Merantau

Anak sulung, Takdir yang cukup berat baginya. Bagai ada beban tak kasat mata yang ditaruh di bahunya itu, setiap hari makin terasa.

"Kau yakin besok merantau?"

Ia mengangguk pelan. Kesannya ragu-ragu, ya. Memang, ia masih takut karena kali pertama menginjakkan kaki di tanah orang.

"Tak apa jangan dipaksa kalau tak mau, rezeki sudah ada yang mengatur."

Ia mengangkat kepala, menatap ibunya yang tadi bersuara. Bukankah dari ucapan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa ia diperbolehkan tetap di sini? Hidup di desa menunggu rezeki datang. Tanpa usaha. Mustahil.

"Aku akan berangkat besok, doakan saja, Bu."

Ibu tersenyum sambil mengelus puncak kepala putranya. Tak berucap karena terharu.

"Pertama kali di keluarga ini, semoga awal yang baik."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top