Semesta 5

Beter eerst de sterren raken en een paar opmerkingen achterlaten ⭐

Better hit the ⭐ first and leave some comments

300 votes for next update

🌻🌻🌻🌻🌻

Bryan masih terpaku di tempatnya sambil mengerutkan dahi dalam-dalam saat dr. Syahira menghindar darinya lagi-lagi saat mata mereka tak sengaja bersitatap beberapa detik yang lalu. Bryan hanya mengedikkan bahunya sambil membawa medical record nya menuju ke nurse station.

Seolah seperti adegan slow motion, saat mata Bryan menoleh ke samping kanan, bed yang tak jauh dari nurse station ia melihat wajah pucat itu, tubuhnya masih nampak lemas tak berdaya dengan selang infus masih tertancap di punggung tangan kanannya.

Benar, dugaan Bryan tidak salah, ia cepat-cepat berlalu dari sana. Bryan belum siap bertemu dengan seseorang yang kini baru dilihatnya itu, setidaknya tidak untuk sekarang dan akhirnya Bryan duduk di kursi nurse station lalu mengerjakan laporan di map berwarna biru milik pasiennya tadi itu, tidak lagi mempedulikan sekelilingnya apalagi di balik tubuh tegap Bryan ada dr. Syahira yang tiba-tiba salah tingkah.

dr. Syahira jadi semakin tak enak hati kala ia mengingat bahwa seseorang yang sedang sibuk dengan kertas-kertas di hadapannya itu adalah putra sulung pemilik rumah sakit ini. Ia yakin bahwa Bryan masih ingat kejadian di depan lift waktu itu.

Bagaimana kalau ia mengadu? Bagaimana nasib pekerjaannya di sini yang baru seumur jagung?

Tidak tidak. Dr. Syahira menggelengkan kepalanya terus menerus sambil ia juga menulis beberapa resep obat untuk pasiennya yang tadi ia tangani bersama suster kesayangannya.

"Dok, saya boleh pinjam stempel?"

Dr. Syahira sedikit terkesiap kemudian tangannya meraih kotak stempel rumah sakit. "Ini, silakan dok." katanya lalu sekilas tersenyum kemudian.

Bryan menerimanya juga membalas senyum dr. Syahira ya setidaknya tidak seperti tadi yang langsung menghindarinya begitu saja tanpa bicara apapun.

"Kamu baru ya di sini?" tanya Bryan sambil memberikan stempel di beberapa kertasnya.

"Iya sekitar tiga bulan yang lalu dok." jawab dr. Syahira pelan tapi Bryan masih mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan partner jaganya siang ini.

Bryan menganggukkan kepalanya. "Ooh, semoga kamu betah di sini ya." kata Bryan. "Saya juga baru kok praktik di sini, sebulan yang lalu tapi saya kok jarang lihat kamu di poli ya?"

"Eh itu, saya belakangan ini lebih sering di rolling ke UGD saja kok dok. Di poli biasanya setelah shift di sini selesai."

"Ooh.. Begitu..."

"Dok, pasien di bed 4 apa sudah boleh pulang?" tanya Suster Ratih yang sejak tadi membantu Bryan menginterupsi obrolan Bryan dan dr. Syahira.

"Sudah, ini resep obatnya ya. Sampaikan untuk cek up tiga hari lagi." ujar Bryan sambil memberikan secarik kertas resep yang ia tulis tadi.

"Baik dok." suster itu segera berlalu.

Getar gawai di atas meja mengalihkan Bryan, ia melihat sekilas nama yang tertera di layar ponsel dan foto yang muncul di sana. Ratu hatinya menelepon, tumben, ada apa?

"Permisi dulu ya." kata Bryan pada dr. Syahira lalu bergegas keluar di iringi anggukan rekannya itu.

Bryan segera menggeser button warna hijau di layar dan menyapa Mommynya di seberang sana. "Assalamualaikum, ada apa mom?" tanya Bryan.

"Wa'alaikumsalam. Mas, kamu di poli nggak?"

"Di UGD, Mom sampai jam lima nanti. Hoe gaat het mom, kan iemand worden geholpen?" Bryan menanyakan apa ada yang bisa ia lakukan.

"Ja, jemput adikmu di klinik nanti ya. Mobilnya  dedek tadi pas di pakai pak Amir drop Kenzie dari sekolah ke rumah oma, pas di jalan mau ke klinik ditabrak orang. Masih di bengkel ini sekarang." jelas Aliya di sana.

"Astagfirullah... Kok bisa mom? Zie gimana? Pak Amir nggak apa-apa kan?"

"Alhamdulillah Zie udah turun di rumah Oma tadi. Pak Amir juga nggak apa-apa, cuma mobilnya adek kaca belakangnya lho hancur, bempernya penyok-penyok." tambah Aliya membuat Bryan berkali-kali istighfar.

"Ya Allah... Oke mom nanti Mas jemput Bryna ya. Cerita lengkapnya nanti di rumah aja."

"Heem, mom masih di atas ini nanti ada konsul sama koas. Kamu hati-hati ya, mom pulang sama daddy." tutup Aliya sebelum mengucapkan salam.

Bryan menghela napasnya kasar, ada-ada saja. Tapi syukurlah kejadian itu tidak ada korban selain mobil Bryna yang harus masuk bengkel dan pasti akan memakan waktu yang lumayan lama untuk memperbaikinya.

Tak seperti biasanya, UGD sepi sekali sampai sore hari bahkan sampai detik-detik pergantian shift pun tak ada satupun yang nampak di sini, hanya pasien hecting tadi saja dan satu pasien pingsan tadi yang kini bahkan Bryan tak tahu ada di mana karena setelah ia kembali dari menjawab telepon, pasien itu sudah tidak ada di bednya lagi.

"Dok, shift saya sudah selesai. Saya duluan ya, Assalamualaikum.." pamit dr. Syahira pada Bryan.

"Oh iya, wa'alaikumsalam..." jawab Bryan sekenanya sambil terus melihat ke arah pintu keluar.

"Hayo dok! Ngeliatnya biasa aja dok..." suara suster Ratih membuat Bryan terjingkat sedikit lalu ia tersenyum.

"Itu tadi sudah biasa kok..." sahut Bryan, suster di depannya ini malah cekikikkan.

"Cantik dok, baik, sholeha. Dokter nggak pengin gitu?"

"Hahaha, Suster ini ada-ada aja." tambah Bryan lalu bangun dari duduknya menyampirkan snelli di lengannya. "Saya duluan ya sus." pamit Bryan membuat Susternya itu hanya mampu mengangguk.

Bryan bergegas ke parkiran basement untuk mengambil mobilnya dan mengendarainya di tengah kemacetan jam-jam pulang kerja seperti ini. Untung saja kliniknya tidak jauh dan searah dengan jalan pulang, kalau tidak mungking Bryan sudah meminta Bryna pulang dengan ojol saja tapi sepertinya takkan tega juga ia melakukan hal itu pada adiknya.

Mobil grand livina keluaran terbaru itu berhenti di parkiran klinik tepat saat Bryna keluar dari dalam sana. Bryan segera membuka kunci pintu saat adiknya hendak naik.

"Duh, mas, mobilku..." katanya lalu menecebik.

"Iya tadi Momom udah cerita kok. Mobil masih bisa diperbaiki, untungnya nggak ada korban." jawab Bryan seraya mengarahkan mobilnya kembali ke jalan raya.

Bryna masih cemberut karena mengetahui si mobil kesayangan hancur dan yang menabrak enggan bertanggung jawab dan langsung kabur begitu saja. "Kamu kalau jadi aku pasti ngamuk kan, mas?"

"Ya iyaa, ya udah. Terpenting saat ini Alles is in orde en niemand is gewond.  Nanti kita berangkat bareng deh kalau pas jadwalnya." tambah Bryan lalu menepuk-nepuk puncak kepala Bryna yang berbalut kerudung berwarna pink itu.

Sepanjang perjalanan pun hanya ada suara adzan maghrib lalu penyiar radio yang sesekali menginformasikan soal titik kemacetan sore hari ini.

"Oh iya mas, minggu lalu waktu ke KMC, aku ketemu sama dokter baru, perempuan, cantik banget." cerita Bryna antusias saat mengingat hal itu.

"Oh ya? Siapa?" tanya Bryan serius sambil sibuk dengan setirnya.

"Siapa ya, sya...??"

"Syahira?" tebak Bryan lalu menoleh ke arah adiknya itu.

"Ooh iyaa diaa, ya ampun kok lupa. Mas kenal? Kayaknya asik dia."

"Yaa kenal tapi cuma begitu aja sih. Tadi satu shift bareng kok di UGD." jawab Bryan.

Bryna menunjukkan ekspresi jahilnya saat Bryan memberitahukannya bahwa hari ini mereka menjadi partner shift UGD. Ide usil meledeki Mas nya ini pun muncul di kepala Bryna.

"Cie mas Bryan... Cieee..." katanya usil sambil menaik turunkan alisnya.

"Lho apa sih?" protes Bryan sambil mengerutkan dahi melihat kelakuan adiknya itu.

Bryna malah tertawa melihat ekspresi Bryan yang begitu bingung dengan candaannya barusan. Bryan hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia sudah tahu ke mana arah keusilan ini akan berakhir.

"Tapi serius lho Mas, masa pemimpin KMC masa depan masih single sih? Daddy dulu mimpin KMC bahkan kita udah lahir lho."

Bryan menghela napasnya. "Fase kehidupan orang itu berbeda, dek. Nggak semuanya bisa kita samakan, sekalipun dengan orang tua kandung kita sendiri." ujar Bryan berhasil membuat bibir Bryna terkatup.

"Tapi..., apa sih yang masih mas cari sekarang? Mas udah kerja, sebentar lagi spesialis, lalu mimpin KMC nanti. Mas udah cukup lah, cewek mana juga pasti nyodorin diri buat dinikahin."

"Dek, yang namanya memilih pasangan itu nggak semudah kita milih barang yang bagus kita ambil, yang jelek kita membalikan. Nggak asal pilih gitu aja. Pasangan itu yang bakal menghabiskan waktu sama kita bareng-bareng, happy or sad, healt and sick, poor or rich to be whatever we are. Who support each other in every way we take the good one. Spend the rest of our life together, not only as a husband but best friends for life."

"For me, a marriage should be once in a lifetime like mom and daddy does. Till death do they apart."

"Aamiin, in Jannah they meet again..." bibir Bryna melengkung ke atas. "Please find the best one of your best friend for life until your last breath." tambah Bryna.

Mereka sadar kini ada di umur yang sedikit-sedikit ditanya kapan menikah? Di saat mayoritas teman mereka bahkan kini sudah memiliki momongan sementara mereka masih menata karir yang baru saja di mulai.

Seperti yang Bryan bilang tadi, jalan hidup seseorang tidak ada yang pernah sama meski di sandingkan dengan orang tua sendiri.

Everyone in this world has their own faith and path for their life.

🌻🌻🌻🌻🌻

Komen 'next', 'lanjut' dan sebangsanya gak akan aku balas ya. 😜

#dahgituaja

#awastypo

Dudui

Danke,

Ifa 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top