Bagian 5 - Perbedaan Langit
Hello, dengan kembaran Mentari disini 😂 setelah melewati jalan kenangan yang cukup panjang akhirnya update juga, yeya🥳 masih setiakah kalian di lapak para cogan seperti Langit dan Awan, tidak lupa cecan begajulan modelan Mentari? Kalau masih, alhamdulilah. Baiklah, Langitku Surgaku sekarang ganti judul menjadi Semesta Untuk Mentari😍 semoga keputusanku ganti judul tidak membuat kalian berubah pikiran untuk tidak membaca kisah Langit, Mentari, dan Awan😍
-Trailer Semesta Untuk Mentari-
🌻HAPPY WATCHING🌻
SEMESTA UNTUK MENTARI
🌻HAPPY READING🌻
Kita tidak bisa menilai orang lain hanya dari apa yang kita lihat. Sebaik-baiknya penilaian mengenali orang itu dengan baik.
🌤🌤🌤
Cuaca hari ini tidak dapat diprediksi seperti keputusan Langit yang tiba-tiba dengan mudahnya menawarkan Mentari dapat magang di perusahannya. Kini Mentari memeluk erat tubuhnya sendiri di halte dekat kampus sambil menunggu Langit, Mentari sepakat akan syarat dari Langit untuk menemaninya ke mall. Tetapi, sudah cukup lama Mentari menunggu Langit yang tak kunjung datang padahal tubuhnya sudah sangat kedinginan.
Hingga mobil yang Mentari kenali adalah mobil Langit menepi di halte, Langit ke luar dari mobil menghampiri Mentari dengan membawa payung.
"Abang Langit kemana aja sih? Lama banget. Mentari udah nungguin cukup lama, mana dingin banget," oceh Mentari yang kesal pada Langit.
"Bisa enggak sih sehari aja toa masjid lo diem, gue tinggal baru tau rasa."
"Hais, sadisnya enggak ketulungan. Masih mending mau ditemenin ke mall."
"Okay, magang lo batal."
Mentari menyengir, "jangan-jangan, Mentari tarik kata-katanya deh. Ayo kita berangkat."
Mentari dan Langit memasuki mobil, sepanjang jalan tidak ada percakapan dan Mentari hanya menatap ke luar jendela sambil memeluk tubuhnya. Langit yang melihat hal itu mematikan AC dalam mobil.
"Ternyata Abang Langit peka juga, alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT," ucap Mentari.
"Mulai, tahu gitu gue besarin aja temperatur AC nya biar lo makin ke dinginan."
"Nistain aja terus Mentari, punya jodoh modelan Mentari baru tahu rasa."
"Semoga malaikat tidak mencatat doa laknat lo itu."
🌤🌤🌤
Hal yang pertama kali Langit inginkan membeli kemeja baru, Mentari dihadapkan dengan jajaran kemeja mahal menggantung begitu rapih, sorot matanya terus mencari kemeja yang pas untuk Langit, calon bosnya nanti saat magang. Dalam hati Mentari ingin tertawa, saking jomblonya Langit sampai-sampai syarat magang minta temani ke Mall. Bukankah itu syarat termudah sepanjang masa?
"Lo udah nemuin kemeja yang cocok buat gue?" tanya Langit seraya menghampiri Mentari.
Mentari tak menjawab, pandangannya masih fokus kepada jajaran kemeja, hingga kemeja hitam polos memikat matanya. Dengan senyum mengembang ia meraihnya.
"Ini bagaimana?" tanya Mentari seraya memperlihatkan kemeja pilihannya.
Mentari melihat raut wajah Langit yang menimbang kemeja pilihannya.
"Bagus sih, tapi---" potong Langit.
"Selera lo, sama kayak lo, malu-maluin. Lo kira gue mau menghadiri pemakaman," lanjut Langit sambil terkekeh.
Mentari diam sejenak sambil mengkontrol dirinya, sepertinya ucapan Langit kali ini begitu keterlaluan. Tanpa sadar gumpalan air mata menumpuk pada pelupuk mata cantik milik Mentari.
"Bisa enggak sih lebih kontrol ucapannya? Kalau enggak bisa, coba beri waktu untuk berpikir kalau apa yang kita ucapakan itu kira-kira nyakitin perasaan orang lain atau enggak? Mungkin memang bercanda, tetapi, apa perasaan seseorang sebercanda itu?" ucap Mentari seraya melempar kemeja yang ia pegang ke dada bidang milik Langit.
Langit terdiam, kenapa Mentari sebaper ini? Biasanya lambe turah satu itu akan memperlihatkan wajah tidak terimanya dengan ekspresi yang lucu.
"Lebih baik Mentari enggak mangang di perusahaan Abang Langit, daripada menerima syarat mudah, tetapi, Abang Langit tidak bisa menghargai pilihan orang lain. Perlu Abang Langit tahu, jika ingin dihargai, belajar untuk bisa menghargai pilihan atau pendapat orang lain, memang setiap orang punya sudut pandang yang berbeda, tetapi, setiap orang juga punya alasan di setiap sudut pandangnya. Jangan jadi manusia yang apa-apa seperti kemauannya, hidup enggak selalu tentang dirimu. Karena, dihadapan manusia lain dirimu bukan apa-apa, apalagi di mata tuhan kita," lanjut Mentari.
Langit terkekeh, "udah wejangannya? Lo ngalahin bunda gue, Lo laper ya?"
Bukannya menjawab pertanyaan Langit, Mentari meninggalkan Langit begitu saja sambil menggerutu, "Dasar pengecut! Bukannya minta maaf malahan ngiranya bercanda. Pantes aja jomblo!"
"Apa salah dan dosaku sayang," lirih Langit menaruh kemeja dengan asal lalu mengejar Mentari.
Langit kelimpungan mencari Mentari, semua yang ada pada diri gadis itu cukup ajaib. Selain, mempunyai kemampuan berbicara sampai berjuta-juta kata sekarang jurus hilang tanpa jejak.
Hingga mata Langit melihat sosok bidadari berlam be turah tengah duduk di restauran, "tuh kan bener dia cuma laper mangkanya baper," lirihnya
Saat ingin menghampiri Mentari tiba-tiba Langit menghentikan langkahnya, tenyata gadis itu tengah menangis.
"Sekejam itukah ucapan gue?" tanya Langit pada dirinya sendiri.
🌤️🌤️🌤️
Mentari menghapus air matanya, ia sudah cukup kebal untuk jutaan kata menyakitkan, tetapi, kenapa kali ini berbeda, seperti ada ribuan jarum menusuk relung hatinya. Hingga hawa dingin menyentuh pipinya.
Mentari mendongak, tatapannya tepat sekali melihat wajah Langit tengah tersenyum seraya menempelkan chocolate float di pipinya kemudian laki-laki itu duduk tanpa dosa dihadapannya.
Minuman dingin itu diletakan Langit di atas meja, "Katanya cokelat dapat meningkatkan mood, nih minum," titah Langit.
Mentari hanya diam, ingin berkata kasar pada manusia dihadapannya. Ia kira menghampiri dirinya akan meminta maaf atau apa, malahan datang seakan tanpa dosa.
"Senyum untuk gue, tangisan lo sangat mahal untuk nangisin gue," titah Langit.
Mentari terkejut akan ucapan Langit, manusia satu itu benar-benar mempermainkannya.
"Kata maaf gue juga cukup mahal, tetapi, gue kasih secara cuma-cuma untuk lo. Gue minta maaf," lanjut Langit masih dengan senyumannya.
Mentari berdecak, "Maafin enggak ya?"
"Mulai, so cantik."
"Tuhkan, Abang Langit!"
"Iya, bercanda."
Mentari tersenyum, baru kali ini melihat perbedaan Langit dari yang biasanya, yang biasanya sadisnya totalitas, sekarang dengan tulus minta maaf. Terbukti dari raut wajah Langit yang biasanya sangar sekarang tengah tersenyum tulus.
"Iya Mentari maafin, asal Abang Langit bisa lebih kontrol ucapannya. Karena bukan diri kita yang butuh penghormatan, tetapi, orang lain juga."
"Iya-iya, lama-lama Mamah Dedeh kalah famous sama wejangan lo."
Mentari mengurucutkan bibirnya.
"Udahlah, kita makan dulu. Nanti baru kita balik ke tempat tadi dan gue janji akan lebih menghargai pilihan lo," ucap Langit.
Mentari tersenyum, tenyata Langit tidak segalak yang ia kira. Memang benar, kita tidak bisa menilai orang lain hanya dari apa yang kita lihat. Sebaik-baiknya penilaian mengenali orang itu dengan baik.
Langit pun tersenyum, ternyata orang yang selama ini ia anggap kuat, ia hanya sedang menahan. Saat sudah tidak sanggup ia akan meledak melalui tangisan.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan tujuan utama mereka yang terhalang drama di antara mereka.
🌤️🌤️🌤️
24 Juli 2020
🌻Jadikan Al-Qur'an Bacaan Utama🌻
Jazakillah sudah berkenan mampir, semoga terhibur dan memberikan manfaat lebih. Mengisi waktu #Dirumahaja dengan membaca Semesta Untuk Mentari
Mohon maaf, jika kali ini spesial part Mentari dan Langit 🤭 jadi kalian team siapa nih?
Team Langit dan Mentari?
Atau
Team Awan dan Mentari?
Atau
Team Author rajin update?🤣
Komentar kalian semangatku update!
500 komentar akan langsung update, sengaja karena aku yakin tidak akan sampai target🤣
See you next chapter💜
Jalin silaturahmi melalui instagram @poppytaayunrs & @imajinasipy_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top