10 Februari 2023
Keadaan kelas yang hening saat Pak Hartono mengajar tiba-tiba saja mulai berisik sejak guru matematika tersebut meminta salah satu anak untuk maju ke depan menjawab contoh soal di papan tulis.
Biasanya keadaan kelas MIA 3 begitu hening ketika hal tersebut terjadi, namun kalimat yang beliau sebutkan membuat kelas mendadak gaduh karena takut disuruh maju ke depan.
Tidak terkecuali Ghi yang saat itu duduk di pojokan. Walaupun kesannya tidak terlihat dan tidak akan terpilih, tapi sayang guru yang di depan mereka kini memiliki mata setajam elang yang dapat melihat ke segala penjuru ruangan. Ibarat katanya begitu kalau Ghi boleh menyebutkan.
Dengan tangan mengepal Ghi beharap cemas, takut namanya tiba-tiba disebut dan matilah ia.
"Ghifari, sekarang giliran kamu maju ke depan."
"Mampus." Bisik-bisik mulai terdengar begitu Ghi melangkah ke depan dengan wajah cengengesan.
"Kalau Ghi bisa menjawab soalnya, kalian mendapat waktu istirahat lebih cepat 10 menit." Teriakan seketika menggema di ruang kelas tersebut. "Tapi kalau Ghi nggak bisa menyelesaikan soalnya, kalian telat istirahat selama 10 menit." Kalimat akhir yang Pak Hartono sampaikan membuat seisi kelas kembali bersorak tidak terima.
Sedangkan Ghi dengan wajah masam dan cemas sedikit demi sedikit mendekat ke arah papan tulis. Sebelumnya menoleh sebentar ke belakang, memasang muka melas dan melihat satu per satu temannya yang kini berwajah masam.
"Maafkan aku teman-temanku, aku tidak mampu," ucapnya lirih.
Elnaya
219 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top