Prolog


Haii, semoga teman-teman setiaku bisa menikmati kisah ini dari awal hingga akhir nanti. Sudah pada baca blurbnya, kan? Ini bagian prolog, dan seperti biasa, aku berharap teman-teman syukaaa. Oh iya, sebelum baca dengerin lagu di atas deh, aku pikir lagu itu cucok banget buat kisah ini.

Dahlah, selamat membaca yaa.

🍁🍁🍁

Ayu tertunduk, ia sama sekali tak sanggup mengangkat wajah menatap pria yang tengah menatap tajam. Yudhistira, pria bermata tajam itu duduk di sofa menghadap ke arahnya yang duduk di tepi ranjang.

Ia merasa seluruh persendian tak berdaya menopang tubuhnya. Ijab kabul masih terngiang di telinga, aneka bunga pengantin masih segar dan mengeluarkan aroma khas yang menyeruak mengisi rongga pernapasan, bahkan masih ramai terdengar suara tawa di luar kamar.

Bulir peluh membasahi kening Ayu, meski ruangan kamar ber-AC dan berukuran sangat luas, tapi tak menjadikan dirinya nyaman. Kamar milik pria itu terdapat tempat tidur ukuran king size, lemari pakaian besar dengan pintu kaca membuat semua yang ada di kamar itu bisa terekam dalam cermin. Dua meja kecil dengan dua laci di bagian samping kepala tempat tidur, meja rias, dan kursi rias.

Malam kian beranjak, tak satu pun dari keduanya yang berkata-kata. Sementara Ayu merasa mulai gerah dengan gaun pengantin yang penuh dengan kristal yang masih membalut di tubuhnya.

"Kenapa kamu mau menerima tawaran Mama?" Suara bariton penuh penekanan memecah sepi.

"Aku ... aku ...."

"Kamu bahkan tidak perlu mengasihaniku!"

"Aku nggak mengasihanimu, Mas!"

"Lalu?" Kembali suara berat itu bertanya dengan nada sinis.
Ayu berusaha menelan ludah yang seolah telah habis. Jemarinya saling bertaut seolah mengalihkan kegalauan hati.

Yudhis bangkit melepas tuxedo hitamnya, lalu mencampakkannya begitu saja di sofa.

"Kamu tahu aku nggak suka dengan pernikahan ini. Karena kamu tahu apa yang ada di kepalaku, kan?"

Perempuan berjilbab putih itu mengangguk pelan.

"Bagus! Kamu tetap adik angkatku seperti sebelumnya, dan kita bukan suami istri! Lalu yang terjadi pagi tadi itu hanya untuk menutupi kesalahan yang sama sekali tidak aku sangka!" tuturnya lugas.

"Aku tahu, Mas."

"Bagus! Karena aku nggak bisa memperlakukan adikku seperti apa yang diinginkan orang banyak, termasuk mamaku. Kamu adikku. Bukan istriku!"

Kembali Ayu mengangguk. Setelah mengucapkan hal itu, Yudhis masuk ke kamar mandi. Sementara perempuan itu masih duduk di tempatnya dan tidak mengubah posisi hingga pria itu keluar.

Aroma segar menguar dari tubuhnya. Masih mengenakan bathrobe Yudhis berkata, "Sampai kapan kamu pakai gaun itu? Ayolah! Kita harus berusaha seperti biasanya. Ganti baju dan tidurlah di sana."

Mata Ayu mengerjap perlahan menatap Yudhis.

"Lalu, Mas tidur di mana?"

Ada senyum tipis tampak di bibir pria bercambang tipis itu.

"Kamar ini luas bukan? Aku bisa pakai sofa besar itu untuk tidur! Kamu nggak perlu pikirkan itu! Buruan ganti baju!"

Dengan memberi isyarat dagu, Yudhis menatap Ayu. Ragu perempuan itu bangkit lalu mengayun langkah ke kamar mandi. Sementara Yudhis memilih memejamkan mata di sofa besar berwarna kuning gading.

***

Tangisan Bu Mita ibu angkatnya membuat hati Ayu pilu. Ia tak sanggup berkata-kata tatkala perempuan yang dia hormati itu memohon kesediaannya agar menjadi mempelai perempuan di pernikahan Yudhistira putranya.

Ayu yang baru satu bulan meninggalkan kota untuk mengabdi menjadi guru di desa, terpaksa harus kembali untuk memenuhi permohonan ibu angkatnya. Selain itu, ia menjaga agar hatinya bisa melupakan perasaan cinta yang tumbuh subur.

Yudhistira bukan orang asing baginya. Pria berkulit bersih itu adalah kakak angkat yang sangat ia hormati dan diam-diam ia cintai.

Pria itu banyak mengajarkan hal yang ia tak tahu dan seringkali membantu saat dirinya kesulitan saat mengerjakan skripsinya waktu itu.

Pernikahan yang sedianya menjadi sebuah kebahagiaan bagi Yudhis berubah kelam. Prita sang kekasih memilih pergi tanpa kabar. Sementara undangan sudah menyebar dan persiapan telah sempurna dipersiapkan.

Tak ada jalan lain untuk menutupi malu selain meminta Ayu untuk menggantikan posisi Prita menjadi mempelai pengganti meski ia tahu akan seperti apa nanti nasibnya.

***

Bagaimana? Suka tak? Hehe 😁🤭

Yuk komentarnya yuk

Btw terima kasih sudah mampir dan membaca 💖
Salam hangat 🤗
Kan kelupaan, ini kisah masuk dalam even nubar Batik Publisher ya. Teman-teman bisa baca kisah milik author² ketjeh lainnya.

BukuBatik

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top