30
"ada apa.?"
Idze yang baru turun dari lantai Atas melihat Emi dan Yul yang keduanya ada di rumah dan terlihat bersemangat.
Idze sendiri akan kembali ke rumah sakit, setelah semalaman menemani Laura yang gelisah dan histeris karena berpikir Idze akan membuangnya begitu saja.
Mau tak mau demi memastikan Laura tidak berpikir untuk bunuh diri, Idze terpaksa tinggal tapi tentu saja dia tidak menyentuh Laura.
Jauh sebelum dia menikah dengan Aree, Idze tidak lagi menyentuh Laura yang dia tau berhubungan dengan laki-laki lain dibelakangnya dan anehnya Idze tidak marah dia justru merasa lega karena tidak perlu lagi memanjakan Laura sampai menikahinya.
Idze tidak bicara, dia memilih diam dan terus berpura-pura tidak tau karena dia yakin Laura akan menjadikan alasan dirinya yang dingin sebagai penyebab selingkuh.
Tentu saja dia merasa bersalah karena sudah memanfaatkan Laura setelah menikahi Aree, membuat Wanita itu jadi berpikir dia sangat menginginkannya.
Jadi sedikit banyak dia harus memberi kejelasan pada Laura, pelan-pelan melepasnya agar tidak kembali dan menganggu hubungannya dan Aree.
"Kenapa kalian kembali, siapa yang menjaga Aree.?"
"Aree.."
"Ada apa dengan Aree.?" Belum selesai Emi bicara, Idze sudah menyela ketakutan.
"dia minta dibawakan bubur dan beberapa helai pakaian.!"
Emi dan Yul kompak menjawab dengan bersemangat.
Tersenyum lebar melihat mata Idze yang membesar tidak percaya.
"Dia.. dia bicara dengan kalian. Mengizinkan kalian masuk.?"
Idze terlihat mengembang dipenuhi harapan tapi Harapan itu langsung hilang begitu Emi dan Yul menggeleng.
"Lalu.?"
"Dia memberitahu dokter apa yang dia inginkan."
Bibir Emi tersenyum.
"Setidaknya sekarang dia mau meminta sesuatu, tau kita ada untuknya."
Idze mengangguk.
"Ya kalian benar." Dia menarik bahunya tegak lurus.
"Ambilkan pakaian yang Aree mau, biar aku yang bawakan."
Emi dan Yul memgangguk, mereka langsung bergerak meninggalkan Idze yang bergerak menuju pintu keluar.
Tak lama Yul menyusul Idze yang sedang bicara dengan jay yang sedang memegang beberapa file perusahaan, maklum semenjak Aree dirawat jaya jadi sibuk bolak balik rumah sakit dan perusahaan.
"Semuanya ini kegemaran Aree. Dia Suka memakainya."
Yul tersenyum.
"Dokter Tete bilang kondisi Aree sangat bagus, kandungannya juga sudah stabil.
Kalau tidak ada masalah, Aree bisa pulang kapan saja selama kita bisa memastikan dia istirahat total.
Tapi tentu saja itu semua tergantung Aree, apa mau pulang atau tidak."
"Tidak apa jika Aree mau terus di rumah sakit.
Selama dia merasa aman dan nyaman aku bisa menunggu."
Idze menjawab, lalu Dia melirik ke atas tangga.
"Aku akan kembali ke rumah sakit bersama Jay.
Laura masih tidur.
Sebelum kalian kembali ke rumah sakit, tanyakan dulu apa ada yang dia butuhkan."
Begitu Emi dan Yul mengangguk, Idze bicara lagi.
"Aku meminta salah satu pekerja di rumah besar dikirim ke sini, untuk mengurus semuanya saat kita di rumah sakit."
Idze lalu masuk ke mobil meletakan tas kertas berisi pakaian Aree di sebelahnya.
Dia berharap dengan membawa baju ini, dia punya alasan bisa bertemu Aree, melihat dan mendengarkan suara yang sangat dirindukannya.
Dia ingin memeluk Aree, meminta kejelasan atas semuanya, meskipun tidak masuk akal, Idze bersumpah dia akan percaya pada semua yang Aree katakan.
Dia berjanji akan memberikan semua yang Aree selama Aree mau menatap matany dan tersenyum memanggil namanya.
Dia tidak mau kehilangan Aree lagi.
Dia ingin melupakan semua kenangan buruk dan memulainya lagi dengan Aree, membentuk kenangan indah sampai ke anak cucu mereka.
"Bos.."
Idze berpaling, melihat Jay, mata mereka bertemu di kaca spion.
"Ada beberapa file yang datanya sudah saya kirim ke email anda.
Lihat dan berikan pendapat anda.
Atau kita bisa singgah ke perusahaan dulu, lebih mudah dan takkan terlalu memakan waktu."
Idze menggeleng.
"Laptopnya masih di rumah sakit.
Aku akan bekerja dari sana Sama seperti sebelumnya.
Lagipula semua keluargaku ada di sana, aku tidak mau meninggalkan mereka."
Idze tersenyum sedikit menunduk memberi hormat yang dibuat-buat pada Jay.
"Jadi tolong lebih bekerja keras lagi Jay.
Disaat inj aku sangat berharap padamu."
Jay menarin napas dan membuang keras, dia mengangguk.
"Selama anda melakukannya untuk Nyonya, saya tidak keberatan meski tidak diberi uang tambahan."
Idze mendengus.
"Nanti ku akan memberikan bonus tahunan yang akan membuat bola matamu keluar saat melihat jumlahnya."
Jay berseru gembira, bernyanyi sambil mengetuk jari ke kemudi.
"Terimakasih bos.!" Ucapnya gembira.
"Apa kau sangat menyukai nyonya.?"
Jay terdiam melihat Idze dari spion saat mendengar pertanyaan tersebut.
"Nyonya Aree.?"
Jay balik bertanya lalu melihat anggukkan Idze.
"Ya sangat suka nyonya Aree. Dia begitu tenang seperti gunung es yang dingin.
Tapi selalu menarik.
Saya tidak bilang saya jatuh cinta padanya tapi entah apa sebabnya saya selalu menganggap nyonya Istimewa.
Karena itu saya selalu menghormatinya.
Dan apapun itu, jelas karena dia istri anda maka saya harus menjaga dan menghargainya."
"Apa menurutmu Aree punya sisi kejam dan culas.?"
Idze kembali bertanya.
Jay menggeleng.
"Tidak dua-duanya. Nyonya terlihat tidak punya semangat,tidak punya ambisi dan hanya menjalani hari demi hari tanpa tujuan pasti.
Nyonya lembut dan penyayang, dia merawat bunga-bunga itu dengan baik, setiap sore dia selalu memberi makan anjing dan kucing liar disekitar Villa.
Dan setiap kali dia keluar, selalu ada yang menyapa dan ngajak ngobrol."
"Jadi dia tidak mungkin meninggalkan kucing atau anjng yang hampir mati begitu saja.?"
Lamun Idze.
Jay tertawa.
"Anda tentu belum pernah melihat saat nyonya merawat kucing yang luka dipenuhi luka bakar karena disiram Air panas entah oleh siapa.
Nyonya setiap hari membersihkan luka, mendekap kucing itu ke dadanya lalu menangis terisak seakan dia ikut merasakan sakit yang diderita kucing tersebut.
Bahkan sekarang kucing itu masih menunggu Nyonya ditempatnya meski dia sudah pulih."
Idze menatap jalanan.
"Kalau dia bisa sebaik itu pada binatang, lalu kenapa dia bisa begitu kejam dan tidak punya perasaan pada sesama manusia.
Membiarkan seseorang ditelan api.
Apa dia punya alasan yang masuk akal.?"
"Bos apa anda mabuk.?"
Jay tertawa.
"Mana mungkin nyonya bisa sekejam itu.
Kalau ada kejadian seperti itu di depan matanya, saya yakin Nyonya takkan ragu melompat masuk untuk menyelamatkan siapapun itu meski orang tak dikenal sekalipun."
Idze terpaku menatap Jay yang bisa begitu mudah percaya pada kebaikan Aree.
Atau sebenarnya dia yang salah, apa sudut pandangnya salah.?
Kalau kejadian itu terulang lagi, apakah dia berharap Aree menerjang api dan kembali padanya.?
Atau dia lebih suka Aree menjauh dari api, selamat dan baik-baik saja.
Idze menyadari satu hal saat dia tidak lagi fokus pada luka hatinya.
Dia jauh lebih bahagia jika Aree menjauh, tidak menoleh ke belakang.
Lihatlah bagaimana menderitanya Aree akibat luka bakar kecil di belakang lututnya, Aree hancur dan tak sama lagi.
Idze datang menyelamatkan Aree, menerjang kobaran api demi Aree karena dia tak mau Aree terluka.
Idze tidak marah karena Aree meninggalkannya di tengah kepungan Api, dia hanya patah hati dan cemburu karena saat membuka mata Aree justru tak terlihat dan kemudian dia tau Aree pergi dengan tuan muda Ivar.
"Bos.. kita sampai.!"
Lamunan Idze Buyar, dia melihat ke arah gedung yang menjulang.
Perlahan dia keluar dari mobil dengan tekad di hatinya.
Idze hanya butuh diberi satu peluang saja oleh Aree dan dia bersumpah dia akan membuat Aree percaya lagi padanya.
Dia akan melupakan semua kisah lama mereka yang pahit.
Apapun yang dulu dia percayai tentang Aree, Idze berjanji akan menghapus semua dari pikirannya.
Dia akan membuat hubungan mereka Semurni saat sebelum kebakaran terjadi.
Tidak ada lagi prasangka dan amarah dan keinginan untuk menyakiti.
Kali ini dia bertemu dengan Aree, menikah dan punya bayi bersama pasti karena Tuhan ingin memberinya kesempatan untuk menebus semua kesalahan, memperbaiki kerusakan dan menciptakan masa depan yang indah.
***************************
(060112024) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top