17# Dimensi (8) - Hoshi (SVT)
Part 8 from Hari.
Ada orang bilang jika engkau tidak berhasil move on, maka engkau tidak dapat melupakan orang itu.
***
Jae Ah's POV
Sejak aku putus dengan Soonyoung, kehidupanku sama seperti dulu lagi. Tetapi entah mengapa sejak kami berpisah, aku terus memikirkannya dan terus bertanya bahwa bagaimana keadaan dia sekarang? Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apakah dia sedang sibuk dengan kuliah nya? Aku terus bertanya tetapi aku tidak berani meneleponnya maupun chat dengannya. Sebab... Dia tidak ingin bertemu denganku, tidak ingin bicara denganku, dan tidak ingin bersamaku lagi. Tentu saja, itu sakit sekali.
Sejak aku menceritakan semua ini pada Jisoo Oppa, dia marah dan bilang dia ingin menghajar Soonyoung sampai babak belur, tetapi aku menghentikannya sebab ini adalah semua kesalahanku. Aku lah yang membuat dia sakit karena kebohonganku yang telah kuperbuat padanya. Oppa pun terus menghiburku kalau aku terus menangis untuk cowok itu. Tetapi apa yang bisa kulakukan? Aku hanya bisa menangis dan berusaha untuk move on. Tetapi ini sungguhlah berat, sebab aku terus memikirkannya. Dan rasa menyesalku terus ada di dalam hatiku.
Soonyoung's POV
Kelas hari ini adalah kelas seni dan entah mengapa aku memilih kelas ini sejak awal. Tetapi tidak apa deh, mana tahu dapat sedikit ilmu dari kelas kesenian ini.
Aku pergi menuju ke kelas seni dan ketika aku masuk ke dalam, aku nampak Minghao, junior Cina ku yang terus melambaikan tangannya padaku.
"Soonyoung sunbae (senior)! Duduk sini sama aku!", katanya yang terus melambaikan tanganku dan aku datang menuju ke tempatnya dan duduk di sebelahnya.
"Kau ikut kelas ini?", tanyaku padanya. Aku kenalnya dari kelas dance dan jujur saja, dia benar-benar jago dalam dance.
"Ah (Ya). Soalnya aku tertarik dengan kelas seni.", katanya sambil mengeluarkan barang-barang yang dibawanya yaitu sketchbook dan peralatan seni yang lengkap. Seharusnya aku tidak perlu bertanya lagi jika dia membawa barang yang dibawanya. Persiapannya benar-benar OK.
"Soonyoung sunbae tertarik dengan seni?"
"Ah. Tidak juga. Aku hanya ikut kelas ini untuk lihat-lihat seberapa menariknya kelas ini. Soalnya banyak yang ikut kelas ini.", kataku yang sebenarnya tidak mempersiapkan apa-apa untuk kelas ini. Soalnya aku malas sekali bawa barang-barang yang berat termasuk cat atau apa gitu. Bisa dibilang aku sebagai mahasiswa pendengar untuk kelas ini.
Minghao yang mendengarku cuma bilang "Oh" dan pada akhirnya dosen pun masuk dan ternyata dia sangat muda. Kalau dilihat-lihat dia bagaikan Noona (Kakak) dibandingkan dosen. Aku memperhatikan kelas ini dipenuhi oleh cowok-cowok dibandingkan cewek. Sekarang aku mengerti mengapa para sekumpulan cowok ikut kelas ini.
"Aku rasa kalian sudah mengenalku kan?", kata dosen tersebut dengan suara indahnya yang sangat feminim. Mendengar dari suaranya, apakah dia pernah ikut paduan suara? Sebab suaranya seperti sudah berpengalaman dalam bernyanyi.
"Ne~! (Ya~!)", nyahut mereka dengan semangat. Ya, tentu saja termasuk cowok-cowok itu tetapi aku tidak menjawabnya sebab aku memang tidak mengenalnya bahkan namanya pun nggak.
"Tetapi alangkah baiknya jika aku memperkenalkan sekali lagi. Kenalkan namaku Kim Yoona. Aku adalah dosen kesenian kalian. Mohon bantuannya.", katanya sambil memperkenalkan diri.
"Kita mulai mempelajari materinya ya?" Dan mulailah dosen itu membuka materi tersebut sambil membawa buku nya yang dia pegang. Aku menoleh ke samping untuk melihat Minghao dan mataku langsung membesar ketika melihat pipi Minghao merona dan dari tadi dia tidak melepaskan pandangannya pada dosen itu. Wah, ternyata dia bisa jatuh cinta juga. Ku pikir dia orangnya kalem sekali. Tetapi ya, jujur saja sih. Dosen itu sangat cantik sekali bagaikan malaikat, tetapi melihat kulit putihnya yang seperti salju, dia agak mirip seperti Hong Jae. Apa?! Sadarkan dirimu, Soonyoung! Kau gila?! Bagaimana bisa aku terus mengingat cewek yang sudah menipuku?? Aku benar-benar gila.
"Hagsaeng (Mahasiswa/Murid), apakah ada masalah?"
Aku melihat ke dosen yang sedang menatapku seperti Apakah aku ada pertanyaan? Dan yang lainnya melihatku sebagai pusat perhatian mereka. Aku pura-pura tersenyum dan bilang tidak pada dosen tersebut dan kita pun balik memperhatikan materi tersebut. Aku harus fokus.
Kelas sudah berakhir dan selanjutnya aku harus masuk ke kelas broadcasting. Ternyata kelas seni tidak buruk dari yang kuperkirakan. Ada banyak materi soal seni termasuk 3D (Tiga Dimensi). Dari semua materi, aku lebih suka 3D entah mengapa tetapi aku jadi ingin mencoba melukis.
"Hagsaeng."
Aku yang tadi mau keluar dari ruang tersebut, membalikkan badanku ke belakang untuk melihat siapa yang tadi panggil, ternyata dosen itu lagi. Apa urusannya denganku lagi? Aku ada perhatikan materinya kan?
"Sepertinya ini adalah pertama kalimu ikut kelas seni kan?", tanyanya padaku sambil tersenyum. Sepertinya dia tahu kalau aku orang baru yang ikut kelas ini.
"Ya."
"Sepertinya kamu mulai tertarik dengan materi hari ini. Bagaimana kalau besok kamu ketemui saya di gedung seni? Kamu dapat mempelajari banyak hal disana selain materi ini." Dia menawarkan ku untuk mengikuti kelasnya lagi. Tetapi apakah aku punya waktu? Soalnya aku juga ada rapat besok.
"Kita bisa ketemuan di gedung seni jam 13.00 siang sesudah makan siang. Bagaimana?"
Apakah dia bisa membaca pikiranku? Kataku dalam pikiranku, soalnya dia seperti dapat membaca pikiranku dan tentu saja itu merinding. Kalau bisa aku harus berjaga-jaga darinya atau apakah semua perempuan juga begitu? Apakah Hong Jae juga begitu? Ah, aku kenapa lagi?? Lupakan.
"Sepertinya bisa.", kataku sambil menggaruk belakang leherku yang tidak gatal. Sial, kenapa aku terus teringat Hong Jae??
"Melihat dari perilakumu dan mimik mukamu. Aku merasakan bahwa kamu ada masalah dengan cinta."
Ketika aku mendengarnya, mataku langsung membesar dan langsung ambil selangkah mundur dan menjauh darinya. Apa hal ini? Apakah dia seorang penyihir?? Kataku dalam pikiranku dengan terkejut. Soalnya ini membuatku merinding dan ngeri.
"Wah~ Ternyata betul. Maaf jika aku membuatmu terkejut. Aku tidak membaca pikiranmu, tetapi aku hanya punya feeling kok.", katanya membuatku facepalm karena bagaimana dia tahu kalau aku bilang dia bisa membaca pikiranku. Dan tunggu feeling... Apakah feelingnya sehebat gitu?
"Anu... Anda bisa merasakan apa yang saya alamin?", tanyaku padanya tetapi dia tiba-tiba tertawa.
"Aduh, jangan terlalu formal dong! Bu the way, karena di sini sudah tidak ada orang, kau boleh memanggilku Noona.", katanya dengan santai. Tunggu... Apa? Noona??
"Soal aku yang dapat merasakan nya. Ya, aku dapat merasakannya, soalnya itu nampak sekali dari aksi mu tadi."
"Dan lagi, aku punya feeling yang kuat ini berkat dari menggambar kok.", katanya membuatku terkejut. Baiklah, ini membuatku tambah menarik soal seni.
"Dan Hagsaeng, jika kau ada masalah dengan cinta. Alangkah baiknya jika engkau dengan cepat menyelesaikan masalahmu. Jika tidak kau hanya akan sakit kepala.", katanya membuatku terkejut.
"Ngomong-ngomong, aku pergi dulu ya. Soalnya ada yang harus kukerjakan.", katanya sambil melihat jam tangannya.
"Ah ya. Terima kasih sa-"
"Noona! Panggil aku Noo-Na!", katanya yang menyuruhku untuk memanggilnya dan terpaksa deh aku mematuh nya.
"Ok... Noona.", kataku dengan malu sebab ini pertama kali aku memanggil cewek dengan sebutan Noona.
"Panggil aku Noona jika cuma kita berdua aja ya~ Kalau ada orang panggil aku sasaengnim (dosen), OK?", katanya dengan suara agak aegyonya (suara imut) dan aku cuma mengangguk kepalaku dan akhirnya dia sudah beranjak pergi. Dia tuh dosen atau apa sih? Kok merinding sekali... Kataku dalam pikiranku dan tiba-tiba aku teringat Hong Jae.
"Aduh! Tidak boleh! Tidak boleh!" Aku langsung menggaruk kepalaku. Gara-gara aegyo dosen, aku jadi teringat Hong Jae yang suka bersikap imut padaku. Aku langsung menghela nafas dan menunduk ke bawah.
"Mengapa aku tidak dapat melupakanmu?", tanyaku sambil mengeluh. Dan entah mengapa aku mulai merasa rindu padanya.
To be continued
★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆
#Day17
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara
Words : 1208
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top