Selena

(Gamaliel)

Gamaliel melihat kertas yang ada di tangannya. Wajah datarnya tetap tak berekspresi seperti biasa.

Calon ketua OSIS SMA Nusantaa. Gamaliel Gaelan.

Sejujurnya ia kaget, terutama mengingat teman-teman dekatnya mencalonkan dirinya jadi ketua dan kini heboh menjadi tim suksesnya.

"Ya udahlah, gue jalanin aja," gumamnya, masih dengan wajah datarnya.

...............

(Selena)

Masa pemilihan ketua OSIS kini tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Selena sama sekali tidak tertarik. Dia lebih memilih untuk duduk sambil menatap pria itu dari jauh, berpikir kapan dia dapat menggapainya.

"Membosankan," gumamnya ketika mendapat kertas berisi nama calon ketua OSIS.

............

(Raizel)

Beberapa siswa dan siswi mulai berkumpul di gazebo dekat perpustakaan. Mereka mulai mendiskusikan beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk menyukseskan kandidat yang digiringnya untuk pemilihan ketua OSIS. Ada salah seorang dari tim sukses A yang memandu berlangsungnya rapat.

"Apakah kalian udah siap untuk menyukseskan acara ini?" Ucap siswa itu.

"Siap!" Ucap seluruh tim sukses yang mengikuti rapat saat itu.

......

(Daisy)

Daisy menatap kertas yang tertempel di mading tanpa minat. Ia menghela napas lelah, "Kenapa aku harus jadi caketos?" tanyanya frustasi. Ia berbalik meninggalkan area mading yang dipenuhi sesak oleh para siswa.

............

(Ibnu)

Ibnu sedang bersantai di bangku kelasnya. Ia tak sengaja mendengar desas-desus murid mengenai pemilihan kandidat ketua OSIS dan mendengar nama Gamaliel Gaelan sebagai salah satu kandidat. Senyumnya mengembang.

"Akhirnya lo masuk sebagai kandidat, gue bakal dukung lo sampe lo dapetin tahta itu," gugamnya.

............

(Anastasya)

Dai terpilih jadi caketos? batin Ana ketika melihat nama sahabat karibnya tercantum di papan mading. Ana bingung mengapa nama sahabatnya masuk dalam pemilihan ini.

"Ah, sudahlah. Aku dukung saja, toh enak punya sahabat ketos," gumam Ana.

............

(Ra)

Selebaran calon ketua OSIS tahun ini sudah disebar ke semua angkatan. Ra menerima lembar itu dan tersenyum melihat kedua nama yang ada di sana.

Mereka memang berbakat, batinnya.

...............

(Gamaliel)

Gama tahu, terpilihnya dia menjadi ketua OSIS adalah campur tangan dari tim suksesnya saat ini. Gama, yang dipandang netral, statis dan jujur, dianggap pas jadi ketua OSIS.

Yah, jadi ketos gak bikin gue mati juga sih, tapi... gue gak ada passion jadi pemimpin, batin Gama. Gue cuma mau jadi... tetep invisible kayak sekarang. Datar, netral, gak mencolok dan hidup tanpa badai. Tapi yah, jadi ketos gak bikin gue mati juga, toh? Gama melipat kertas bertuliskan namanya dan berjalan pulang menuju ke rumahnya.

.........

(Selena)

Beberapa siswa sudah siap untuk menyoraki calon ketos pilihannya. Namun, Selena belum juga bangkit dari tempatnya. Dia masih terpaku pada cowok itu yang ternyata ikut berpartisipasi dalam acara sorak-sorakan itu. Dia akhirnya memutuskan untuk bangkit dan mencari Ra, sahabatnya.

Lama-lama memandanginya bisa membuatku makin sakit hati, batinnya.

...............

(Raizel)

Setelah pulang sekolah, Raizel dan beberapa teman yang ikut serta menjadi tim sukses Gamaliel Gaelan sebagai calon ketua OSIS berkumpul di gazebo yang ada di samping perpustakaan. Mereka adalah siswa dan siswi yang suka rela membantu calon ketua OSIS untuk mensukseskan kampanyenya.

"Apakah kalian sudah siap untuk menyukseskan acara kampanye ini?"Tungkas Raizel selaku ketua tim sukses.

"Kami siap!" Ucap semua anggota team sukses Gamaliel Gaelan.

...............

(Daisy)

"Ra," panggil Daisy sambil menepuk pundaknya. Ra yang sedang mengobrol dengan Annesya menatap bingung Daisy yang tidak jarang berbicara padanya. Daisy tidak tahu harus minta tolong pada siapa. Hanya Ra yang paling tepat. Ra tidak begitu menonjol, namun kemampuannya tidak perlu diragukan. Daisy membisikkan sesuatu yang membuat Ra melotot tidak percaya.

...............

(Annesya)

Jam sekolah berdentang tiga kali. Itu artinya waktu pulang bagi mereka. Mendengar sahabat karibnya menjadi caketos. Nesya berinisiatif mempengaruhi anak-anak di sekolah agar memilih Daisy. Sebenarnya ini desakan dari Ana juga karena dari tadi istirahat dia menggelayuti Nesya meminta agar dia menjadi tim sukses Daisy.

Sambil membenarkan letak kacamatanya, di depan laptop peninggalan ayah ini Nesya mengetik sesuatu. Mendesain selembaran yang besok akan dia bagikan ke anak-anak sesekolahan agar memilih Daisy. Ana hanya kembar lahir dengan Nesya. Wajah mereka tidak mirip sama sekali. Nesya mirip ayah dan Ana mirip ibu. Sesuai perjanjian mereka dinamai berbeda.

...............

(Ibnu)

Masa kampanye tiba. Ibnu duduk bersama tim sukses Gamaliel Gaelan lainnya di gazebo samping perpustakaan. Ibnu hanya duduk dan menunggu giliran Gama mengutarakan Visi dan Misinya. Sambil menunggu, Ibnu mengirimkan pesan singkat ke Gama.

To : Gama

Gue harap lo mau jadi ketos dan buat visi misi yang menjamin kemajuan sekolah kita.

...............

(Anastasya)

Usai melihat papan mading, Ana berjalan menuju kelas. Di sepanjang lorong, Ana mendengar perbincangan teman-temannya. Mereka membicarakan tentang siapa yang akan terpilih sebagai ketua OSIS. Ada pula yang menjadikannya sebagai taruhan.

Di antara perbincangan teman-teman Ana, banyak yang memrediksikan bahwa Gama yang akan terpilih. Tenang Dai, gue pasti bantu lo untuk jadi ketua OSIS, batin Ana.

...............

(Ra)

Kelihatannya tim sukses Daisy dan Gamaliel sudah mulai beraksi. Itu terlihat dari cepatnya desas-desus tentang mereka berdua menyebar saat pulang sekolah. Tapi, tadi Daisy minta tolong untuk ... apa? Mengusahakan agar dia batal jadi caketos? Wah, tak disangka-sangka!

...............

(Gamaliel)

Gama memandangi tim suksesnya satu per satu. Dia menghela napas pasrah."Makasih udah pada ngumpul," Gama membuka dengan wajah datar. "Kita mau omongin program pertama kita. Gue udah punya visi dan misi yang udah gue pikirin semalem."

Semua tim sukses menatap Gama dengan wajah berapi-api. Mereka yakin mereka tidak salah pilih. Tapi, tatapan berapi-api itu malah membuat Gama makin pusing.

Gue ga tahu harus bangga atau sedih buat diri gue sendiri, batinnya.

...............

(Selena)

"Ra!" panggilnya. Selena mengembungkan pipinya ketika melihat sahabatnya tidak menyahuti malah sibuk mendengar Daisy yang kini berbisik padanya. Dia pun membuka novel kesukaannya sambil mendengar seruan nama para calon ketos. "Apa sih yang dibicarakan? Penasaran banget," gumamnya.

...............

(Raizel)

"Iya sama Gam, kami juga senang bisa membantu kamu. Apalagi kami yakin kalau kami tidak salah mendukung kamu sebagai ketua OSIS yang baru," ucap Raizel dengan semangat dan rasa yakin akan pilihannya itu. Semua diam mendengar visi dan misi yang diutarakan oleh Gamaliel Gaelan. Semua memandang takjub kepada calon kadidat itu. Apalagi tatapan Raizel yang tak lepas dari Gama karena saking takjubnya.

...............

(Daisy)

"Gimana Ra?" tanya Daisy saat berjalan bersama Ra di koridor kelas yang sepi. Pemilihan ketua OSIS akan berlangsung beberapa hari lagi dan ia masih pada keinginan awalnya, tidak ingin menjadi ketua OSIS. Ia menatap Ra kembali yang masih sibuk dengan dunianya sendiri.

"Ra ... aku benar-benar gak mau jadi ketua OSIS. Kamu bantuin aku please...."

...............

(Annesya)

Annesya mengumpulkan seluruh murid yang ingin mendukung Daisy di halaman depan kelasnya. Nesya mengambil pengeras suara agar orasinya di dengar di seantero sekolah. Membetulkan kacamata yang terasa licin dihidung, Nesya mulai ber-orasi dan membagikan selembaran poster yang sudah ia perbanyak pada murid yang berdatangan di lapangan. Jarang-jarang Nesya mau mengurus masalah orang seperti ini. Tapi tak apalah. Ini untuk sahabatnya juga.

...............

(Ibnu)

Ibnu men-starter motornya dan bersiap untuk pulang. Saat motornya melaju menuju gerbang, ia melihat Gama melambai pada Ra yang sudah berlalu pulang. "Gama?" Ibnu menggumam heran. Ia memutuskan untuk menyimpan pertanyaan dalam pikirannya untuk esok saja. Perutnya sudah lapar, minta diisi ikan tongkol buatan mamanya.

...............

(Anastasya)

Ketika akan memasuki kelas, terdengar oleh Ana suara Nesya yang menyuruh tim sukses Daisy berkumpul di lapangan. Ana bergegas menuju lapangan dan mendapati banyak siswa yang berkumpul di lapangan.

"Dai, lo lihat kan? Banyak yang akan dukung lo. Gue yakin lo pasti menang," gumam Ana.

...............

(Ra)

Ra mulai berhitung dengan situasi. Daisy punya kemampuan, namun tidak ingin jadi ketua OSIS dan gadis itu curiga si Gama poker face itu juga sama seperti Daisy. Iya, tadi Ra memang sempat nguping Gama sama tim suksesnya diskusi. Jelas sekali Gama ambisius ingin menjadi ketua, ditilik dari visi-misinya. Tapi sedatar apapun raut wajah cowok itu, mata Gama tak bisa berbohong.

"Kenapa aku punya firasat gak ada yang mau jadi caketos, ya?" batin Ra.

...............

(Gamaliel)

Pesan dari Raizel membuat Gama semakin pusing lagi. Siapa pun tak bisa mendeteksi apa yang Gama rasakan kini. Wajah datarnya berhasil menutupi pergolakan batinnya yang saling senggol bacok dalam dirinya kini. Setelah sekolah sepi, Gama berjalan menuju gerbang sekolah dimana Ra menunggu sambil melihat ponselnya, yang terakhir mendapat SMS dari Gama.

"Kenapa, Liel?" tanya Ra.

Gama menghela napas panjang. "Ra, tolong. Gue gak mau jadi ketua OSIS."

...............

(Selena)

Saat pulang sekolah, Selena segera menghampiri Ra. Dia sangat penasaran apa yang diucapkan oleh Daisy. Tapi lagi-lagi pergerakannya terhenti, dia melihat Gama tengah berbicara dengan Ra.

Huh, apa yang terjadi dengan kedua calon ketos ini? batinnya. Dia pun berniat untuk pulang ketika melihat cowok itu berada di gerbang, tengah mempersiapkan barang-barang untuk kampanye. Akhirnya rencana untuk pulang pun sirna, dia lebih memilih menatapnya yang selalu terlihat mempesona.

...............

(Reizel)

Semua murid sudah berhamburan pulang kerumah masing-masing. Namun berbeda dengan dengan beberapa siswa yang masih berkumpul di gazebo perpustakaan. Gadis berambut panjang dan berkulit putih itu masih saja rapat dengan beberapa temannya yang satu team.

"Sejauh ini aku rasa persiapan kita sudah lumayan baik, namun kita masih harus bergerak lebih giat lagi dibanding team sukses yang sebelah. Bagaimana? Ada yang ingin menambahkan usulan?" ucap Raizel yang masih berdiri di antara teman-temannya. Namun, tidak ada yang ingin menambahkan usulan baru hingga Raizel memutuskan untuk mempersilahkan teman-temanya pulang.

...............

(Daisy)

"Nes, kenapa lebay banget, sih?" tanya Daisy pada Annesya yang sudah duduk di sebelahnya. Napasnya ngos-ngosan akibat terlalu bersemangat berteriak.

"Ini demi kamu. Kamu duduk kalem dan jangan banyak ngoceh lagi ya. Aku yang ngurus semuanya."

Lagi, Daisy menghela napas lelah. Annesya sangat bersemangat berorasi. Sedangkan dirinya sendiri tidak menginginkan menjadi ketua OSIS. Hanya Ra satu-satunya harapan baginya. "Ra, jadilah malaikat penyelamatku." Gumamnya pelan. Annesya yang mendengar gumamannya.

"Kamu bilang apa? tanyanya. Daisy tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban.

...............

(Annesya)

"Kamu bilang apa?" Nesya bertanya setelah mendengar gumaman Daisy. Setelah mendapat gelengan Nesya yang notabene cuek langsung melipat tangannya di atas meja, menindihnya dengan kepala. Selaput abu-abu menutupi pandangannya sampai akhirnya selaput itu menjadi hitam dan Nesya kehilangan kesadaran. Untung saja guru-guru memberi jam kosong agar murid-murid bisa melakukan orasi. Sehingga Nesya bisa tidur dengan nyenyak di kelasnya.

...............

(Ibnu)

Usai rapat, Ibnu mencari Gama. Namun, sahabatnya tak kunjung terlihat sepanjang edaran padangan Ibnu. Ia pun memutuskan pulang dan mengirimkan pesan singkat ke Gama.

To : Gama

Gue nyari lo dari perut gue mules ampe hilang mulesnya, gue gak liat lo. Gue cuma mau bilang. Kalau bisa lo intip Visi Misi lawan lo dan liat kelemahannya. Gue mau lo yang mimpin sekolah kita! Gue yakin jiwa kepemimpinan yang lo milikin bakal buat sekolah ini lebih maju dari sebelumnya.

...............

(Anastasya)

Ana masih berorasi di depan murid-murid pendukung Daisy. Ia menyulutkan semangatnya agar teman-teman yang mendengar semakin semangat juga mendukung Daisy. Meskipun Ana cuek, Ana rela melakukan apapun untuk sahabatnya. Setelah berorasi, Ana istirahat sejenak untuk mengumpulkan suaranya kembali. Di saat istirahat, terbesit dipikiran Ana untuk mencari ide lain agar teman-temannya mau memilih Daisy.

"Membagikan voucher gratis renang? Boleh juga," gumam Ana.

...............

(Anesya)

"Apa? Jadi Daisy dan Gama tidak ingin menjadi ketua OSIS?" Ra bermonolog dengan dirinya sendiri sembari bermondar-mandir di kamarnya yang bernuansa pink ini. Ra berpikir harus bagaimana agar bisa membantu mereka. Bagaikan ada bohlam lampu kuning di atas kepalanya, dia menjentikkan jarinya lalu berlari keluar kamar.

"Pa, bantuin Ra dong!" rengek Ra pada papanya. Papanya hanya tersenyum kemudian mengiyakan apa kata anak semata wayangnya ini.

...............

(Gamaliel)

SMS lagi dari Ibnu. SMS dukungan penuh harapan. Gama tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Satu-satunya harapan hanyalah Daisy terpilih menjadi ketua OSIS. Tapi bagaimana bila dirinya yang terpilih?

Jadi ketua OSIS gak akan bikin lo mati... tapi apa rasanya hidup dalam jalan yang tidak lo inginkan? Rasanya kayak mati, Gama berkata pada dirinya sendiri dalam gumaman rendah.Gama memperhatikan tim suksesnya yang heboh menebar flyer, menempel poster dan menyapa anak-anak yang lewat. Ia menghela napas berat.

Cuma Ra harapan gue.

...............

(Selena)

Sejak kemarin Ra tidak dapat dihubungi. Selena pun mulai panik. Apa ini semua berhubungan dengan perkataan dari kedua calon ketos? Seperti biasa, Selena menatap para siswa yang kini sudah mulai berkampanye. Dia benar-benar tidak peduli, toh siapapun yang menjadi ketos keadaan pasti akan sama saja. Selena berpikir seandainya dia yang menjadi calon ketos, apakah semua akan berubah? Memang menjadi ketos pernah terbersit di benaknya dulu. Lupakan sajalah, batinnya.

...............

(Raizel)

Hari ini adalah hari terakhir untuk para tim sukses bisa berorasi, karna besok sudah penyampaian visi misi sekaligus pemungutan suara untuk para kandidat yang maju sebagai calon ketua OSIS yang baru. Semua flyer, poster sudah habis disebarkan, bahkan Raizel sempat menghasut beberapa siswa-siswa yang lewat di depannya untuk memilih Gama sebagai calon ketua OSIS.

Tak jauh dari tempat ia berdiri, dia melihat Gama sedang berpikir keras dan kurang nyaman.

"Hai, Gam. Aku perhatiin raut wajahmu gelisah sekali? Atau kamu takut karena enggak terpilih menjadi ketua OSIS?" ucap Raizel penuh selidik kepada Gama.

Belum sempat Gama berbicara, Raizel sudah lebih dahulu melanjutkan pembicaraannya.

"Aku yakin dengan usaha yang sudah kami lakukan, kamu pasti menang kok, Gam." Tungkas Raizel dengan senyum penuh kemenangan.

...............

(Daisy)

Ra yang tiada kabar pun membuat Daisy mulai merencanakan rencana cadangan, "Nes, ada yang mau kusampaikan. Aku gak mau jadi ketua OSIS. Saat orasi nanti, aku bakalan bilang ke semua."

Nesya menganga tak percaya dengan apa yang dikatakan Daisy, setelah jatuh bangun dan jeripayah yang dilakukannya. Daisy dengan seenaknya mengatakan tidak ingin menjadi ketua OSIS. Gila! Ini gila! Umpatnya.

Daisy mengambil pengeras suara yang digunakan Nesya. Matanya menatap siswa-siswi yang menyerukan namanya, "Aku, calon ketua OSIS yang berdiri saat ini ingin mengatakan keinginanku yang sesungguhnya," ia menutup matanya, "aku tidak ingin menjadi ketua OSIS."

...............

(Annesya)

Saat Daisy menutup matanya dengan sigap Nesya mematikan pengeras suara dari belakang. Jadi, tidak ada yg mendengar keputusan Daisy. Dengan amarah besar Nesya menghampiri Daisy dan menangis di depannya.

...............

(Ibnu)

Ibnu mulai merasa ada kejanggalan dari Gama saat kampanye. Gama yang notabenenya tegas dan berjiwa pemimpin, saat mengutarakan Visi dan Misi, ia terlihat tidak semangat dan apa yang diutarakan Gama sama sekali tidak menarik.

Visi. Menjadikan sekolah tercinta semakin baik.

Misi. Bersihin sekolah. Menjaga kebersihan toilet sekolah. Menjaga kebersihan kantin. Kenyamanan saat berolahraga dengan menanam tanaman rindang.

Lo mau jadi ketos apa cleaning service? Batin Ibnu. Namun Ibnu yakin, meski visi misi hancur namun tim sukses tetap bersatu, Gama akan mendapatkan tahta itu. Harapan Ibnu ada pada Gama.

...............

(Anastasya)

Ana sudah siap dengan voucher renang gratis miliknya. Ia membagi-bagikan voucher itu ke semua murid sekolah dengan sapaan yang ramah dan senyuman yang manis.

"Hai! Pilih Daisy, ya! Nih, voucher gratis buat renang. Terima kasih!" Ujar Ana pada setiap siswa yang dilaluinya.

Setelah voucher habis dibagikan, Ana pergi mencari Nesya dan Daisy. Ana melihat Nesya dan Daisy yang kelihatannya beradu argumen. Ana menghampiri mereka.

"Kalian kenapa?" Tanya Ana kepada kedua sahabatnya itu. Tetapi, tak ada yang menjawab.

...............

(Ra)

Esok harinya, papa Ra yang ternyata adalah anggota komite sekolah yang sudah meminta ijin pada ketuanya agar dia yang mengurus organisasi ini datang ke sekolah. Setelah mendengar Ra bercerita tentang caketos yang tidak ingin menjadi ketos. Ayah Ra langsung mengambil alih masalah ini. Di ruangan kepala sekolah anak semata wayangnya di panggil. Ra memenuhi panggilan itu.

"Jadi menurutmu mengapa mereka tidak mau mengambil jabatan eksklusif ini?" tanya kepala sekolah.

"Entahlah, Pak," jawab Ra. "Mungkin mereka masih betah dengan ke-invisible-an mereka."

"Baiklah. Besok kita pertemukan kedua kandidat dan kita debat. Jika memang mereka terlihat lesu menjawab seluruh pertanyaan. Secara musyawarah mufakat kita akan memilih ketos baru," kata pak kepala sekolah tegas dan langsung disambut anggukan kedua orang di depannya itu.

"Tapi saya mau tanya," kata pak kepsek mengalihkan perhatian Ra dan ayahnya. "Menurut kamu siapa yang cocok menjadi ketos?" Pak kepsek bertanya pada Ra.

"Engggg...." Ra berpikir. Dia bisa membaca pikiran orang jika dia mau dan saat itu, dia menemukan sebesit pikiran Selena tentang dia yang menjadi ketua OSIS baru. "Selena, Pak." Jawab Ra mantap dan langsung dihadiahi anggukan oleh pak kepsek.

...............

(Gamaliel)

Gama membacakan visi-misi asalnya itu dengan wajah datar. Tidak ada yang bisa mendeteksi kepenatan dalam dirinya.

"Dengan visi dan misi ini, saya berjanji akan..." Gama menutup kertasnya dan mengangkat kepalanya. Ibnu memandangnya kaget sekaligus heran. "Maaf, saya tidak bisa jadi ketua OSIS SMA Nusantara. Hati saya berkata lain," ucap Gama blak-blakan, tetap dengan wajah datarnya.

Seisi lapangan kaget akan perilaku Gama. Lelaki datar ini tak pernah berontak dan selalu jadi si datar yang pasrah. Namun kali ini, Gama menimbulkan kehebohan atas pernyataannya itu.

Ini pilihan gue, batin Gama.

...............

(Selena)

Saatnya pemilihan ketos, sepertinya para pendukung sangat semangat. Selena bahkan mendapat tiket renang gratis dari tim pendukung Daisy. Kini Selena berdiri di tengah antara tim sukses Gama dan tim sukses Daisy. Selena tidak mendengar jelas apa yang diucapkan sang pembawa acara. Dia sangat ingin pulang dan tidur di kasurnya.

Seketika riuh terdengar ketika para kandidat menolak mandat yang akan diberikan. Salah satu komite sekolah pun mengambil ahli pembicaraan itu.

"Berhubung kedua calon tidak menerima jabatan ini, maka saya akan memilih seseorang," ucapannya terhenti karena sorakan dari para siswa.

Membosankan, pikir Selena.

...............

(Raizel)

Raizel sangat terkejut saat Gama membacakan visi misi yang diutarakan di depan semua siswa jika dibandingkan dengan yang disampaikann saat rapat sangat jauh berbeda. Apalagi saat Gama mengutarakan dirinya tak mau menjadi ketua OSIS. Wajahnya yang dihiasi semangat untuk mendukung Gama sirna sudah.

Tak banyak yang dapat Raizel sampaikan saat itu. Rasa marah, kesal, kecewa sudah tergambar dari raut wajah Raizel. Namun, saat Raizel ingin bertanya kepada Gama, tiba-tiba salah seorang siswa mendatangi Gama dan meminta Gama untuk mengikutinya ke ruang kepala sekolah.

...............

(Daisy)

Daisy keluar dari kerumunan manusia, pertengkarannya dengan Nesya begitu hebat, bahkan Tasya sampai turun tangan melerai. Apa yang dilakukannya membuat orang-orang tahu bahwa Daisy tak ingin menjadi ketua OSIS.

Sekarang ia sedang berdiri berdampingan dengan Gama yang ternyata menginginkan hal yang sama dengannya. Ia berpikir sejenak, ia harus menyampaikan yang sebenarnya pada kepala sekolah.

"Berhubung kalian berdua menolak menjadi ketua OSIS, saya tidak perlu menanyakan alasannya," kepala sekolah tertawa kecil. "Siapa kandidat yang kalian pilih untuk menggantikan posisi ini?"

"Selena Veddlyn, Pak." Jawab Daisy dan Gama bersamaan.

...............

(Annesya)

"Kalian kenapa?"

Pertanyaan Ana membuat Nesya kaget dan mengahapus air matanya kasar. Daisy meninggalkan saudara kembar ini berdua. Nesya menjelaskna bahwa Daisy tidak ingin jadi ketos. Sontak Ana kaget dan ikut menangis. Sampai Nesya akhirnya sampai pada waktu ini. Pada saat Daisy dan Gama disandingkan. Di debat untuk menjadi ketos. Sampai akhirnya orang asing baginya mengambil mic dan berbicara

...............

(Ibnu)

Mengetahui Gama yang berkata dengan wajah polosnya di depan umum, Ibnu merasa kecewa, emosi dan harapannya bercampur. Digenggamnya dengan kekuatan penuh ponsel ditangannya.

Gue kecewa sama lo. Apa lo gak nyadar? Gue turun tangan jadi tim sukses buat lo!? Demi lo!? Lo tau kan gue gak suka keramaian? Dan lo gak ngehargain usaha gue! Oh. Atau mungkin gue yang salah milih lo sebagai kandidat. Batin Ibnu dengan wajah merah padam lalu pergi meninggalkan area kampanye yang pahit dan gelap itu.

...............

(Annesya)

Pagi-pagi sekali sebelum debat di mulai, Ra, papa Ra, serta pak kepsek berkumpul membahas siapa yang akan mereka tunjuk menjadi ketos. Setelah sejam berdebat. Mereka menemukannya.

Saat debat dimulai, Ra kaget melihat papanya naik ke atas mimbar dan langsung berbicara to the point jika kedua kandidat tidak mau menjadi seorang ketos.Riuh suara para siswa dan tiba-tiba papa Ra memanggil nama seorang siswa yang sukses memecah kegaduhan. "Selena Veddlyn, kelas XI-5 silahkan naik ke atas mimbar."

...............

(Anastasya)

Pertengkaran antara Daisy dan Nesya akhirnya berakhir karena panggilan dari kepala sekolah untuk caketos. Ya, Ana sudah mengetahui sebenarnya. Daisy tidak mau terpilih menjadi ketua OSIS. Ana kaget mendengar keputusan sahabatnya itu dan meminta penjelasan lebih detail ke kembarannya.

Kecewa. Perasaan Ana kali ini sungguh kecewa terhadap sahabatnya yang satu itu.

"Andai gue tahu lebih dulu, gue gak bakal bagi voucher gratis sampai habis...," sesal Ana dalam hati.

...............

(Selena)

Tiba-tiba saja, namaku disebutkan. Apa yang harus kulakukan?

Selena pun pasrah naik ke atas panggung.

"Berhubung kedua kandidat memilihmu untuk menggantikan mereka. Jadi saya menobatkan kamu sebagai ketua OSIS tahun ini. Silahkan berikan sepatah dua patah," kata pengurus sekolah.

"Hiks, saya tidak pernah berpikir saya dapat menjadi seorang ketos. Hiks, terima kasih untuk kalian berdua yang sudah menolak. Hiks, jujur saya sangat terharu. Ternyata semua yang saya rencanain berjalan dengan mulus. Sekali lagi terima kasih, hiks," kata Selena sambil menangis haru.

Memang dari awal ini semua rencana Selena, dia sengaja memilih Gama dan Daisy sebagai calon ketos karena dia tahu mereka berdua pasti akan menolak dan akhirnya dia yang akan terpilih. Sungguh tak disangka, rencana aneh itu berjalan dengan mulus.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top