Semesta 25
Beter eerst de sterren raken en een paar opmerkingen achterlaten ⭐
Better hit the ⭐ first and leave some comments
Happily ever after is not a fairy tale, it's a choice
-Fawn Weaver-
🌻🌻🌻🌻🌻
Sungguh keputusan terbesar sudah Bryan ambil beberapa minggu yang lalu untuk menentukan tanggal serta hari pernikahannya dengan Hannah untuk dilaksanakan. Saat itu, sebuah cincin bermata biru sudah tersemat di jari Hannah untuk mengikat serta menandai bahwa perempuan cantik pilihan Bryan itu akan menjadi miliknya sebentar lagi.
Akhirnya pilihan Bryan dan Hannah jatuh pada hari Jumat, minggu kedua bulan Desember, bukan tanggal cantik memang tapi mereka tak masalah. Keduanya tidak menginginkan konsep pernikahan yang mewah seperti teman-teman Hannah dari kalangan artis yang baru - baru ini melaksanakan resepsi pernikahan juga. Hanya resepsi sederhana dengan tamu undangan dari kedua keluarga serta teman-teman dekat dan tertutup untuk media.
Dan kini akhirnya hari ijab qabul pun tiba, sama-sama di tempat terpisah keduanya kini sedang menuju masjid tempat akan dilaksanakannya acara sakral tersebut sebelum masuk ke resepsi siang harinya.
Sejak tadi Bryan tak henti menggumamkan asma Allah dari bibirnya, menetralkan rasa gugup serta menghilangkan semua resahnya sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke masjid.
"Tegang di hari besar itu wajar, Mas..." Aliya mengusap lengan putranya yang sedang menatap ke arah jendela.
Bryan tersenyum kemudian. "Iya mom, Mamas nggak tegang kok." katanya.
"Hahaha matamu nggak bisa bohong nak..." ujar Aliya lagi.
"Nanti juga lega, Mas." tambah Adrian. "Sudah, yuk kita siap-siap turun." katanya lagi saat mobil Camry hitam yang membawanya sampai ke depan pintu masuk masjid.
Sudah ramai tamu undangan akad, serta beberapa media yang rupanya hadir meskipun acara akad ini terbatas. Bryan tak mempedulikannya, terserah saja, fokusnya kini tertuju pada acara akad yang akan mengubah statusnya hari ini.
Sementara di ruangan terpisah, Hannah duduk menunggu bersama kakak iparnya serta Zara, sahabatnya dan Bryna saat SMA dulu. Hannah sudah cantik dengan paes serta kebaya putih yang membalut tubuhnya untuk acara akad pagi ini.
Cincin di jari tangan kirinya berkilau saat Hannah memandangnya, barang berharga pertama yang diberikan Bryan padanya saat itu akan selalu Hannah pakai. Ia mencoba biasa saja meski rasa deg-degan dan gugup tak kunjung hilang sejak semalam bahkan sampai tak bisa tidur karena terlalu bahagia.
"Nggak nyangka gue." ujar Zara sambil menggendong anaknya menuju Hannah yang berdiri di dekat jendela.
"Apalagi gue, Za. Gue pikir selama ini cuma gue aja yang cinta diam-diam, tapi ternyata..." kekeh Hannah kemudian.
"Nyatanya jodoh ada di sekitar kita. Ada yang bahkan sudah punya pasangan lalu kandas, ada yang setia memendam perasaan hingga semesta mempertemukan dengan caranya yang unik. Itulah jodoh." ujar Sekar tiba-tiba ada di belakang Hannah juga Zara.
Hannah tersenyum mendapati Maminya datang, itu tandanya mempelai prianya sudah duduk bersama Papi serta penghulu juga saksi yang akan menyaksikan betapa kalimat sakral itu terucap.
"Don't you worry bout the thing. Calm, everything's gonna be okay." Sekar memeluk putri bungsunya. "Kamu yang tenang, Bryan mau ijab sebentar lagi." katanya saat mendengar lantunan ayat suci Al-Quran selesai di bacakan lalu sedikit kata-kata mutiara dari MC kemudian penghulu mempersilakan Banyu untuk menjabat tangan Bryan dan ijab qabul di mulai.
"Saya terima nikah dan kawinnya Hannah Adlina Prasetya binti Banyu Biru Prasetya dengan mas kawin tersebut, tunai!" ucap Bryan dengan sekali tarikan napas tanpa salah hingga para saksi dan tetamu yang datang serentak mengucapkan kata sah kemudian Bryan merasakan lega yang teramat dan statusnya kini berubah.
"Alhamdulillah..." Bryan mengusap wajahnya lalu mengaminkan doa yang dibacakan.
Hannah dibawa keluar dari ruangan tadi bersama Mami dan kakak iparnya. Sudah dua minggu terakhir mereka hanya berkomunikasi seperlunya dan tidak bertemu sama sekali walaupun hanya untuk membahas acara resepsi mereka, dua minggu Hannah terkurung di rumah yang di percaya beberapa orang akan semakin mengeluarkan aura sang pengantin ketika hari besarnya tiba.
Bryan lantas berdiri dari duduknya menyambut pengantinnya yang semakin cantik di matanya, Hannah segera menyambut tangan Bryan lalu dengan takzim Hannah menciumnya. Sedangkan Bryan meletakkan tangan kirinya di kepala Hannah membacakan doa sampai mata Hannah mengembun lalu Bryan mengecup keningnya lama.
"Mas," ujar Hannah pelan saat Bryan memakaikan cincin di jarinya.
"Ya?"
"Terimakasih." ucap Hannah, Bryan tersenyum penuh arti sambil memandang Hannah.
Flash kamera tak henti memotret kebahagian di wajah keduanya, rasa haru menyeruak ke hati para orang tua yang menyaksikan moment sakral pagi ini.
"Anakku..." gumam Aliya haru melihat putra sulungnya begitu berani mengambil keputusan sebesar ini di usianya yang belum menginjak tigapuluh tahun.
Air mata yang sejak tadi sudah ditahan Hannah pecah begitu sungkem dengan Mami Papi serta Mom dan Daddy. Banyak nasihat-nasihat pernikahan yang di sampaikan kedua pasang orang tuanya agar apa yang terjadi nanti bisa diselesaikan dengan kepala dingin, masalah rumah tangga yang menimpa adalah pelajaran terbaik untuk saling menguatkan bukan saling meninggalkan. Saling introspeksi diri jika ada salah, bukan sama-sama menyalahkan dan tidak mau mengalah karena menyatukan dua kepala dalam satu pikiran bukanlah hal mudah.
🌻🌻🌻🌻
"Jadi iparan nih kita." ujar Bryna saat sedang berkumpul dengan Hannah juga Zara di resepsi yang di gelar sore harinya di sebuah rooftop hotel dengan tamu dari kalangan terbatas.
"Iya nih, seru banget kalian bakal ketemu tiap hari." kata Zara yang sudah tidak lagi tinggal di Jakarta tapi khusus acara hari ini ia datang.
"Lo sih, jauh banget sekarang." protes Hannah.
"Yaa gue maunya juga di Jakarta, tapi tugas paksu kan pindah-pindah. Eh tapi tenang, nanti waktunya Bryna nikah gue dateng lagi..." jelas Zara yang tak bisa berkutik jika suaminya harus dipindah tugaskan ke daerah lain, menjadi istri prajurit memang begini risikonya.
"Hmmm... Gue lagi. Sabar deh yaa..."
"Mau sama anak buahnya paksu? Tentaranya ganteng-ganteng lhoo, atau mau sama ppds di rs gue? Udah cakep, prajurit pula, double kill Ryn..."
"Aduh aduh enggak deh, belum siap ditinggal-tinggal jauh. Yang sesama dokter aja ditinggal jaga kayaknya kangen, apalagi tugas negara ke perbatasan, aduh..."
Derai tawa terdengar saat Bryna mengatakan hal itu, namun berhenti ketika Bryan menghampiri Hannah untuk membawanya ke tengah, berkenalan dengan beberapa teman-teman Bryan yang khusus datang dari Belanda ke Jakarta.
"Cieee...." ledek Bryna dan Zara sementara wajah Hannah memerah, ia masih malu-malu saat tangan Bryan menggandengnya.
.
.
.
"Mas, itu temen-temen kamu cewek yang bule cantik-cantik lho. Nggak ada yang kamu suka dulu?" tanya Hannah ketika mereka melipir untuk makan di meja VIP.
Bryan hanya tertawa mendengar pertanyaan istrinya itu. "Kamu ini, ya nggak lah. Kamu tahu lah jawaban aku..." ujar Bryan lalu meraih punggung tangan Hannah dan mengusapnya perlahan.
Hannah tersenyum kemudian. "Merci..." gumam Hannah, lalu mata mereka saling menatap lekat satu sama lainnya.
Acara masih berlangsung, tamu-tamu masih berdatangan, sengaja acara di gelar sejak sore sampai malam hari karena banyak para dokter di KMC serta para karyawan lain yang sebagian datang setelah mereka selesai praktik.
Aliya menghampiri Bryna yang sedang duduk dan menikmati acara bersama Oma Opanya, ia menghampiri putrinya dengan wajah yang semringah saat tahu siapa yang datang.
"Dek..." panggilnya.
"Iya mom?"
"Itu, Masmu sudah datang. Ajak makan dulu sana, temenin." ujar Aliya disertai senyum khasnya, Bryna mengangguk lalu menuruti perintah Mommynya untuk menghampiri seseorang yang dituju.
"Nggak berasa ya kak, cucu papa udah gede, bentar lagi papa sama mama punya cicit..." ujar Opa begitu cucunya pergi.
"Iya pap, Al juga nggak nyangka..." jawab Aliya lalu memeluk Papanya dari belakang.
"Yaa, apapun itu doa mama papa selalu untuk semuanya."
"Iya mam..."
"Tuh lihat Mamas mesra banget ya." tunjuk Oma ke arah cucunya bersama Hannah.
Suara lagu Can't Help Falling In Love menggema ke seluruh sudut, membuat suasana malam dengan semilir angin serta cahaya lampu yang berubah temaram semakin membuat suasana menjadi romantis.
First dance yang secara spontan di lakukan Hannah dan Bryan ditengah-tengah acara membuat siapapun yang melihatnya iri. Tak ada yang pernah tahu bahwa Bryan bisa seromantis begini dengan mau melakukan first dance saat pernikahannya hari ini.
Bryan yang kelihatannya dingin bisa meleleh begitu saja jika berhadapan dengan wanita yang dicintainya. Siapapun yang mengenal Bryan pasti tak percaya melihatnya seperti ini.
"Terima kasih ya mas, aku nggak tahu kamu bisa semanis ini." kata Hannah sambil bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama lagu yang lambat.
"Apapun untukmu." jawab Bryan membawa Hannah kepelukannya semakin menikmati lagu mengalun begitu indahnya.
🌻🌻🌻🌻
Aw aw aaawww... Ojo patah hati ya gaesss... Ayo move on move on... 😂😂😂
Dah ah, nanti baper
#dahgituaja
#awastypo
Dudui
Au revoir
Merci
Danke,
Ifa 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top