pasti bisa.
Soonyoung's POV
Akhirnya selesai juga, aku rasa tidak buruk juga materi hari ini. Aku pun sudah dapat pengetahuan dari kesenian ini dan rasa ketertarikanku pun meningkat. Jadi pingin mencoba dalam segala hal seperti melukis dan lainnya. Tetapi selain melukis, aku ingin coba sekali mengecat juga. Soalnya kata Bu Kim mengecat adalah salah satu seni yang banyak sekali dilakukan oleh seniman. Dan aku ingin mencoba melakukannya.
"Sebelum kita mengakhiri kelas ini. Aku memberimu satu pertanyaan untuk tugas rumahmu, Kwon Hagsaeng.", kata Bu Kim sambil mengedip sebelah matanya. Apakah dia seorang winked girl?
"Mengapa cat-cat pewarna selalu memiliki banyak macam warna? Dan mengapa warnanya berwarna-warni?" Katanya membuatku menganggap pertanyaannya adalah hal sepele.
"Bolehkan aku langsung menjawab?" Kataku dengan santai. Dia yang mendengarku, mengangguk sambil tersenyum.
"Tentu saja." Aku pun mulai menjawab pertanyaannya.
"Karena fakta."
Aku yang menjawabnya, merasa bahwa dia tersentil di kepalanya dari jawabanku. Ya, iyalah. Jawabanku selalu singkat, jelas, dan padat. Tak usah pusing-pusing kepala lagi.
"Ehem!" Akhirnya dosen buka mulut, jujur saja melihat reaksinya seperti itu, aku pingin tertawa.
"Aku hargai dengan jawabanmu, Kwon Hagsaeng.", katanya dengan tenang.
"Tetapi, bukankah kamu harus menjawabnya dengan perasaan?", katanya membuatku bingung. "Perasaan?", kataku dalam pikiranku.
"Jika kamu menganggap pertanyaan ini adalah hal sepele, berarti kamu menganggap seni ini sangatlah gampang bagimu. Bukankah begitu?", katanya membuatku tersentak dan terkejut.
"Seni itu bukan hanya menggerakkan tangan kita untuk mengerjakan hasil karya indah, tetapi seni itu mempelajari kita untuk membukakan perasaan kita pada karya tersebut.", jelaskannya padaku.
"Jika kamu menemukan gambar yang sangat... sangat jelek, jangan menganggap itu adalah hal sepele yang sangat gampang sekali digambar. Gambar jelek itu pasti punya maksud apa yang dipikirkan oleh seniman tersebut, seperti apakah dia bersedih, senang, atau marah? Bisa juga depresi, kesepian, dan emosi lainnya."
"Seluruh seniman menggambarkan hasil karyanya dengan perasaan mereka. Maupun orang yang pandai dalam menggambar maupun orang yang tidak pandai dalam menggambar. Yang paling penting itu adalah perasaan mereka pada seni tersebut."
"Sebenarnya ada 2 hati, yang harus engkau ketahui. Orang yang menggambarnya tidak rapi, terburu-buru, dan tidak tenang artinya hati mu kotor seperti ada sesuatu yang mengganggu mu. Sedangkan kebalikannya, itu artinya hatimu bersih. Ini bisa dibilang seperti hati nurani. Seperti kau sedang berbicara di dalam hatimu diantara iblis dan Tuhan, dimana kamu harus memilih jalan yang benar atau salah.", kata Bu Kim yang menjelaskan panjang lebar.
"Jadi, ingat anak muda. Jangan menganggap seni itu adalah hal sepele. Seni itu akan membantumu mengendalikan emosi dan membuka perasaanmu dengan jernih. Pikirkanlah.", katanya sambil menepuk pundakku lalu pergi meninggalkanku sendiri, tetapi dia berhenti selangkah ketika nak beranjak keluar.
"Jangan lupa PR mu. Besok ketemu aku di kantorku.", katanya untuk pesan terakhirnya padaku lalu pergi.
Setelah aku keluar dari gedung kesenian, aku pun pergi ke lorong jalan keluar gedung kuliah ini sambil berpikir pertanyaan yang diberikan oleh Bu Kim. Jujur saja, waktu penjelasan panjang lebar dari Bu Kim, aku agak sedikit mengerti tetapi entah mengapa agak pusing juga. Katanya aku harus menjawabnya dengan perasaanku berarti apakah aku tidak perlu menggunakan kepala? Aduh, pusing sekali. Aku tidak tahu kalau seni bakal sesulit itu.
"Oi! Soonyoung!"
Aku membalikkan badanku untuk melihat siapa yang memanggilku ternyata Jisoo. Ada apa nih?
"Ikut aku ke taman kuliah belakang.", katanya membuatku bingung dan dia langsung pergi ke arah taman tersebut dan aku pun mengikutinya soalnya dia menyuruhku untuk mengikutinya.
Ketika kami sampai di sana, kami duduk di bangku taman yang panjang ini bersama-sama tetapi kami duduknya agak jarak jauh, tetapi yang penting kami dapat berbicara satu sama lain.
"Ada apa ajak aku jauh-jauh ke sini?", tanyaku dengan bingung. Kami yang dari tadi diam, akhirnya aku membuka mulutku untuk memulai pembicaraan nya soalnya aku tidak begitu suka dengan situasi canggung gini.
"Aku ingin memberitahumu bahwa Jae Ah bakal pergi ke rumah saudaranya hari ini." Aku yang mendengarnya bingung. Kalau Hong Jae, pergi ke rumah saudaranya memangnya ngapa? Dia nggak suka tinggal di rumah saudaranya? Jadi aku cuma bilang "Oh" dengan santai tetapi tiba-tiba dia bangkit dari tempatnya dan langsung menarik kerah bajuku dan menatapku dengan marah. Ada apa dengannya?
"Kau bodoh! Kau tidak peduli sama Jae Ah lagi?? Jae Ah bakal tinggal di rumah saudaranya di Busan!"
"Dan dia nggak bakal kembali lagi disini!" Aku yang mendengarnya, mataku langsung membesar. "Dia nggak bakal kembali?", kataku dalam pikiranku.
"Ah sial! Kau membuatku marah" Dia langsung melepaskan kerah bajuku dan pergi untuk meninggalkanku tetapi aku memanggilnya dan bertanya.
"Dimana rumah Hong Jae?"
Entah mengapa aku bertanya ini padanya, tetapi aku merasa tidak tenang.
"Kenapa aku harus memberitahumu?", katanya cuek. Aku mohon beritahuku...
"A-Aku..." Dia menatapku dengan tajam, tetapi aku tetap melanjutkan omonganku.
"A-Aku ingin bertemunya." Akhirnya aku mengatakannya padanya, dia melihatku dengan geram dan langsung menarik kerah bajuku lagi dan bilang.
"Setelah kau putus dengan adikku, sekarang kau ingin bertemu dengannya?", katanya dengan geram, tetapi entah mengapa aku tidak takut, aku hanya ingin bertemu Jae Ah.
"Jangan mimpi!", katanya langsung mendorongku dan hampir membuat kerah bajuku sobek. Tetapi aku tetap memohonnya untuk memberitahuku sambil... Aku berlutut padanya.
"Ku mohon beritahu padaku!", teriakku sambil memohon. Sekarang aku mengerti, aku masih mencintainya, aku bahkan rela berlutut pada abangnya. Aku sangat mencintai Hong Jae. Jisoo yang tadi melihatku, terkejut tetapi pada akhirnya dia menyuruhku bangkit dan bilang.
"Soonyoung, aku tahu kau masih mencintai Jae Ah. Hanya saja, kau terus membodohi perasaanmu sendiri. Kau tidak bodoh dalam otak, tetapi kau sangat bodoh dalam hati perasaanmu sendiri.", katanya membuatku terkejut, tetapi perkataanya memang benar. Aku bodoh dalam perasaanku sendiri.
"Ini alamat rumahku. 1 jam lagi, dia bakal berangkat. Palli! (Cepat!)", katanya sambil memukul belakang ku dan dengan segera aku lari dan pergi ke alamat rumah jalan ini. Tunggu aku, Jae Ah... Ku mohon...
Jae Ah's POV
Waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 siang dan aku harus berangkat naik taksi. Ibu memberiku bekal, katanya kalau aku sudah lapar saat didalam bus, makan saja ini supaya hemat uang. Aku pun berterima kasih pada ibu, ayah memberiku uang tunai kalau aku tidak cukup uang. Sebenarnya tidak perlu, tetapi ayah dengan keras kepala tetap memberikanku uang. Dan pada akhirnya aku pun menerimanya.
Ketika aku beranjak pergi keluar dari rumah, ibu bersedih karena aku akan nginap disana di waktu yang sangat lama. Siapa yang tidak bersedih kalau anaknya pergi jauh? Aku memeluk ibuku untuk tidak menangis bahkan ayah pun memeluk ibu.
Aku mengucapkan selamat tingga pada ayah dan ibu dan pergi keluar dari rumah ku untuk mencari taksi. Setelah aku menemukan taksi, aku terus bertanya... Soongyoung bagaimana kabarmu sekarang? Aku pergi untuk beberapa hari dan aku akan balik setelah liburan panas berakhir. Apa kau akan rindu padaku?
Aku langsung menghela nafasku dan berkata "Dia bahkan tidak tahu kalau aku akan pergi." Aku langsung masuk ke dalam taksi dan memberitahu alamatnya pada supir taksi tersebut.
Soonyoung's POV
Akhirnya aku sampai di rumah Hong Jae, aku dengan cepat memencet tombol bel pintunya. Dan yang membuka pintu rumah tersebut adalah seorang bibi.
"Maaf, apakah Hong Jae ada disini?", tanyaku pada bibi tersebut. Dan bibi yang melihatku ngos-ngosan ini bingung.
"Jae Ah? Maaf, tetapi dia sudah pergi naik taksi.", katanya membuatku terkejut.
"A-Apa?"
"Siapa disana sayang?" Seorang Paman datang dan melihatku dengan bingung.
"Sepertinya teman Jae Ah?"
"Teman? Tapi Jae Ah tidak punya teman.", Kata Paman itu dengan bingung.
"Hei, anak muda. Siapa kamu?", tanya paman itu padaku tetapi aku langsung pergi tanpa menjawab pertanyaannya dan aku rasa Hong Jae belum pergi selama ini.
Dan setelah aku keluar dari rumah tersebut, aku nampak Hong Jae masuk ke dalam mobil taksi tersebut. Aku memanggilnya tetapi dia sudah berangkat dan dengan cepat aku mengejarnya dan terus memanggilnya. Ya Tuhan, ku mohon lihat ke belakang Hong Jae.
Ketika aku terus mengejar taksi tersebut, aku tersandung dan terjatuh. Setelah jatuh tersebut, aku rasa aku sudah gagal bertemu dengan Jae Ah, tetapi ketika aku melihat mobil nya berhenti. Akhirnya aku bertemu Jae Ah yang sedang keluar dari mobil taksi tersebut dan meneriak namaku. Aku langsung bangun dan lari menghampiri nya sambil memeluknya.
"Syukurlah... Syukurlah... Aku berhasil mengejarmu...", ucapku dengan lelah karena sudah habis berlari.
"Aku mohon jangan pergi... Jae Ah...", kataku akhirnya mengucapkan nama pertamanya. Dan aku yakin dia pasti kaget dengan aksiku dan ngomongku seperti ini, tetapi karena kau, aku rela hanya untuk mendapatkanmu.
"Soonyoung... Sepertinya ada salah paham...", katanya membuatku bingung. Pada akhirnya kami masuk ke dalan taksi dan menuju ke tempat dimana kita bisa berdua yaitu taman.
Ketika kami sampai di taman tersebut, Jae Ah menceritakan sebenarnya dan ternyata... Dia cuma menginap di rumah neneknya selama liburan musim panas aja! Berarti dia bakal balik setelah liburan musim panas berakhir! Aku pikir dia bakal nggak balik lagi. Si cecunguk sialan itu, menipuku. Kataku dalam pikiranku ketika muka Jisoo muncul di kepalaku. Tetapi, tunggu... Kalau dia disini bersamaku artinya ini...
"Jika kau sekarang disini bersamaku... Artinya kau tidak akan pergi kan?", kataku berharap kalau dia tidak akan pergi. Tetapi melihat mukanya yang diam sambil berpikir, apakah dia berubah pikiran?
"Hmm... Tentu saja..." Aku langsung tersenyum ketika mendengar jawabannya tetapi ternyata masih ada lanjutannya.
"Tidak. Aku harus pergi.", katanya membuat senyumku langsung jatuh dan dia segera membawa luggage nya bersamanya dan meninggalkanku. Aku langsung menghentikannya dan memohonnya untuk berhenti dan tidak pergi. Dia yang melihat aksiku yang menarik luggagenya dengan Kedua tanganku langsung tetawa dan bilang bahwa dia tadi cuma akting. Ternyata aku dipermainkan olehnya, apakah cewek suka sekali mempermainkan cowok? Haizz... Benar-benar deh... Tetapi yang paling penting sekarang... Dia tidak jadi pergi!
Aku langsung memeluk belakangnya dengan erat dan mengatakan padanya untuk tidak pergi meninggalkan ku lagi,dia langsung melepaskan pelukanku dan menatapku seperti ada peringatan atau apalah gitu.
"Aku tidak akan meninggalkan mu, tetapi dengan satu syarat...", katanya membuatku takut, tetapi tetap bertanya.
"Oh ya? Apa itu?"
"Kalau kau tidak akan mengulangi apa yang sudah kau perbuat padaku, termasuk kata-kata pedas mu itu bahwa "Kita memang tidak ditakdirkan bersama" Kau tahu betapa sakitnya aku ketika mendengar omonganmu? Aku seperti sudah hancur berkeping-keping di dalam sampai tak tahu harus ngomong apa dan aku-"
Aku langsung memotong omongannya dengan memegang pipinya dengan tanganku dan menyuruhnya untuk diam. Dan aku langsung mencium di bibirnya 3 kali sambil bilang.
"Maaf" 1 ciuman.
"Kan" 2 ciuman.
"Aku" 3 ciuman.
Dia yang melihat reaksiku terkejut dan aku pun berhenti menciumnya dan melepaskan pipinya.
"Weh~ Apaan tuh?", tanyanya sambil tertawa kecil dan aku dapat melihat mukanya yang merona itu.
"Itu caraku berminta maaf padamu~", kataku mengejeknya dengan senyuman menyeringai ku. Dia yang melihat senyumanku, malu.
"Hentikan. Itu membuatku malu.", katanya membuatku tertawa dan bilang.
"Kau terlihat lucu dengan muka strawberry mu." Dia yang mendengarku langsung malu sambil mengulangi ucapan "Strawberry".
"Hentikan mengejekku.", katanya dengan sebal dan langsung jalan jauh dariku.
"Hei, ayolah. Aku cuma bercanda.", kataku berusaha membujuknya, tetapi ketika dia melihat ke langit, dia langsung datang padaku dan menyuruhku lihat ke langit tersebut dan aku melihat ada sebuah pelangi di sana dan itu benar-benar indah.
"Pelanginya muncul saat kita sedang berbaikan..."
"Apakah ini artinya takdir kita?", katanya membuatku bingung.
"Takdir?"
"Ya, takdir. Takdir kita untuk bersama. Sesuatu hal yang baik akan terjadi pada kita dan inilah kejadiannya!", katanya membuatku gemas dengan kecomelannya. Jujur saja, dia sangat kekanak-kanakan.
"Hei Soonyoung~"
"Hm?"
"Katamu kalau itu adalah caramu berminta maaf. Bagaimana dengan... I love you?", tanyanya membuatku terkejut tetapi ini membuatku hidup.
"Pingin tahu?", kataku dengan menyeringai. Dia melihatku dengan bingung.
"Aku tunjukkan padamu.", kataku dan langsung mencium bibirnya dengan lembut. Dia yang tadi bingung berubah menjadi terkejut, tetapi dia menikmati ciumannya dan mulailah dia menciumku.
Sekarang aku mengerti pertanyaan dari Bu Kim. "Mengapa cat-cat pewarna selalu memiliki banyak macam warna? Dan mengapa warnanya berwarna-warni?"
Karena jika tidak berwarna-warni, mereka tidak bisa mewarnainya seperti seindah pelangi. Warna dapat menunjukkan perasaan kita pada lukisan tersebut. Jika tidak ada warna, bukankah kita akan buta atau bodoh pada perasaan kita? Warna menunjukkan inspirasi dan ide kita pada karya tersebut dan membuka perlahan-lahan hati kita padanya. Sama seperti aku yang sangat bodoh dalam hatiku ini, tetapi perasaan ku yang kubodohi ini, akhirnya dapat menemukan perasaanku padanya yaitu... Cinta.
The end.
★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆
#Day19
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Words : 2758
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top