Letupan Ketamakan
"Sebenarnya Debutante ini adalah hidup dan mati bagi Julia. Madam bilang, jika Julia gagal dalam pesta debut ini, Julia akan diberikan kepada kerajaan."
William Lazarus Trancy tidak pernah semarah ini sebelumnya. Ia memang sudah mendengar tentang kerja sampingan seorang penyanyi opera, tapi ketika mendengarnya langsung dari mulut gadis yang menarik perhatiannya, tak ayal menyulut emosi yang lama tidak ia rasakan.
Sejak lima tahun yang lalu, ia telah menumpulkan perasaan dan tak lagi membuang empatinya demi seseorang yang hanya akan singgah sebentar. Bukan karena tidak ingin, tapi ia sudah lelah merasakan kehilangan. Setiap kali menganggap seseorang berharga, ia harus menghadiri pemakaman orang itu dan ia muak dengan acara duka yang tak ada habisnya menggerogoti Keluarga Trancy.
Namun, kehadiran singkat julia di pesta penuh kekacauan berhasil membuat William merasakan suatu perasaan baru yang membuat keegoisannya memuncak, amarah meletup, dan ketamakan perlahan menguasainya.
William menginginkan Julia.
Madam pemilik pertunjukan opera paling besar di London kala itu harus memberikan Julia padanya, tapi malah penolakan yang William dapatkan. Bukankah ia sudah mendapatkan hati Julia? Ia juga bukan orang sembarangan yang meminta sebuah berlian. Uang dan tanah sudah ia sodorkan, tapi tidak ada yang berhasil meluluhkan hati Madam bergincu merah cabai itu.
Lantas, mau dibawa ke mana janji yang sudah ia utarakan pada Julia malam itu, janji untuk membawa sang gadis dari tempat menjijikan di bawah ketiak Madam dan bangsawan kelaparan.
"Will!" Julia menghampirinya malam itu, ketika pesta di hari terakhir baru saja diadakan. "Will!" panggilnya.
"Ya, Julia. Ada apa?"
"Madam ... dia meninggal saat kebakaran di gedung asrama kami kemarin malam."
"Itu sungguh sangat disayangkan. Tapi saya bersyukur semalam kamu menginap di kediaman saya."
"Kamu benar, Will. Ini ... seperti berita bahagia di tengah duka. Saya ... terlepas dari Madam."
Julia bernapas lega dalam tangisnya dan William tidak bisa manahan senyumannya. Mulai malam ini, Julia akan terbebas dari orang-orang sialan itu. Julia benar-benar akan menjadi miliknya.
"Sepertinya hanya beberapa pasangan yang berhasil dalam Debutante kali ini," kata ratu dari atas podium lantai dansa. "Salah satu pasangan paling mengejutkan yang telah mematahkan hati pasangannya pun juga ada tanpa kalian sadari."
William mematung. Genggaman pada gelas wine di tangannya mengerat, tapi tak ada perubahan dari raut wajahnya. Tetap tenang seolah tak ada yang dapat mengganggunya malam ini.
"Ada dua orang yang bertugas memikat lalu mematahkan hatimu. Bisa siapa saja, maka cobalah tebak jika tidak ingin menanggung malu!" lanjut sang ratu. Ini adalah permainan menggelikan lainnya yang mereka persiapkan, dan William tidak merasa aneh lagi.
"Jahat sekali. Menurutmu siapa orang jahat itu?" tanya Julia.
William menoleh dan tersenyum, lalu berkata, "Bagaimana jika saya adalah penjahat itu?"
Julia tertawa canggung. "Will ... kamu bercanda kan?"
"Saya memang bercanda. Jika saya adalah penjahatnya, maka saya pasti akan menghindarimu. Saya tidak akan membiarkan perasaanmu menjadi sebuah permainan," kata William seraya tersenyum, matanya menatap lurus ke mata Julia.
Julia membalas senyumannya. "Tentu. Will tidak akan melakukan itu."
"Jika pun sebaliknya kamu adalah penjahatnya, saya tidak akan kecewa atau marah," lanjut William. Julia kembali terdiam, mendengarkan tapi tidak melepas pandangan mereka. "Apa pun yang terjadi, saya akan mendapatkan hatimu."
"Will memang sudah mendapatkan hati Julia sepenuhnya."
Setelah apa yang gadis itu katakan tanpa ada keraguan di matanya, mana mungkin William akan diam saja. Sejak pertama kali mereka menyatakan perasaan, Julia selalu saja meyakinkannya tentang betapa ia juga menginginkan kebersamaan mereka, pun tentang hati yang sama-sama sudah tertambat. Tak ada lagi yang perlu William khawatirkan sekarang. Ia hanya harus menunggu dan mendengarkan kemungkinan terburuk yang sudah berseliweran di dalam pikirannya.
"Vladimir dan Julia. Kepada siapa saja yang telah menaruh hati pada mereka, maka selamat berpatah hati." Ratu bersuara, membuat ruangan yang semula bising, menjadi hening, lalu riuh, penuh keterkejutan. Kecuali bagi William. Dia sudah menduganya--kemungkinan terburuk yang bisa ia bayangkan.
Vladimir dan Julia bergandengan ke depan sana dengan wajah yang sama-sama menyiratkan duka. Namun, William tidak bisa menahan senyuman, bahkan tawanya hampir meledak.
Vlad adalah kucing kecil pengganggu yang sejak awal ingin sekali William jadikan miliknya, sedangkan Julia merupakan gadis yang ia cintai, yang akan menghabiskan masa tua bersamanya. Lalu kedua orang itu ternyata 'penjahat' yang disiapkan kerajaan untuk pemanas permainan, dan William terjerat pada mereka berdua.
Ini adalah lelucon paling menggelikan yang pernah William dapatkan seumur hidupnya. Tidak, ini bukan satire. Ia benar-benar terhibur dan jadi bersemangat.
William menginginkan mereka berdua dan takdir seolah memberi jalan untuk mendapatkan mereka sekaligus. Hanya butuh satu langkah lagi. Walau sepertinya ia melupakan sesuatu, seorang pria yang juga sedang menahan tawa di singgasana, menatap remeh pada manusia yang dianggapnya sedang bermain di telapak tangannya. Seseorang yang akan memaksa William mempertaruhkan segalanya untuk dapat membunuhnya demi mendapatkan apa yang ia inginkan.
Papan catur baru dibuka dan teh baru saja dituang.
Bumerang baru saja dilempar, dan William akan menikmati ketika bumerang itu berbalik dan menjatuhkan kepala congkak itu dari lehernya.
... dan Keluarga Trancy yang sudah lama menyembunyikan taring, akhirnya akan merobek mulut bernanah sang penguasa Britania itu. Semua demi ketamakan masing-masing yang meluap tidak terkendali.
London sudah terlalu busuk. Kekuasaan yang telah tua, sudah saatnya diruntuhkan.
- Selesai -
Tanggal: 16 Mei 2023
Prompt: Menulis cerpen berlatar tahun 1800-an. Minimal 500 kata.
Jumkat: 810 kata
Salam, King Ser
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top