Bab 2 - Mencari pria kaya
"Sampai kapan kau akan melihatku seperti orang kelaparan, Nona Laura?" ---Azkanio Malik Orlando
___________________________________________
Selamat Membaca
Distrik Gangnam, Seoul-Korea Selatan.
Di dalam mobil yang melaju, membelah kota Gangnam. Dari balik jendela mobil, seorang anak kecil bisa melihat banyak tempat yang bisa dikunjungi para pendatang. Seperti tempat kuliner, toko pakaian, hingga gedung tinggi.
Tapi, bukan ini yang Juna inginkan. Kemudian, Juna mengerucutkan bibir mungilnya, mata besarnya terlihat mencoba memberi tanda pada papahnya. Tapi lelaki yang menjadi ayah biologisnya itu justru berkutat dengan tablet, tanpa merasakan intimidasi dari sang anak.
"Papah! Juna tidak ingin ke Kolea! Juna ingin ke Indonesia!" seru Juna, akhirnya menyerah mengatakan apa yang menjadi sumber kemarahannya.
Azka menurunkan tabletnya, dia pun menoleh pada sang anak. "Jadwal papah berubah mendadak, Juna. Jadi papah harus datang ke acara pertemuan ini."
Ya, seharusnya jadwal minggu ini, Azka datang ke Indonesia untuk bertemu Almyra Anindita. Orang yang dia incar untuk melakukan kerja sama, tapi kabarnya Almyra mendatangi Acara Tahunan Kontraktor yang diselenggarakan di Korea Selatan.
Jadi, apa boleh buat, Azka harus menunda kepulangannya ke Indonesia.
"Itu acala papah, bukan acala Juna. Jadi bial Juna aja yang balik Indonesia," ucap Juna.
"Juna, maafkan papah ya. Papah janji, nanti kita ke World Monorail. Di sana ada istana yang bagus."
"Juna bukan anak kecil, Papah! Juna ingin ketemu Mama Cantik."
Begini lah Juna, setelah anak itu melihat film religi yang bercerita seorang istri yang berjuang hidup bersama anaknya, setelah suaminya memilih hidup bahagia dengan istri kedua. Juna langsung menginginkan Laura Paris sebagai Mamanya.
"Kita bisa lihat Mama Cantik juga, nanti. Papah janji, setelah acara ini selesai, kita akan ke Indonesia."
"Juna tidak pelcaya janji papah. Juna hanya bukti."
oOo
Hotel The King Seoul, dari sini Laura bisa melihat gemerlap lampu kota Gangnam. Persis seperti yang didengarnya, kota ini tidak akan pernah tidur. Selalu ada keramaian di setiap saatnya.
Padahal Laura mendapat kamar dengan type Duluxe Suite Korean Style. Ruangannya juga tidak berbeda jauh dengan kamar hotel lainnya, hanya saja di sini ada futon lantai persis seperti di drama korea yang sering Laura tonton.
Tapi pemandangan yang didapatnya, tetap memuaskan matanya. Laura sampai di Korea Selatan, sore tadi, dijemput oleh Ella, sekertaris Almyra.
"Ini beneran gratis?" tanya Laura memastikan.
"Benar, Nona Laura."
Laura paham sekarang, kenapa Almyra yang biasanya selalu sulit memberi pinjaman. Langsung memberi kartu kreditnya begitu saja, saat mendengar Laura ingin ke Korea Selatan. Tentu saja, karena Almyra memiliki jadwal di Negeri Gingseng ini.
Acara Tahunan Kontraktor, adalah acara yang berisikan orang dibidang Kontruksi. Di sana, Laura hanya akan bertemu para investor pemegang uang untuk pembangunan di Indonesia. Perkumpulan yang tidak bisa ditangkap otak Laura.
"Tidak bisakah, aku tidak datang? Aku tidak akan paham pembahasan mereka."
Ella menggeleng, "Tidak bisa, Nona Laura. Karena, Nona sudah mengabaikan jadwal dari hari pertama. Jadi malam ini, Nona harus datang ke acara puncak."
"Aku aja baru sampai tadi sore. Bagaimana bisa aku disebut mengabaikan? Yang mengabaikan itu atasanmu."
Ella tidak membalas, sebab instruksi dadakan dari Almyra memang hampir mengacaukan acara. Kamar yang seharusnya Almyra tempati telah diberikan pada orang lain, tapi tidak mungkin anggota panitia acara menolak keinginan Almyra.
Inilah kenapa Laura mendapat kamar type Duluxe Suite Korean Style, yang seharusnya mendapat kamar type Presidential suite.
"Baiklah, abaikan tentang atasanmu saat ini." Laura mulai menatap serius ke arah Ella. "Apa di tempat itu, ada cowok tampan, tajir, dan yang paling penting dia single."
"Saya kurang paham, Nona. Karena setiap peserta yang datang, memiliki keamanan identitas."
Pupus sudah keinginan Laura yang ingin mencari pria yang lebih dari mantannya. "Ya udah deh, aku mau siap-siap aja, siapa tau nanti aku malah ketemu oppa-oppa korea yang ganteng."
Beberapa saat kemudian, setelah memilih gaun mana yang pas untuk acara. Bahkan Ella sampai harus membeli gaun baru, karena semua pakaian yang dibawa Laura hanya berisi kaos dengan celana jeans. Benar-benar niat liburan sekali.
Akhirnya, Laura sampai di dalam Louge yang menjadi tempat acara. Rasa terkejut menyapanya, begitu melihat isi Louge hanya berisi beberapa pria tampan, serta memiliki wanita pendamping.
Laura kira, acara tahunan akan berisi pria tua, berbadan gendut, dipadukan pembahasan tentang rancangan pembangunan yang rumit untuk dicerna otaknya.
"Jadi ini yang disebut acara puncak?" batinnya.
Laura bingung harus bagaimana, apa lebih baik dia pergi saja dari tempat ini? Tapi dia saja baru masuk, tidak juga dia langsung keluar. Tapi, dia benar-benar bingung harus ngapain.
Hingga sapaan seorang pria yang dikenalnya, mengejutkannya.
"Kak Laura? Kau di sini?" tanya Zayn.
"Zayn?"
"Yap, ini aku. Tapi, aku kira yang datang Kak Amy, kok bisa kamu yang datang?"
"Almyra memintaku untuk menggantikannya, tapi aku tidak tau acaranya hanya berisi hiburan."
Pria campuran Arab-Indonesia itu terkekeh mendengar keluhan Laura. Dia yakin, Almyra tidak menceritakan detail kegiatan malam puncak. Bagi kontraktor sepertinya, yang single tidak memiliki pasangan, malam puncak adalah kesenangan hakiki.
Berbeda dengan kontraktor yang sudah berkeluarga, mereka memiliki jadwal tersendiri.
"Hahaha. Ayo ikut aku, Kak. Akan aku kenalkan sama teman-temanku, mereka pasti seneng liat kakak."
"Mereka tampan, tajir, dan single nggak?" tanya Laura memastikan.
"Tajir dan single sih, iya. Tapi kalo tampan ... masih kalah sama aku, kayaknya," bangga Zayn.
Laura hanya bisa menggeleng menanggapi ucapan Zayn. Dia memang mengakui, wajah Zayn tampan, dipadukan dengan tubuh yang tinggi. Pria ini juga bersih dari gosip wanita, karena katanya dia sedang menunggu wanitanya.
Sampai di kelompok pria yang dimaksud Zayn, tatapan Laura seolah terkunci pada satu pria yang terlihat dingin padanya. Dia tidak memberi senyuman pada Laura, tatapannya juga tidak bersahabat. Berbeda dengan dua pria lainnya, mereka terlihat bersorak melihat kedatang Laura.
"Wow, seleramu emang paling beda di antara kami, Zayn," puji Samuel pada Zayn.
Ethan bangkit dari kursinya, meninggalkan pasangan wanitanya. "Kau benar, Sam. Ah, kenalkan, saya Ethan."
Laura mencoba menyambut tangan Ethan, tapi Zayn langsung menepis tangan pria itu. "Tidak usah berkenalan, aku yakin kalian mengetahui namanya."
"Sombong sekali. Cuma mau salaman doang nggak boleh," keluh Ethan.
Samuel tertawa melihat kegagalan Ethan menggoda artis papan atas itu. Sedangkan Zayn, dia membawa Laura untuk duduk di sebelah pria yang sejak tadi berhasil mencuri perhatian Laura.
"Laura kemari untuk menggantikan ketidak-hadiran Almyra. Dan aku tidak mau ada skandal yang menghancurkan karir gadis ini," jelas Zayn.
Samuel terlihat menuangkan Pauillac Bordeaux 2007, sebuah anggudia kemudian memberikannya pada Laura. "Kau bisa minum anggur kan?" tanya Samuel.
"Ya, dan terima kasih." Tangan Laura menerimanya.
Kemudian Samuel menatap ke arah Zayn. "Setidaknya, kau bisa mengenalkan kami 'kan, Zayn? Ini terlalu canggung kau tau."
Zayn kembali meletakkan potongan buah yang hampir dia lahap. "Baiklah, Laura. Si pirang yang tadi mencoba mendekatimu, dia adalah Ethan Marcello, investor dari Amerika. Dia, single, dan juga banyak uang. Tapi senang mempermainkan wanita."
"Hey! Itu kebohongan besar, aku tipe setia, jadi jangan percaya omongan Zayn." Ethan tidak terima penjelasan Zayn yang menjatuhkan harga dirinya.
"Kemudian, ada Samuel Jacobus, dia adalah kontraktor sekaligus investor dari Belanda. Tajir, tapi udah punya calon istri dari perjodohan kakek buyut mereka."
Samuel tersenyum. "Yap, tapi jika kau tetap ingin main-main denganku, aku akan senang hati menerimanya."
Mendengar itu, tubuh Laura langsung bergeser menghindari Samuel. Hingga tanpa sengaja, punggung mulusnya menyentuh dada pria di belakangnya. Laura pun menoleh ke arah pria itu, berniat meminta maaf.
Tapi yang terjadi, tatapannya justru bertemu dengan bibir pria itu. "Bolehkah aku menggigitnya?" batin Laura.
"Terus, yang terakhir, Azkanio Malik, dia adalah kontraktor juga investor dari Dubay. Tajir, dan juga single, dia juga tidak ada gosip dengan wanita." Zayn sengaja tidak mengenalkan nama keluarga sahabatnya, tentu untuk melindungi privasi mereka.
Ethan menarik kerah Zayn, masih tidak terima dengan penjelasan pria itu. Pasalnya, Ethan merupakan fans berat Laura. Dia sudah menunggu bertahun-tahun agar bisa kenal dekat dengannya.
Tapi, bukannya Zayn melindungi keburukan Ethan. Dia justru merusak image milik Ethan. Samuel yang melihat itu pun, langsung mengikuti dua pria yang kekanakan. Tinggallah, Laura dan Azka yang masih berada di tempatnya.
"Sampai kapan kau akan melihatku seperti orang kelaparan, Nona Laura?"
Bahkan suara yang dikeluarkan Azka begitu berat, Laura pun mengangkat wajahnya, tangan kirinya yang bebas membiarkan jemarinya bisa menyusuri wajah Azka. Dia bisa merasakan kehangatan di sana. "Sampai aku bisa memakanmu, Tuan Malik."
Tangan Azka menyentuh tangan Laura, menariknya hingga suara napas pria itu menyentuh telinga Laura. "Aku tidak mau kau terlibat masalah, sayang," bisiknya.
Laura berdiri membelakangi Azka, mengekspos punggung mulusnya yang sengaja dia pamerkan pada Azka. "Baiklah, jika kau menolak. Aku akan mendatangi Ethan, setidaknya dia bisa aku makan sepuasnya."
Sia-sia sudah Laura bertingkah jalang untuk merayu pria kaya, tapi bagaimana lagi, dia tidak mau melakukannya jika orang itu tidak mau. Toh, Ethan tidak kalah tampan dari Azka. Hanya mungkin, sedikit kekanakan.
Namun, tak selang dua langkah, tangan Laura sudah ditarik Azka. Keduanya berjalan meninggalkan tempat itu. "Jangan tarik rambutmu ke depan, jika tidak mau aku telanjangi dis sini."
Ucapan itu menyadarkan Laura, bahwa rambutnya telah menutupi punggung mulusnya. Tapi sejak kapan? Laura saya tidak menyadari kapan ikat rambutnya terlepas.
"Yah, setidaknya aku harus dapat pria kaya ini," batinnya masih dengan semangat membara. Laura harus mendapatkan pria kaya untuk menghidupi kehidupan mewahnya.
Bersambung.
Mohon maaf jika masih ada kekurangan. Karena kesempurnaan bukan milik Lodi.
Salam
Lodi 😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top