11# Rahasia (3) - Hoshi (SVT)

Part 3 from Enigma.

"Kebohongan inilah yang akan menjadi rahasiaku dan dia tidak boleh mengetahuinya."

***

"Oi bocah. Baik-Baiklah dengan kami, jika tidak ingin terluka."

Aku terbangun dari bawah mimpi sadarku. Entah kenapa selama aku bermimpi, semua orang memanggilku bocah... Siapa namaku? Aku terbangun di sebuah kamar yang nggak tahu ini dimana sebenarnya. Dengan segera aku bangkit dari tempat tidurku dan melihat ruangan tersebut.

"Ini dimana?", tanyaku yang masih merasa ngantuk, tetapi berusaha menghindar dari rasa ngantukku ini.

"Kau sudah bangun?"

Aku membalikkan mukaku untuk melihat siapa yang memanggilku tadi dan ternyata...

"Kau?"

"Yup, itu aku. Kau harus bersyukur karena aku membawamu ke sini.", katanya sambil mendekatiku dan duduk di sebelahku. Cowok ini menyelamatkan ku? Aku baru tahu kalau dia baik.

"Demam mu sudah turun?", tanyanya yang tiba-tiba mengulurkan tangannya pada dahiku. Aku yang terkejut dengan aksinya, mukaku langsung merah karena nya

"Kamu sudah tidak demam lagi, tetapi... Kenapa mukamu merah sekali???", tanyanya dengan polos sedangkan aku malu dan langsung membalikkan mukaku.

"Lapar?", tanyanya padaku. Perutku tidak berbunyi dan tanda itu artinya aku lapar. Dia yang sudah terlanjur mendengar suara perutku, menahan tertawa. Aduh, kenapa perutku bunyi di waktu yang tidak tepat? Tanyaku dalam pikiranku sambil menahan malu.

"Ayo makan.", katanya yang menyuruhku mengikutinya ke ruang makan dan duduk di depan nya.

Aku yang melihat makanannya, langsung ngiler karena makanannya terlihat enak walaupun sederhana. Aromanya pun sedap. Perutku yang daritadi berbunyi, tidak sabar mengisi makanannya. Mulutku yang tadi ngiler, tidak sabar memakannya. Lidahku yang tadi menjilat, tidak sabar mencicipinya.

"Ayo cepat makan, sebelum keburu dingin.", katanya sambil memberiku sumpit dan sendok untukku. Aduh, aku benar-benar tidak sabar. Ketika aku makan satu per satu dari lauknya, ternyata walaupun makanannya sederhana tetapi rasanya sungguh luar biasa termasuk sup tauge dan kimchi ini. Rasanya benar-benar lezat sampai aku ingin nambah 1 porsi nasi lagi.

Dia yang melihatku makan, cuma diam dan menatapku seolah apa yang sedang dipikirkannya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?", tanyaku dengan bingung sambil sumpitku masih di mulutku.

"Berapa hari kau belum makan?"

Aku yang dengar dari pertanyaannya pun tidak tahu harus menjawab apa sebab aku nggak tahu udah berapa hari aku belum makan. Mungkin sudah berhari-hari? Aku tidak terlalu ingat.

"Aku tidak tahu... Mungkin sudah berhari-hari?", kataku sambil menggaruk mukaku yang tidak gatal ini dengan jariku.

"Begitu ya...", katanya sambil menikmati makanannya.

"Ngomong-ngomong makanan ini, kamu yang masak?", tanyaku yang masih memakan kimchi dengan lahap. Dia yang melihatku, tersenyum.

"Ya. Aku yang masak. Enak?", tanyanya padaku.

"Enak sekali! Tidak lebih tepatnya, luar biasa! Aku belum pernah memakan kimchi enak seperti ini! Hei, kau harus memasakku lagi! Erghh..." Tunggu dulu... Siapa namanya? Aku yang melihatnya bingung, akhirnya dia mengangkat wajahnya untuk melihatku dan aku rasa dia sudah melihat wajahku yang bingung ini.

"Ngomong-ngomong... Namamu siapa?", tanyaku dengan bingung. Aku merasa tidak sopan sudah tinggal di rumahnya tampak mengetahui siapa namanya. Tapi, aku pun tidak tahu namaku.

"Oh ya... Kenalkan namaku Kwon Soonyoung.", katanya sambil menyatap makanannya sedangkah aku cuma bilang "Oh" saja. Apa aku harus perkenalkan diri juga? Tetapi aku tidak tahu namaku...

"Kau tidak perlu menyebut namamu... Hong Jae Ah.", katanya membuatku bingung.

"Apa?", tanyaku padanya dengan berwajah bingung lagi. Aku sungguh tidak tahu. Hong Jae Ah? Itu namaku? Tetapi bagaimana bisa cowok ini tahu namaku? Apa hubungannya denganku?? Dia yang sedang melihatku, pasti sudah tahu kalau sekarang aku mempunyai banyak pertanyaan untuk bertanya padanya, tetapi aku rasa tidak perlu sebab aku yang melihatnya meletakkan sendok di sampingnya, melihatku seakan dia akan memberitahuku sekarang juga.

"Aku tidak memiliki hubungan apa-apa denganmu dan lagi aku tahu namamu itu dari seragam sekolahmu.", katanya dengan tegas dan ketika dia membicarakan seragam sekolahku, aku langsung melihat pakaian yang sekarang ku pakai, tetapi bukan seragamku. Tunggu dulu... Dimana seragam ku? Kenapa aku memakai sweater segede ini? Jangan-jangan...

Aku melihatnya dan dia tidak berani menatapku. Mustahil... Dia tidak mungkin kan...

"Apakah kau..."

Akhirnya dia menatapku dan menggangguk kepalanya. Aku yang melihatnya, mukaku langsung merah padam karena... dia sudah melihat tubuhku yang mungil ini!

"Dasar mesum!", teriakku padanya sambil marah-marah. Aku tarik kembali kata-kataku yang kubilang dia baik. Dia sebenarnya orang mesum yang hanya ingin melihat tubuh wanita!

"Bukan aku mesum! Kalau aku tidak melakukannya! Kau akan demam tinggi dan kedinginan! Aku tidak bisa meninggalkanmu seperti itu!", katanya yang berusaha menjelaskan apa yang telah terjadi di malam hari itu. Kita tidak melakukan apa-apa kan??

"Aku bersumpah! Aku tidak melakukan apa-apa padamu!", katanya dengan tegas sedangkan aku memberikan nya tatapan yang tajam. Aku takut apakah dia berbohong padaku?

"Ah... Sudahlah... Aku berangkat kuliah dulu. Kau disini saja.", katanya yang siap-siap berangkat kuliah sambil membawa tasnya di sofa.

"Jika tidak merasa enak badan. Minum obat disana.", katanya sambil menunjukkan obat tuh yang ada di atas meja sana. Aku melihat di sofa ada bantal dan selimut di sana dan juga seembel air dengan handuk di lantai. Apakah semalaman dia terus merawatku? Kayaknya aku dapat mempercayainya.

"Ngomong-ngomong dari semalam aku ingin bertanya." Dia menatapku seperti ada pertanyaan yang membuatnya penasaran dan aku penasaran apa itu.

"Kok kamu semalam bisa terjebak di dalam karung? Dan mengapa kamu pulang di tengah malam seperti itu? Semalam kamu pada ngapain aja?", tanyanya membuat mataku membesar karena mendengarnya. Aku tidak dapat memberitahunya kalau semalam aku mencoba bunuh diri dan aku sangat ingat sekali dengan kejadian itu.

Aku langsung menunduk kepalaku dan menggeleng-geleng kepalaku yang berarti aku tidak tahu. Dia yang melihatku langsung menghela nafas karena lelah dengan semua hal ini, tetapi akhirnya dia tak perlu bertanya padaku lagi.

"Aku rasa aku tidak perlu bertanya padamu lagi. Sebab percuma saja kamu tidak ingat apa-apa.", katanya membuatku menyesal karena sudah berbohong padanya.

"Jangan lupa minum obat disana. Aku pergi dulu ya. Jaga dirimu. Bye.", katanya yang langsung beranjak keluar dari rumahnya dan berangkat ke kuliahnya.

Aku yang tadi ditinggal sendirian, langsung berlutut karena telah menyesal tidak memberitahunya. Aku hanya agak takut kalau aku memberitahunya, dia bakal terkejut dan takut padaku dan dia bakal menyuruhku keluar. Aku tidak mau dia mengetahui ini bahkan sedikitpun dari siapa aku ini sebenarnya... Sebab aku merasa takut untuk kembali ke tempat yang dulu ku tinggal. Walaupun aku tidak ingat, aku merasa takut untuk kembali. Apakah aku dapat menyembunyikan kebohonganku darinya? Sekarang kebohongan inilah yang akan menjadi rahasiaku dan dia tidak boleh mengetahuinya.

To be continue

★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆★☆

#Day11
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Words : 1054

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top