Semesta 23

Beter eerst de sterren raken en een paar opmerkingen achterlaten

Better hit the ⭐ first and leave some comments

300 votes for next update

Melangkah ke jenjang selanjutnya tentu sudah ada dalam top list rencana masa depan Bryan serta Hannah. Namun sebelum itu semua terjadi, Bryan harus membawa Hannah bertemu dengan semua anggota keluarganya yang lain akhir minggu ini.

"Mas, kapan kamu mau bawa Hannah ke rumah Oma?" tanya Aliya sambil menyirami tanamannya di temani Bryan yang hari ini istirahat di rumah sementara kembarannya pergi dengan teman-temannya.

"Nanti Mas tanya Hannah kapan kosong, mom." sahut Bryan sambil menyantap tape goreng di piringnya.

Aliya meletakkan ember untuk menyiram tanaman di dekatnya lalu duduk di samping putra sulungnya itu. "Mas, setelah menikah nanti kamu harus siap dengan segala konsekwensi yang akan kamu terima nantinya. Kamu akan menikahi seorang 'public figure'. Hannah nggak kalah sibuk sama kamu, hal-hal sepele seperti pertanyaan mom tadi harusnya that's not a big deal dan nanti harus punya waktu sendiri yang tidak bisa di ganggu gugat." ujar Aliya panjang lebar dengan Bryan yang menyimak sambil asyik makan.

"Iya Mom, kemarin kan Hannah bilang kalau nggak Sabtu ini ya Minggu ikut ke Oma." jawab Bryan dengan santainya.

Aliya hanya bisa menghela napas mendengar jawaban putranya. "Maaf ya Mas, Mom suka kok sa pilihan Mamas. Hanya saja nantinya Mas harus tegas ya, keluarga nomer satu, mau itu keluarganya Hannah atau keluarga kita. Tinggalkan dahulu pekerjaan kalian sejenak, kerjaan nggak akan kabur kok." lanjut Aliya lagi.

Bryan hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Mommynya barusan.

🌻🌻🌻🌻🌻

Sementara di tempat lain...

Hannah sedang sibuk menata barang-barang yang baru datang ke butiknya, Sabtu ini ia justru disibukkan dengan tumpukkan baju koleksi terbaru yang akan terpajang di etalase butiknya dan beberapa di antaranya sudah pesanan para customer loyalnya.

Sudah beberapa kali Hannah selalu di temani Maminya jika weekend tiba, Hannah pun paham karena waktunya cukup sedikit jika di hari biasa, Maminya pun sama tapi sebisa mungkin jika urusan butiknya sudah selesai Hannah selalu membawa Mami-Papinya pergi jalan-jalan ke manapun mereka mau.

"Han, kamu jadi silaturahmi ke Oma-Opanya Bryan?" tanya Sekar sambil membantu Hannah yang sibuk mengecek minor deffect pada jahitannya.

"Hannah bilang sama Bryan  sih kalau nggak hari ini ya besok mam." jawab Hannah, Sekar hanya mengangguk.

"Jangan lupa nanti bawa jajan untuk adiknya Bryan, apalagi yang kecil itu yang gemes. Kan ramai tuh besok dirumah Omanya, ada sepupu-sepupunya juga. Jangan tangan kosong ya." saran Sekar.

"Iya Mami..." sahut Hannau datar, ia masih sibuk dengan pekerjaannya.

Sekar memperhatikan putri bungsunya yang masiy terus sibuk itu. Jujur Sekar akui bahwa semenjak kejadian Hannah dengan mantan pacarnya waktu itu sering kali ia lihat Hannah cemberut dan murung namun dengan seiring berjalannya waktu lalu Bryan hadir kembali, Hannah berangsur ceria kembali hingga hari ini.

"Hannah, lihat mami..." kata Sekar, Hannah menoleh.

"Iya Mam?"

Sekar meletakkan baju yang Hannah pegang.

"Han, mami cuma mau pesen sama kamu." nada bicara Sekar mulai serius. "Nanti, kalau sudah menikah, nurut apa kata suami ya? Karena surgamu bukan lagi pada mami, tapi suamimu. Ridhonya untuk semua pekerjaanmu ada pada izinnya. Contoh kecilnya tetap luangkan waktu untuk keluarga dan tentunya untuk keluarga kecil kalian nanti. Diskusikan apapun, bicarakan apapun pada suamimu sebelum mengambil keputusan sekecil apapun itu, ya?" kata Sekar panjang lebar sambil Hannah mendengarkan dengan serius.

"Terakhir, ingat, jaga privasi dan keluarga kalian. Batasi semuanya, jangan sampai media-media itu mengekspose apa yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik."

Hannah tersenyum setelah Maminya selesai. "Iya mam, terimakasih nasihatnya. Hannah akan ingat  dan janji akan lakukan semua yang mami bilang." sahut Hannah lalu memeluk sang mami yang duduk di sampingnya, Hannah tak tahu jika hati Maminya sedang menghangat karena tak menyangka si bungsu kesayangannya, yang dulu sempat menjauh darinya kini akan menikah.

.
.
.
.
.

Selesai sudah pekerjaan Hannah di butik hari ini, segera saja ia pulang, ia sudah rindu tempat tidurnya. Tubuhnya sudah lelah sampai di mobil saja Hannah terlelap sambil memeluk Maminya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya.

Begitu teduh wajah Hannah saat tertidur memeluk lengan dan kepalanya ada di bahu Sekar. Sebelah tangannya mengusap kepala Hannah perlahan, putrinya sudah bukan lagi bayi yang tak bisa apa-apa, putrinya kini sudah bisa melakukan apa yang diinginkan dan mewujudkan semua mimpinya, membuktikan bahwa Hannah bisa berdiri di kakinya sendiri.

"So proud of you, baby girl..." gumam Sekar.

Hannah terbangun saat merasa mobilnya sudah berhenti, wajah mengantuknya membuat Sekar menahan tawanya.

"Bangun sayang, udah sampai." kata Sekar, Hannah mengusap wajahnya sambil mengangguk-angguk lalu turun mengikuti Maminya masuk ke dalam rumah.

Hannah merebahkan tubuhnya begitu masuk ke dalam kamarnya, memandangi langit-langit kamarnya dan rasa kantuknya menghilang begitu saja lalu Hannah mengeluarkan ponselnya.

"Assalamualaikum, Yan?" sapa Hannah.

"Waalaikumsalam, ada apa Han?"

"Besok lengkap semua di rumah Oma kan?"

"Insha Allah lengkap Han. Jadi kamu mau ke sini?"

"Jadi, agak pagian ya."

"Oke, nanti kabarin aja biar di masakkin yang enak sama Oma."

"Hahahaha, iya gampang. Ya udah, aku istirahat dulu ya."

"Oke, see you, Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam."

Keduanya menutup telepon secara bersamaan dan senyum itu terbit di wajah mereka

🌻🌻🌻🌻🌻

Keriuhan di kediaman Keluarga Prayuda mulai terdengar, ada Oma Nadia dan Opa Irzha juga  turut datang ingin melihat seperti apa aslinya calon cucu menantu mereka ini,  serta para krucils sudah berkumpul dan suara-suara ramai itu mereka yang timbulkan. Halaman belakang rumah bahkan sudah seperti playground dengan mainan berserakan di mana-mana, sementara para orang tua mereka sedang sibuk di dapur memasak untuk tamu mereka yang datang hari ini.

"Hannah datang jam berapa, Mas?" tanya Bryna.

"Mungkin sebentar lagi, dia bilang sih agak pagian." sahut Bryan.

"Nggak apa-apa biar lamaan sampai malam kalau perlu." cengir Bryna lalu terkekeh melihat tatapan kembarannya itu.

"Dikira Hannah nggak ada kerjaan apa." gumam Bryan berhasil membuat Bryna tertawa.

"Iye iye Mas..." Bryna akhirnya mengalah dan tidak melanjutkan candaannya sampai kemudian ada suara klakson mobil, Bryna lantas berlari ke depan dan menyambut sahabat yang akan menjadi iparnya ini.

Bryan melihat dari jauh keakraban Bryna dan Hannah yang tidak pernah luntur sejak dulu. Hannah yang dulu pendiam dan tertutup berhasil membuat Bryna sebagai teman sebangkunya penasaran, dengan sedikit saran dari Bryan untuk terus mengajak Hannah berbicara akhirnya mereka jadi semakin dekat dan lengket hingga saat ini.

"Ayo masuk, Han. Oma sama Mommy masak enak deh." Bryna membawa Hannah masuk ke dalam rumah.

"Gue malu ih." bisik Hannah.

"Udah.. Nggak apa-apaa. Nggak ada yang gigit kok..." kekeh Bryna berusaha membuat Hannah nyaman.

Rasa canggung sungguh membuncah di hati Hannah karena tak semua keluarga Prayuda ia kenal dengan dekat kecuali Aliya dan Adrian yang notabene adalah orang tua Bryan dan Bryna. Selebihnya hanya kenal dengan sekilas, apalagi kedua pasang   Oma dan Opa nya.

"Semuanya, ini Hannah Adlina sudah datang..." ujar Bryna heboh membuat wajah Hannah memerah.

Suara riuh-riuh krucils pun terdengar lalu mereka berebut menyalami Hannah yang akan menjadi kakak baru mereka sebentar lagi. Aliya lantas mendekat dan merangkul Hannah, Bryan belum menampakka dirinya, sengaja supaya Hannah tidak semakin grogi.

"Mam, Pap, semuanya, ini Hannah, calon istri pilihannya Mas Bryan. Hannah ini anak dari salahdua dokter di KMC dan juga sahabatnya anak-anak Aliya." Aliya memperkanalkan Hannah kepada semua anggota keluarga yang hadir, Hannah berusaha tersenyum meski masih nampak canggung karena sebelumnya tak pernah ia di perlakukan seperti ini.

"Alhamdullilah, Hannah, selamat datang di keluarga kami ya." ujar Oma Mai, Hannah segera menyalami salah satu Oma kesayangan Bryan itu.

"I know you, kamu cantik sekali nak, mirip dengan Mamimu..." kini Oma Nadia yang ia salami, beliau juga kenal Hannah secara sekilas dari Mami Papinya.

"Iya Oma, terimakasih sudah menerima Hannah dengan baik." ujar Hannah saat sudah berbaur duduk dengan yang lainnya.

"Eh ini Bryan mana? Calonnya datang gini malah nggak ada..." celetuk Bhima, salah satu adik Aliya mencari keberadaan keponakannya itu.

"Mas di sini," Bryan muncul dari halaman belakang bersama daddynya.

Koor suara ciee terdengar begitu Bryan mendekat ke ruang tengah, Om dan Tante nya memang iseng. Terlebih pernikahan Bryan dan Hannah akan menjadi yang pertama lagi setelah beberapa tahun sudah tidak ada lagi pesta pernikahan setelah Kanika dan Genta menikah beberapa tahun yang lalu.

Oma Mai dan Oma Nadia memperhatikan Hannah dari dapur saat Hannah sedang bersama para krucils. Hannah mengajarkan Chika serta si kembar Riana dan Rinjani, para sepupu Bryan menggambar sebuah baju pada selembar kertas, kedua Oma ini sedang menilai dan menimbang pilihan cucu mereka tidak salah. Beliau berdua tahu bahwa Hannah adalah seorang designer terkenal baik dalam maupun luar negeri.

"Mbak, calon cucu menantu kita ini kan kerjanya di industri fashion design dan dunia keartisan begitu dekat dengannya. Mbak Mai nggak masalah kan?" tanya Oma Nadia sambil mengupas buah untuk cucu mereka.

"Kita nggak bisa memilih kan Mbakyu? Kalau aku sih nggak jadi masalah mau dia siapa dan seperti apa masa lalu serta pekerjaannya saat ini. Asal keduanya bisa menjaga privasi dengan tidak mengumbar apapun di muka umum, rasanya sudah cukup. Banyak tho..., artis-artis lain yang bahkan tidak diketahui wajah anak dan suaminya, lalu mereka hidup dengan privasi mereka yang tidak banyak orang tahu." jawab Oma Mai, dari dulu beliau tidak pernah menentang apapun pilihan anak ataupun cucunya.

Oma Nadia mengangguk setuju. "Biarkan mereka dengan bahagianya ya Mbak, kita sebagai neneknya hanya bisa memberi saran terbaik, tidak berhak turut campur ketika nanti sudah resmi menikah. Mereka yang akan menjalankan pernikahan itu nantinya, bukan kita." 

"Setuju."

Acara makan siang pun tak kalah ramai, Chika serta si kembar menunjukkan hasil menggambar mereka bersama  Hannah tadi dan semua yang ada di kertas itu bagus-bagus, membuat sebuah ide terbersit di kepala Hannah dengan meluncurkan koleksi baru untuk anak-anak juga nantinya.

"Wah, bisa dong Kakak Hannah jadiin Chika modelnya nanti kalau fashion show.." ujar Chika semangat dengan mata berbinar, Hannah mengangguk.

"Belajar dulu yang bener baru mikirin fashion show." sahut Bryan lalu mengacak-acak rambut adik sepupunya itu dengan gemas.

"Iih Mamas!" gerutu Chika sambil membenarkan rambutnya lagi.

"Kamu iseng banget sih, Yan." protes Hannah sambil membantu Chika dengan rambutnya.

"Hmm..., ada yang belain yaa." sahut Bryan sambil geleng kepala.

"Gimana? Masih grogi?" tanya Bryan saat yang lain masih sibuk dengan makanannya.

Hannah terkekeh pelan. "Ya masih sedikit sih, tapi it's okay, ada anak-anak nih bisa bikin aku nggak canggung lagi." jawab Hannah kemudian.

Bryan tersenyum. "Nanti kamu akan terbiasa kok, Han. Ramainya, rusuhnya, resenya, berantakan juga berantemnya para krucil ini..."  kata Bryan selanjutnya. "Hitung-hitung latihan buat anak kita  nanti kan, Han..."  batin Bryan.

Hannah mengangguk lalu membatin pula. "Yaaa, ini ajang aku latihan juga sama para krucils ini Yan..."

🌻🌻🌻🌻🌻

HAeeeee... selamat hari minggu gaess.. Mamas Bryan kembali dan semakin dekat ihiyy.. tungguin terus update nya ya selamat membaca! Komen dan Vote nya jangan lupaaa 

#dahgituaja

#awastypo

#aurevoir

#dudui

#merci

danke,

ifa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top