Semesta 16
Beter eerst de sterren raken en een paar opmerkingen achterlaten ⭐
Better hit the ⭐ first and leave some comments
300 votes for next update
WARNING!
Nikmatilah cerita ini TANPA menentang Alurnya. Protes? Monggo bikin ceritane dewe!
🌻🌻🌻🌻🌻
Minggu berlalu, hari berganti. Niatnya sudah bulat, sebentar lagi ia akan berbicara pada kedua orang tua Hannah tentang niat baiknya itu. Semoga saja diterima dengan baik namun Bryan tak ingin terburu-buru karena ia masih ingin Hannah menata hatinya kembali untuk menerima pinangan lelaki lain.
Bryan berselancar pada gawainya, sibuk memilih makanan mana yang akan ia pesan dan dikirim untuk Hannah sampai pilihannya jatuh pada sekotak nasi lengkap dengan lauk pauk juga buahnya untuk Hannah makan siang ini.
Segera saja Bryan membelinya dan menambahkan sebuah note di kartu ucapan darinya lalu di kirim ke butik Hannah.
Done.
Bryan tersenyum sekilas, semoga saja Hannah suka dengan kiriman makan siangnya. Ia paham jika Hannah sering kali melewatkan makan siangnya karena kesibukkan yang mendera apalagi setelah waktu itu Hannah pingsan lalu masuk UGD karena skip sarapan dan makan siang.
"Semoga kamu suka ya Han, i don't know what should i do..." gumam Bryan.
Sementara di tempat lain, tepat pukul duabelas pas kurir makanan yang di pesan sampai di butik milik Hannah dan di terima salah satu karyawan Hannah di sana.
Tangan Hannah sedang sibuk membuat sketsa baju-baju baru rancangannya dan beberapa sketsa gaun pengantin berbagai model sedang dibuatnya di atas kertas yang berserakan di mejanya.
"Permisi, mbak Hannah ada kiriman makan siang." ujar Tiwi yang tadi menerima kiriman.
"Taruh situ aja, Wi." jawab Hannah namun matanya masih sibuk mendesain.
Tiwi lantas meletakkan makanan tadi ke dekat meja yang terjangkau oleh Hannah. "Ada bunganya lho mbak, ciee dari siapa itu.." ledek Tiwi sambil berlalu keluar ruangan Hannah.
Hannah terdiam dan menongak saat mendengar ucapan karyawannya itu. "Bunga?" gumam Hannah, netranya menangkap paper bag dan buket bunga di sebelahnya dengan alis tertaut dan dahi mengkerut.
Kaki Hannah melangkah ke meja tak jauh di depannya, ia hapal betul paper bag warna coklat itu adalah salah satu langganan kateringnya jika ada acara dari butiknya atau sengaja ia pesan khusus untuk para modelnya jika perhelatan acara fashion show.
"Dari siapa ini?" Hannah meraih buket bunga mawar merah itu dan membaca kertas yang terselip di sana.
'Jangan lupa makan siang, nggak mau kan kita jumpa lagi di UGD?'
Tanpa ada nama, tapi Hannah tahu siapa yang mengirimkan bunga beserta makan siang untuknya ini, senyum terulas di bibirnya. Hannah mengeluarkan sekotak nasi lengkap dengan lauk pauk, sayur serta buah dari dalam paper bag itu membuat perutnya langsung konser di dalam sana.
Harum makanan menguar begitu Hannah membuka tutupnya membuat konser di dalam perut semakin kencang bertabuh.
"Why do you do this... So sweet." ucap Hannah lalu mulai memakan buah yang masih dingin itu terlebih dahulu sebelum makanan utamanya.
Selesai dengan makan siangnya yang benar-benar habis tak bersisa, Hannah terdiam sejenak mengingat ada angin apa tiba-tiba seseorang yang ia tahu pasti siapa mengirimkan semua ini ke butiknya.
Ting!
Ponsel Hannah berbunyi nyaring di sampingnya, ia lirik notifikasi pesan Whatsapp.
Bryan Abrisam
Sudah terima makan siangnya?
Sudah. Merci! Repot-repot segala 😅
Biar nggak skip makan siang, desainer yang lagi naik daun suka lupa makan siang sampai pingsan
Hahahahaa, makasi yaa Bryan.
Udah dimakan kok kirimannya 😁
Oke, have a nice day!
You too.. 👌🏻
Hannah menutup kembali ponselnya, moodnya jadi baik apalagi setelah makan siang ini. Entah apa yang timbul di hatinya kini sejak kembali bertemu lagi dengan Bryan waktu itu ada letupan perasaan lain yang muncul dan Hannah selalu berusaha menyembunyikan kegugupannya di depan Bryan dan bersikap biasa saja.
Ataukah ada sesuatu yang Bryan juga rasakan? Entahlah Hannah juga tak tahu.
🌻🌻🌻🌻🌻
KMC sudah sepi, jam besuk sudah lewat dan Bryan baru saja selesai praktik pukul sembilan malam ini. Lebih malam dari biasanya karena lagi-lagi pasiennya membludak dan sepertinya Bryan butuh kopi untuk membuatnya tetap bangun saat menyetir sampai di rumah nanti.
Sebuah vending machine berwarna biru berdiri di depan Bryan dengan kokohnya. Tangan Bryan kini sibuk menggeser-geser layar besar di hadapannya memilih kopi dingin mana yang akan dibelinya sampai Vanilla Latte dingin jadi pilihannya.
"Ahh.. Alhamdulillah seger..." gumam Bryan saat satu teguk kopi memenuhi kerongkongannya.
"Ngopi dokter?" sapa seseorang di belakang Bryan.
"Eh dokter Banyu. Saya kira sudah pulang." kata Bryan saat mendapati dr. Banyu yang tak lain adalah Papi dari Hannah Adlina.
"Belum, habis ini masih ada OP. Lha kamu sendiri ini baru mau pulang?" tanyanya.
"Iya dok, baru saja selesai praktik."
Dr. Banyu menganggukkan kepalanya. "Sebentar ya." ia langsung ikut juga membeli sebotol kopi seperti Bryan. "Kita duduk situ yuk, nggak buru-buru kan?"
"Oh enggak kok dok, saya luang, mari."
Dua lelaki beda generasi itu duduk berhadapan di kantin yang tersisa satu penjual makanan yang buka 24 jam juga beberapa mesin minuman dan makanan ringan di sudut pintu masuk kantin.
"Bryan." panggil dr. Banyu merubah panggilannya hanya jadi nama saja.
"Iya, Om?" begitu pun Bryan.
"Om belum bilang terima kasih sama kamu ya?"
Bryan mengerutkan dahinya. "Terimakasih untuk apa ya, Om?"
Seulas senyum sekilas nampak. "Terimakasih sudah menyelamatkan Hannah dari laki-laki brengsek malam itu." katanya lalu terjeda sebentar. "Kalau nggak ada kamu dan Bryna, Om nggak tahu apa yang akan terjadi sama anak perempuan Om satu-satunya itu." tambahnya nampak sendu.
"Sama-sama Om. Saya dan Adik saya ada di situ, sudah seharusnya kami menolong dan membawanya ke rumah sakit." jawab Bryan tulus.
"Kamu memang anak baik, Bryan. Adrian dan Aliya tidak salah mendidik anak-anaknya hingga tumbuh sebaik ini."
Bryan hanya bisa tersenyum mendengar kalimat itu. Tak ada yang lebih besar dari peran kedua orang tuanya selama ini hingga ia berada di titik sekarang ia pijak.
"Jujur saja Bryan, Om kecewa dengan pilihan Hannah waktu itu. Pilihannya bertahan dengan suatu hubungan yang sama sekali tidak sehat."
Bryan mencoba menyimak dengan baik.
"Tidak sehatnya yang seperti apa, Om?" tanya Bryan penasaran saat dokter senior di depannya ini masih menjeda.
"Ya itu, dulu Hannah pernah bawa si bule gendheng itu waktu Erlangga menikah dua tahun yang lalu. Tapi ya namanya orang tua pasti bisa memilah mana laki-laki baik, baik-baik dan pura-pura baik."
Bryan menganggukkan kepalanya paham.
"Iya saya sempat dengar dari Bryna Om."
Dr. Banyu menarik napasnya dalam sebelum melanjutkan ceritanya. "Sudah berkali-kali di ingatkan tapi tidak kapok. Dari pertama datang om dan tante tidak sreg ada saja yang salah."
"Cinta bisa membutakan mata hati seseorang, Bryan. Itulah yang terjadi pada Hannah kemarin sampai akhirnya kejadian itu membuat Hannah semakin sadar dan yakin untuk pergi meninggalkan laki-laki gendheng itu."
Mengingat kejadian itu terjadi di depan matanya, Bryan jadi kesal sendiri. "Iya om, saya tahu perasaan om seperti apa. Mungkin jika Daddy ada di posisi Om dan Bryna di posisi Hannah, mungkin akan melakulan hal yang sama. Nggak akan ada orang tua yang tega anaknya di aniaya saat tidak ada ikatan pernikahan sama sekali. Bahkan jika ada ikatan pernikahan pun hal tersebut tidak di benarkan juga."
"Nggak akan ada yang mau Bryan..." ulang dr. Banyu.
Mereka sama-sama terdiam kembali menikmati kopi yang suhu dinginnya sudah berkurang sedikit demi sedikit.
"Kamu sudah ada calon Bryan?" tanya dr. Banyu tiba-tiba membuat Bryan terkekeh kemudian.
"Calon yang signifikan belum ada sama sekali om." kilahnya namun hatinya mengatakan lain, ingin rasanya Bryan mengucapkan iya pada orang di hadapannya ini namun ia mencoba menahannya sebisa mungkin.
"Semenjak kejadian itu juga sepertinya Hannah mulai tertutup. Om dan Tante nggak akan memaksa Hannah untuk memilih laki-laki yang kami pilihkan karena nanti yang akan menjalankan rumah tangga adalah Hannah dan pasangannya." kata dr. Banyu. "Bagaimana kalau kamu dengan Hannah saja, Bryan?" ujar dr. Banyu lagi dengan lancar membuat Bryan tersedak minumannya sendiri.
🌻🌻🌻🌻🌻
Hehehe maafkan ya sayang, telat bangett ya votenya udh lewat 😂😂 maaf maaf maafff banget aku suka telat up. Ya maklum gak ada stok episode berikutnya. Ini freshly made a few hour before update jadi mon maap kalo idenya suka ilang maju mundur yha 🙏🙏🙏
#dahgituaja
#awastypo
Dudui
Au revoir
Danke
Merci
Ifa 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top