Berdamailah
"Wah, ini anakmu, Hera?"
Wanita itu mengelus lembutnya rambutku, kemudian matanya memandangiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia berdecak kagum.
Ibu yang ingin menyesap tehnya, membatalkan niat tersebut.
"Iya, siapa lagi."
Lalu beliau terkekeh sambil menepuk bahu temannya yang setengah berdiri itu.
Setelah mereka duduk bersebelahan, aku masih berdiri. Ingin cepat-cepat pulang, kebiasaan kalau bertamu.
"Duduk, Nak! Baru sampai, ngobrol-ngobrol dulu."
Aku mengangguk ragu, sepertinya gerakan gusar tubuhku dapat dibaca. Dengan terpaksa diiringi senyuman, aku duduk.
Tep ... tep....
Derap langkah seseorang menginterupsi obrolan keduanya, kami bertiga menoleh ke sumber suara.
"Ke--kenapa ada dia, Bu?!"
Teriakan histerisnya membuat dadaku berdenyut sakit. Suaranya yang kurindukan selama bertahun-tahun, sedetik yang lalu baru saja kudengar.
Ibu sigap menghampiriku, membawaku dalam dekapannya. Air mata ini seolah tahu tempat di mana dia harus menetes.
Sementara itu, dari celah yang bisa kulihat tampak sahabat ibu sedang menenangkan putrinya. Caranya tidak jauh beda dari yang ibuku lakukan, hanya saja aku menangis sedangkan si perempuan itu menyeringai.
"Aku ingin pulang, Bu."
Aku merengek sambil menarik-narik baju yang ibu kenakan, masa bodo kalau sampai robek pun. Mau mahal, mau belinya di luar negeri, mau dari siapa pun, aku tidak peduli. Aku hanya ingin pulang.
Sekarang!
"Amira, sudah saatnya kamu bicara."
Ibu merenggangkan pelukya, perintahnya yang lembut berhasil membuat jantungku seakan berhenti berdetak.
"Sekarang, sayang."
Aku mengiyakan, lantas berjalan mendekatinya. Beberapa langkah di depannya, aku membatu.
"Resya, kamu harus memaafkannya."
"Hah? Hahahah, jangan melawak, Bu!"
Semakin tingkahnya yang begitu, semakin menciutkan nyaliku.
Dan, ya, gerbang pintu maaf masih tertutup.
Aku berbalik badan, menunduk untuk kembali pulang.
Sepertinya masih butuh waktu, Resya baru akan membuka gerbang itu.
"Tepat hari ini, sepuluh tahun yang lalu kau nyaris membunuhku, tahu!"
"Anak umur delapan tahun, sang psikopat cilik."
Deg
"Lalu, kau datang minta dimaafkan. Hei, neraka di sebelah sana!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top