Bab 1 - Pengkhianatan
"Apa ketika kau melakukan hal itu, kau tidak memikirkan perasaan kakak? Kau pun wanita juga, Illina. Apa yang ada dalam otakmu? Kenapa kau tega pada kakakmu ini? Kau cantik, cerdas, bahkan ayah sangat menyayangimu. Tapi kenapa kau tega mengkhianati kepercayaan kakak? Kau menjijikan, Illina."---Laura Paris Aditya.
__________________________________________
Selamat Membaca
"Hallo, Illina? Apa kau sedang sibuk?" tanya Laura.
"Tidak, Kak. Ada apa?" jawab diseberang sana.
Laura kemudian melanjutkan kegiatannya memasukkan pakaian ke dalam kaper. "Kayaknya, kakak nanti malam nggak bisa datang ke acara Festival Movie Indonesia."
"Ha-hah? Kok gituh?"
Mendengar nada sedikit mendesah dari adiknya, alis Laura mengerut. "Kamu lagi apa? Kok desah-desah gitu?"
"Oh. Itu. Aku lagi lari-lari," jawab Illina.
"Yaudah deh, terserah kamu. Pokoknya, kalo misal kakak menang, kamu yang maju wakili kakak ya."
"Okehh Kakahhh."
Detik itu tiba-tiba panggilan dimatikan sepihak oleh Illina. "Dasar nggak pandai bohong," ejek Laura pada tingkah aneh Illina barusan.
Bukan rahasia lagi diantara keduanya, bahwa Illina sudah tidak virgin seperti Laura. Laura mengetahui hal itu, sejak Laura lulus sekolah menengah atas. Kata Illina, dia memberikan mahkotanya untuk hadiah kelulusan laki-laki yang dicintainya.
Ilina bilang, dia sangat mencintai laki-laki itu, tapi laki-laki itu ternyata hanya mau melakukan hubungan seks tanpa status apa-apa. Bodoh sekali memang Illina memilih jalan itu.
Tapi, Laura tidak bisa melarang Illina. Karena, baginya, Illina sudah besar, gadis itu harusnya tau, mana yang baik dan mana yang salah untuk hidupnya.
Kemudian, Laura menekan layar ponselnya. Dia ingin memberi kabar pada tunangannya-Darren. Dia ingin mengatakan, bahwa dia sudah mengosongkan jadwal selama 3 bulan untuk mengurus pernikahan mereka.
Berbeda dengan Illina yang kehilangan mahkotanya disaat kelulusan Laura. Laura justru mendapat lamaran pertunangan dari Darren, satu-satunya pria yang Laura biarkan dekat padanya. Mengingat masa kelulusan, Darren sampai memohon agar Laura mau menikah dengannya, saat Darren sudah sukses.
"Hallo Honey? Kapan kamu kembali dari Lombok?"
Suara Darren terdengar tidak sabar, Laura pun tersenyum mendengarnya. "Harusnya hari ini, tapi malam ini aku masih ada jadwal."
"Baiklah. Aku harap ini yang terakhir. Aku tidak mau, dinomor duakan sama pekerjaanmu."
"Hahaha. Itu tidak mungkin, Darren. Kau tau, hanya ada kau---"
Tiba-tiba panggilan dimatikan sepihak oleh Darren. "Kenapa dimatiin? Aku kan belum kelar ngomong," keluh Laura.
oOo
Assegaf Luxury Hotel-Jakarta, Indonesia.
Di sebuah kamar yang dibangun khusus atas permintaan owner. Terlihat Illina sedang menunduk, dia bahkan tidak berani mengangkat wajahnya. Apalagi, setelah dia dengan bodohnya berani melempar ponsel milik pria yang dia cintai, hingga pria itu tidak bisa menerima telpon.
"Beraninya kamu! Kamu pikir kamu siapa!"
Illina sadar, dalam hubungan yang dia jalani hingga sekarang. Dia bukanlah siapa-siapa bagai pria itu. Bahkan demi bisa mendekati pria itu, Illina sampai merelakan tubuhnya untuk dijadikan budak seks. Just sex!
"Maafkan aku, Kak Darren. Aku tadi tidak tau itu dari Kak Laura."
"Maaf? Kau pikir, aku akan menyentuhmu lagi, setelah kau bersikap seperti ini? Lupakan Illina. Hubungan kita berhenti sampai sini."
Tidak! Itu tidak boleh terjadi, bagi Illina, apa pun permintaan Darren akan dia lakukan. Asal jangan menyuruh dirinya menghentikan hubungan mereka sekarang.
Tanpa memakai sehelai kain, Illina berlari mendekati Darren. Tangannya menyentuh kaki Darren, rasa dingin lantai dia abaikan. Asal bisa mengubah perintah Darren. "Aku mohon, Kak Darren. Apa pun akan aku berikan, tubuh, harta, atau apa pun. Asal biarkan aku tetap menjadi budaknya kakak."
"Yang aku inginkan, hanya Laura. Kau sendiri yang dulu mengatakan, hubungan kita selesai begitu Laura menerima lamaran pernikahan dariku."
Ini juga alasan Darren harus menyelesaikan hubungan gelapnya dengan calon adik iparnya. Dia tidak mau, ketika dia sudah menikah dengan Laura, dia mengkhianati istrinya. Sangat tidak gentleman.
Sekali pun Illina menawarkan apa yang dimiliki gadis itu. Bagi Darren, hanya Laura yang pantas bersamanya. Gadis bermata coklat, dengan rambut pirang. Gadis yang begitu dia puja selama dia mengenalnya.
"Menyingkir Illina. Kau tidak pantas menyentuh tubuhku."
Setelah mengatakan itu, Darren berlalu pergi meninggalkan kamar hotel. Namun Illina tidak hilang akal, dia segera memakai bajunya, dan mengejar pria itu. Berharap perjuangannya, akan diberi belas kasih dari sang pujaan.
Di sisi lain, tanpa mereka ketahui. Ada seseorang yang melihat adegan kejar-kejaran itu. "Apa ini? Hubungan gelap client-ku dengan adik sahabatku?" batin Almyra.
Belum yakin dengan dugaan miliknya, Almyra adalah orang yang ditunjuk sebagai general manager dalam proses pembangunan Hotel Assegaf Luxury. Dia yang ingin memastikan kembali hasil rancangannya, berniat melihat ulang hotel itu sebelum dibuka.
Tapi siapa sangka, dia justru melihat adegan Darren keluar dari kamar hotel, diikuti Illina di belakangnya. Setelah melihat dua orang itu menghilang ditelan lift, Almyra memasuki kamar yang kebetulan pintunya tidak ditutup.
Aroma bekas percintaan, langsung menyambut penciumannya. Semakin langkahnya mendekat, dia bisa melihat bekas kondom berserakan. "Yah, setidaknya Darren memakai pengaman."
Puas dengan hasil penyelidikan daruratnya, Almyra mulai mengirim hasil jepretannya ke Laura. Dari mulai foto Illina mengejar Darren, hingga bekas kamar percintaan mereka.
"Aku rasa ini sudah cukup, tinggal tunggu respon dari Laura."
oOo
Illina baru saja kembali dari acara Penghargaan Festival Movie Indonesia. Sesuai tebakan Laura, kakaknya itu berhasil membawa tropi sebagai Aktris Terfavorit Pilihan Penonton. Entah sudah tropi ke berapa, Laura berhasil memenangkannya.
Kakaknya selalu saja hidup beruntung, memiliki wajah cantik, tunangan tampan, dan juga favorit masyarakat Indonesia. Tidak ada yang tidak iri pada Laura, bahkan Illina sendiri juga merasa iri.
Kemudian, Illina melempar tropi itu di atas kasur. Karena jika sampai tropi itu rusak, Laura pasti akan curiga dengan rasa iri milik Illina.
"Iri dengan hidup kakak, Illina?"
Dengan enteng Illina langsung menjawab, "Siapa yang tidak akan iri? Hanya orang bodoh yang tidak iri pada Ka-Kakak?!"
Illina terkejut bukan main, dia bisa melihat kakaknya sedang duduk kursi kesayangan Illina. Dari tatapannya, dia bisa melihat Laura menatap tidak suka padanya. Tidak seperti biasanya.
"Kakak kapan kembali? Bukannya, kakak bilang malam ini tidak bisa pulang?" hanya kalimat itu yang bisa Illina keluarkan.
Laura bangkit dari kursi itu, suara ketukan heels berhasil memberi rasa gugup pada Illina. Entah kenapa, malam ini kakaknya terlihat menyeramkan. Ekspresi Laura terlihat seperti sedang memerankan tokoh antagonis dalam film.
Tepat di depan Illina, jemari hangat Laura menyentuh wajah Illina. Tatapan Laura menurun mengikuti arah jemarinya menyentuh. "Kenapa aku baru sadar, kau melakukan diet kemarin agar telihat mirip denganku?"
Illina melangkah mundur, dia benar-benar takut. Tapi cekalan tangan kiri Laura menghentikannya. "Jangan takut Illina. Aku hanya penasaran, apa yang membuat dia lebih memilih tidur denganmu. Dibanding menunggu diriku siap."
"Ap--apa maksud kakak?"
"Tiga pertanyaan. Kapan pertama kalian melakukannya?"
Illina kembali melangkah mundur, rasa takut menyelimuti tubuhnya. Tatapan Laura tidak main-main, gadis itu terlihat siap memakannya. "Ak---aku tidak paham Kak."
"Siapa duluan yang memulai?" Laura mendorong bahu Illina dengan jari telunjuknya.
"Apa maksud, Kakak?" Tubrukan tubuh Illina pada dinding menyadarkannya, bahwa dia tidak bisa kabur lagi.
"Terakhir, apa ketika kau melakukan hal itu, kau tidak memikirkan perasaan kakak? Kau pun wanita juga, Illina. Apa yang ada dalam otakmu? Kenapa kau tega pada kakakmu ini? Kau cantik, cerdas, bahkan ayah sangat menyayangimu. Tapi kenapa kau tega mengkhianati kepercayaan kakak? Kau menjijikan, Illina." Tubi-tubi Laura meluapkan seluruh emosinya, air mata bahkan sudah membanjiri wajahnya di setiap kalimat yang dia ucapkan.
"Menjijikan? Kau pikir kau siapa, berani mengatakan aku menjijikan, Laura? Kau sendiri lebih rendah dariku, karena memanfaatkan uang Kak Darren untuk kebutuhan hidupmu. Bukannya kau lebih menjijikan? Dasar pengemis."
Tidak kuat mendengar kalimat Illina yang justru menghinanya. Padahalnya, seharusnya Illina mengatakan maaf, bukan mencari keburukan Laura untuk dihina. Tangan Laura pun menjambak rambut Illina, hingga teriakan Illina mengisi ruangan.
Tak berapa lama, pintu terbuka, terlihat Hanindito masuk bersama Ashila. Mereka berdua menarik dua anak mereka. Laura terlihat melawan, ingin menerjang Illina. Hingga tamparan dari Hanindito membuat suasana sunyi.
"Ayah?" tanya Laura tidak menyangka, ayah kandungnya akan menamparnya.
"Sudah puas menyiksa adikmu? Apa kamu ingin ayah laporkan dengan kasus kekerasan?" ancam Hanindito.
"Mas, jangan seperti itu."
Tangan Laura masih memegang pipinya, sebenarnya tidak ada rasa sakit pada pipinya. Namun, rasa sakit yang dia rasakan adalah hatinya terasa tertusuk, karena ayahnya lebih membela anak tiri. "Laporkan aja, ayah! Biar semua tau, bahwa Illina sudah----"
Belum sempat ucapan Laura keluar, tiba-tiba Illina jatuh pingsan dalam pelukan Ashila. Laura semakin muak dengan kondisi bak sinetron yang pernah dia mainkan. Dia pun memilih pergi meninggalkan kamar itu.
"Illina, sayang, bangun," ucap Ashila menangisi anaknya.
Sedangkan Hanindito menelpon seorang dokter. Tidak ada satu pun yang mengejar Laura, hanya untuk menanyakan kepergiaan Laura.
"Keluarga brengsek. Pantas aja bunda milih bunuh diri."
oOo
"Kamu ke sini malam-malam, Cuma mau pinjam uang?" ulang Almyra yang baru bangun tidur.
Laura melahap mie instan yang baru saja selesai dimasak oleh Almyra. "Yap, aku butuh modal. Mau liburan cari cowok lebih tajir dari Darren."
"Kamu mau jadi semacam pelakor gitu?" tanya Almyra memastikan.
"Ya enggak lah, Mi. Aku habis bikin pingsan pelakor, masa sekarang malah jadi pelakor. Nggak banget deh."
Almyra mengambil bantal kecil, kemudian memangkunya. "Ya siapa tau aja. Lagi pula, enak kan jadi pelakor. Cuma modal tubuh, terus dapat duit. Dari pada adek kamu, nyerahin tubuh, nggak dapat uang, cuma dapat dosanya doang."
"Heleh, nggak usah ngomong dosa. Emang kamu nggak pernah bobo sama cowok pas pacaran?"
"Oh sorry. Almyra Nandita tetap akan setia menunggu Mas Raka dong."
Laura meletakkan mangkuk kosongnya. "Yakin, Mas Raka masih jomblo? Jangan-jangan dia lebih parah dari Darren, udah nikah punya anak terus lupa janji sama kamu."
"Laura! Apaan sih! Mas Raka nggak mungkin kayak gitu. Udah deh, nih pegang kartuku, habis itu pergi sana."
"Ya habisnya, kamu tau kan seberapa serius Derren merencanakan pernikahan kami? Tapi ternyata cuma topeng," keluh Laura.
"Jangan bandingin bajingan itu sama Mas Raka. Aku yakin, Mas Raka masih berjuang di Papua sana."
Begitulah Laura, akhirnya bisa pergi ke Korea untuk mencari hiburan. Sebab, seluruh kartu kredit dari ayahnya, tiba-tiba diblokir. Hanya kartu dari Darren yang bisa dia gunakan, tapi dia tidak mau dilacak oleh Darren.
Bersambung.
Hai ... hai ... haiiiiiii
Ada yang merindukan Lodi?
Setelah lama hiatus, bergelut dengan dunia nyata yang membuat Lodi hanya bisa up sepagi ini.
Akhirnya, Lodi hadir dengan story romance.
Mohon bantuan dukungannya ya teman-teman.
Maaf jika masih ada kesalahan, karena kesempurnaan bukan milik Lodi.
Salam
Lodi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top