Cinta Pertama, katanya
Entah ada angin apa, seseorang di sebuah grub menanyakan tentang cinta pertama. Saya sempat terdiam lama dan tertawa beberapa saat sebelum ikut membahasnya. Bukan ingin mengejek, tapi tentang betapa konyolnya kenangan itu.
Jika ditanya siapa cinta pertama saya, bisa saja saya menyebutkan dua nama. Pertama, teman saat masih di Sekolah Dasar. Namun, mari kesampingkan dia sebab terlalu gatal rasanya jika mengakuinya sebagai cinta jika saat itu yang saya tahu hanya tentang misteri penghapus yang suka lenyap dalam sehari.
Orang kedua adalah teman saat saya masih SMP. Selayaknya kisah percintaan para 'monyet' kala itu, semua bermula dari ceng-cengan teman sekelas karena kami terlihat dekat dan terkadang menjadi teman sebangku. Di sinilah letak keajaibannya, ketika sebuah pertemanan biasa, tiba-tiba berubah menjadi degup kasmaran yang tidak tertahankan hanya karena orang-orang menjodohkan dan memfitnah perasaan kami.
Kalau diingat-ingat lagi, dari kelas tujuh hingga lulus, kami selalu dianggap pasangan, bukan oleh teman seangkatan saja, tapi juga kakak kelas, bahkan seorang kakak kelas yang menjadi idaman saya ikut mengamini rumor itu. Sialan memang, padahal nyatanya saya tetaplah berstatus jomlo.
Memang ada jantung yang berdebar kala berdekatan dengannya, tapi juga ada saatnya dia terlihat begitu menjijikan. Namun akan datang lagi saat ketika kami bertemu dalam satu tugas kelompok dan perasaan itu kembali memerangkap. Bisa dikatakan, cinta pertama saya terombang-ambing di antara sangat suka dengan sangat benci.
Saya jadi penasaran bagaimana kabar sang cinta pertama itu sekarang, terakhir kali menghubunginya adalah beberapa bulan setelah lulus SMP. Salah satu teman saya memberikan nomor handphone-nya. Beberapa hari saya hanya memandangi dan mengetik sebuah pesan singkat untuknya tanpa berani mengirim, hingga suatu ketika di pagi hari saat berangkat ke sekolah, saya menyatakan cinta padanya dengan penjelasan terakhir bahwa saya tidak butuh jawabannya. Sebab saat itu saya hanya ingin meluapkan perasaan yang terasa memberatkan dan membuat saya terus terjebak pada perasaan yang harusnya telah berlalu.
"Toh, kami tidak akan bertemu lagi," pikir saya setelah mengirimkan pesan pernyataan cinta itu.
Malamnya, dia membalas dan berkata 'terima kasih.' Senyum tidak dapat ditahan, bersamaan dengan perasaan lega. Akhirnya, cinta pertama itu tahu perasaan saya padanya.
Oh, beberapa tahun yang lalu saya pernah menghadiri reuni SMP dan dia nyaris datang. Untung saja batal sebab dia sedang di luar kota dan tidak terkejar untuk kembali tepat waktu. Hampir saya kabur dari acara tersebut karena canggung jika bertemu lagi dengannya. Apalagi saat itu kabarnya dia sudah memiliki kekasih, sementara saya masih menyandang status jomlo sedari lahir.
Tanggal: 2 Juli 2023/ Minggu
Prompt: Apa kabarmu, wahai cinta pertama? (min. 100 kata)
Jumkat: 413 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top