27

"bagaimana kabarmu hari ini Aree.?"

Aree yang sedang melihat lautan hijau diujung sana menoleh saat pintu ruang inapnya terbuka, lalu dokter Tete muncul bersama seorang perawat untuk melakukan pemeriksaan rutin.
Aree sendirian di ruangan ini, dia tidak mau dan menolak dikunjungi ataupun ditemani siapapun.
Dibanding Emi dan Yul, Aree memilih dijaga dan dirawat suster yang bergantian dan siaga selama dua puluh empat jam untuk membantunya yang benar-benar harus istirahat total diatas tempat tidur.
Sangat membosankan tapi Aree belum pernah merasa sebebas ini selama hampir sepuluh tahun lamanya.
Dia sendirian tapi tidak kesepian karena kini dia tau ada dua mahluk yang hidup dan tumbuh di dalam dirinya, darah dagingnya.
Orang yang takkan mengkhianati atau menyakitinya.

"Aree.!?"
Sang dokter kembali menyapa Aree yang membuat hatinya melembut, merasa begitu iba dan sayang melihat perempuan muda memilih sendirian disaat semua orang yang sedang menghadapi masalah seperti ini, ingin ditemani oleh keluarga dan orang-orang tersayang, terutama sang suami, ayah dari bayinya.
dokter Tete awalnya memang jengkel setengah mati pada suami Aree meski dia tak tau apa permasalahan diantara suami istri tersebut tapi apa pantas merawat perempuan lain disaat sang istri sangat membutuhkan perhatian kita.?
Tapi setelah hampir dua Minggu Aree di rawat dan bagaimana Tuan Idze Salban yang mengosongkan lantai ini demi kenyamanan istrinya, menunggu dengan sabar untuk diberi kesempatan bertemu dsngan istrinya.
Bahkan semua keluarga  Salban dan para pekerja  di rumah, setiap hari berkumpul di luar ruangan ini, bertanya dan berharap setiap saat Aree akan memperbolehkan mereka masuk.
Dan sedikit demi sedikit hati sang dokter mulai melembut dan berharap yang terbaik untuk keluarga Salban.

Aree tersenyum tipis saat sang dokter mendekat.
"Pagi dokter." Sapanya.

Dokter Tete melihat piring sarapan yang kosong.
Dia puas Aree tidak kehilangan nafsu makan tapi tetap saja Aree tidak mengalami morning sick yang biasanya terjadi pada mereka yang beresiko mengalami keguguran.
"Bagaimana perasaanmu pagi ini.?"
Dia memeriksa layar melihat detak jantung, denyut nadi dan tekanan darah Aree yang terlihat normal.

"Baik sama seperti biasanya."
Jawab Aree tersenyum lagi saat dokter memeriksa perutnya.
Aneh, sebelum ini Aree tidak melihat perutnya mulai membuncit tapi tiba-tiba saja sekarang di matanya perutnya terlihat lebih besar dari sebelumnya begitu dia tau dia hamil.

"Kondisimu semakin membaik.
Aku percaya selagi dirimu menjadi anak baik, mendengarkan semuanya dan menerapkan, bayinya akan tenang dan semakin kuat.
Kita bisa yakin mereka berdua akan lahir dengan baik."

Aree mengangguk.
"Terimakasih dokter."
Ucapnya yang bahkan tak berani turun dari tempat tidur tanpa di dampingi suster.

"Suamimu masih diluar sana, menunggu izin untuk bertemu."
Sang dokter yang sedang memeriksa pinggul Aree, kini menatap tepat ke mata Aree.
"Sang kakek, ayah, paman.
Sepertinya mereka benar-benar ingin bertemu."

"Anda melaporkan semuanya pada mereka.
Jadi tidak ada yang perlu mereka bicarakan padaku.
Cukup yakinkan mereka aku dan bayiku baik-baik saja."
Aree merebahkan kepalanya ke bantal, memejamkan matanya.
"Anda tau kenapa aku tidak pernah bertanya seperti pasien pada umumnya, kapan anda akan mengizinkanku pulang.
Karena aku tidak punya tujuan, jika aku melangkah keluar dari pintu ini maka kakiku akan kembali dirantai."
Aree mengedarkan pandangan ke kamar luas yang setara kamar di hotel bintang Lima.
"Kamar ini.. dimataku begitu luas dan besar.
Setiap menghirup udara, dadaku terasa lapang."
Aree melihat ke arah pintu.
"Jika salah satu diantara mereka masuk ke dalam kamar, aku tau aku akan kembali hidup dalam sangkar panas yang pelan-pelan membakarku sampai jadi abu."
Aree mengusap perutnya.
"Bahkan jika aku harus bertaruh nyawa, aku akan mendapatkan kebebasan itu. Rasa damai, saat semua utang dibayar lunas."

"Suamimu tidak berganti pakain selama dua hari, dia terus memakai baju berlumuran darah, tidak pernah terlalu lama meninggalkanmu.
Dia terus berdiri di depan pintu itu menunggumu bangun, membuka mata dan bicara padanya."
Sang dokter menyimpan peralatannya ke dalam saku, memperhatikan suster merapikan baju dan selimut Aree.
"Lalu saat dirimu bangun dan bilang tidak ingin bertemu siapapun, dia terlihat sangat sedih dan menyesal.
Aku belum pernah melihat laki-laki menangis sesedih itu."

Aree mengusap perutnya.
"Aku tak boleh gagal. Ini satu-satunya kesempatan emas yang aku miliki untuk bisa bebas dari penjara keluarga Salban.
Saat tau aku hamil, aku tidak tau apakah aku harus bahagia atau sedih.
Anak ini akan menahanku lebih lama tapi anak ini juga akan membuat semua utangku terbayar lunas."

"Apa maksudnya.?" Kening sang Dokter berkerut.

Aree menggeleng.
"Dia tidak mencintaiku, dia punya wanita lain.
Sayangnya wanita itu tidak bisa hamil dan dia menikahiku untuk memberikan wanita itu anak."

Dokter tete ingat wanita yang dibawa Idze Salban malam itu, sangat manja, terlalu dibuat-buat hingga memuakkan.
Orang bilang wanita itu model top dan juga Artis.
Dokter tete tidak peduli.!
Tapi dia menyimpulkan kalau perempuan itu bukan tidak bisa hamil tapi tidak mau hamil dan merusak tubuh yang merupakan asetnya.
Jadi semua penderitaan Aree apakah bersumber dari si wanita simpanan.?
Jadi mungkin sang suami sangat pantas diperlakukan seperti ini.

"Sebelum ini aku begitu yakin tidak akan hamil mengingat apa yang sudah dikatakan dokter padaku.
Jadi aku pikir hanya tersisa beberapa bulan lagi, aku hanya akan bersabar hingga waktunya tiba dan aku bisa pergi.
Lalu sekarang aku hamil, awalnya aku pikir aku harus menunggu sampai bayinya lahir dan menahan hati ini tapi mengingat aku akan melunasi semua utangku, aku lega dan tidak mempermasalahkannya.
Tapi beberapa hari belakang ini, aku merasakan cinta keibuan, aku mulai bertanya apakah aku sanggup memberikan anakku pada wanita lain yang aku tau bukanlah seorang wanita yang baik, tidak mungkin bisa menjadi ibu yang baik."
Aree tersenyum sedih.
"Tapi aku juga tak mau tetap tinggal di sana dan lagi setelah anak ini lahir, apa mereka semua masih mau memberiku makan, menampungku.?
Apalagi sudah pasti aku tetap tidak bisa menjaga anakku, Dia akan menikahi Laura membawa anakku pergi."

Dokter dan sang suster tak bersuara, saling melihat mendengarkan cerita Aree dengan seksama sementara mata Aree terpaku pada tetes infus yang tak pernah lepas darinya.
Tubuhnya terlalu lemah dan kekurangan nutrisi yang sangat dibutuhkan bayinya.

"Kadang aku pikir mati dengan bayiku adalah jalan keluar yang terbaik.
Tapi aku belum merasakan kebebasan itu, aku tak mau mati sebagai budak.
Dan apa hakku untuk mencegah keduanya lahir ke dunia ini.
Pasti semua akan manis karena mereka akan punya nama Salban, hidup bebas dan dapat apa yang mereka mau.
Apa hakku untuk menghalangi mereka mendapatkan semua kemewahan dan kebahagiaan di dunia ini."

"Pasti ada jalannya. Dirimu tidak boleh merasa putus asa.
Kau tidak sendirian.
Melihat para Salban yang terus menunggu, lalu kedua wanita paruh baya itu serta para pekerja yang bolak balik, kami berpikir kau sangat beruntung."

"Nama wanita yang beruntung itu adalah Laura.
Namaku Aree, seumur hidup aku diharuskan merasakan sakit dan derita.
Aku cacat dan aku menjijikan."
Aree menarik napas.
"Hidup atau mati, aku akan melunasi semua utangku.
Walau sebentar aku tetap ingin merasakan kebebasan ini."
Aree tersenyum.
"Aku baik-baik saja dokter, tidak perlu merasa kasihan padaku.
Cukup bantu aku melewati kehamilan ini dan membantu si kembar lahir ke dunia ini.
Masalahku, aku akan mencari jalan keluarnya sendiri."

Dokter Tete mengangguk.
"Aku akan berusaha,dalam bidangku aku salah satu yang terbaik, percayalah aku akan membantumu dengan segenap usahaku."
Dia melihat ke perut Aree.
"Bayimu baik-baik saja.
Kau akan menggendong mereka nanti."
Lalu seluruh kerusakan di tubuhmu akan diperbaiki.
Tapi tentu saja dokter Tete tidak mengatakan apa yang menjadi pembicaraannya dan Idze Salban yang kini sudah tau ada kerusakan parah di bagian pinggang bawah Aree dimana kehamilan ini bisa dikategorikan sebagai mukjizat.!
"Istirahatlah Aree, aku akan kembali siang nanti untuk memeriksamu lagi."

"Terimakasih dokter."
Jawab Aree yang meraih sebuah novel yang dipinjamnya dari salah satu perawat untuk memangkas waktu.

**************************
(01112024) PYK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top