Pengakuan
"Dia mengaku bertemu dan mengganggumu ketika bekerja." Ahngyeol menjelaskan.
"Ah … benar."
"Apa yang terjadi, Jinu? Apa yang mereka lakukan padamu?"
"Mereka mengancam akan melaporkanku agar aku tidak bisa ikut kejuaraan. Lalu, aku diminta untuk minum bersama mereka. Itu syarat agar mereka melepaskanku."
"Kau menurutinya?"
"Menurutmu aku punya pilihan?"
Ahngyeol menghela napas. "Suho sialan!" umpatnya, kemudian.
"Aku tahu betul sifat kak Suho. Aku paham bahwa dia tidak mungkin menyerah semudah itu. Tapi tetap saja, ketika dia bilang akan berhenti menggangguku jika aku ikut minum bersama mereka, aku percaya. Aku menggantungkan harapanku pada sepersekian persen kemungkinan, lalu akhirnya menurutinya."
"Lalu?"
"Aku tidak ingat apapun. Mungkin karena terlalu mabuk. Memangnya bagaimana keadaanku saat ditemukan?"
"Tidak ada luka luar. Dokter bilang, kemungkinan kau tidak sengaja terjatuh, dan melukai otakmu."
"Jadi begitu. Oh iya, aku dengar kau kecelakaan. Apa yang terjadi?" tanya Jinu.
"Hanya kecelakaan lalu lintas biasa."
***
Keesokan harinya, Jin-Gyeol memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Nosuke. Ia percaya pada anak itu, karena Nosuke adalah sahabat dekat Ahngyeol. Ia mengundang Nosuke untuk ke rumahnya, sore itu.
"Gyeol-kun, apa yang ingin kau bicarakan? Kau sudah ingat semuanya?" Antisias, Nosuke bertanya.
"Tidak. Aku ingin mengatakan sesuatu." Jin-Gyeol memandang lintu kamarnya, memastikan tidak ada yang akan menguping atau yang lainnya. "Apa kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa aku bukan Ahngyeol?"
Raut Nosuke pun mulai berubah serius. "Kalau kau bukan Ahngyeol, lalu kau siapa? Dan ... dimana dia?"
"Aku adalah Hwang Jinu, sahabat Ahngyeol yang meninggal beberapa bulan yang lalu."
Nosuke terdiam sejenak. "Bagaimana dengan Gyeol? Dia berada di tubuhmu yang sudah dimakamkan?"
Jin-Gyeol menggeleng. "Dia juga ada di tubuh ini."
"Oh ...."
"Aku tahu ini terdengar tidak logis. Tapi jika aku adalah Ahngyeol yang lupa ingatan, mana mungkin aku bisa mengingat kehidupanku sejak kecil hingga sebelum meninggal," terang Jin-Gyeol.
"Aku mengerti."
"Kau percaya?"
Nosuke mengangguk tanpa ragu. "Lalu, bagaimana rencanamu? Sampai kapan kau akan berada di tubuh milik Ahngyeol?"
"Entahlah."
"Maksudmu ada kemungkinan Gyeol-kun tidak akan kembali?" Nosuke mulai merasa gelisah.
"Aku tidak berani menjawab apa-apa. Aku juga tidak mengerti. Bahkan aku tidak tahu kenapa aku berada di sini." Jin-Gyeol mengacak rambut.
"Kalau begitu, mari kita pikirkan baik-baik." Alis Nosuke berkerut, tangannya menopang dagu.
"Tapi ... tunggu," ucapnya sambil menoleh ke arah Jin-Gyeol. "Apakah kau punya keinginan untuk hidup lagi?"
Merasa ditodong dengan pertanyaan itu, Jin-Gyeol menjawab dengan hal pertama yang muncul di pikirannya. Ia mengangkat kedua tangannya ke depan dada, dan berkata, "tidak. Walaupun aku tidak keberatan jika dihidupkan kembali, sebenarnya hal itu tidak terbersit sedikitpun. Aku sibuk memikirkan dan mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi."
"Baguslah, kalau begitu. Aku tidak ingin kehilangan Ahngyeol."
"Aku mengerti." Jin-Gyeol juga sadar diri. Ia tidak ingin menjalani kehidupan yang bukan miliknya.
"Coba lihat, ini." Nosuke mengayunkan tangannya, sementara matanya fokus menatap layar ipad nya. Jin-Gyeol pun mendekat, dan ikut memperhatikan.
"Di sini dijelaskan bahwa alasan kenapa ada arwah gentayangan adalah karena ada hal yang menahannya di dunia. Disebutkan diantaranya adalah permasalahan yang ingin diselesaikan namun tidak sempat, atau keresahan-keresahan lain." Nosuke menjelaskan, meski pemuda di sampingnya juga sudah ikut membaca artikel di website yang ia buka.
"Tapi, aku tidak gentayangan."
"Anggap saja, begitu. Ini lebih baik daripada tidak menyimpulkan apapun," sahut Nosuke. "Coba pikir baik-baik. Apakah ada sesuatu yang kau inginkan jauh di lubuk hatimu? Atau sesuatu yang kau sesalkan?"
"Benar, juga. Aku baru ingat …." Jin-Gyeol mulai menyelami pikiran dan perasaannya. Sampai beberapa saat, pemuda itu terus terdiam.
"Katakan saja padaku. Aku akan membantumu." Nosuke meyakinkan. "Setidaknya, kita harus mencoba sesuatu, kan?"
"Kau benar," sahut Jin-Gyeol. "Ada beberapa hal yang muncul dalam pikiranku."
"Apa, itu?"
"Aku ingin memastikan bahwa orangtua dan adikku baik-baik saja. Aku juga ingin menguatkan Nina. Aku tidak bisa membiarkannya hancur seperti sekarang."
"Lalu?"
"Baek Yi An, —aku ingin menemuinya secara langsung, dan meminta maaf padanya atas kesalahanku."
"Ah … anak itu, ya. Bukankah dia sudah meninggal?"
Jin-Gyeol menggeleng. "Dia selamat. Tapi, aku tidak tahu sekarang dia ada di mana. Aku juga selalu menunggu 'waktu yang tepat' untuk menemuinya. Tapi aku sadar bahwa sebenarnya aku hanya terlalu pengecut untuk mengakui kesalahanku dan meminta maaf padanya. Sampai akhirnya, aku berada di tubuh Ahngyeol. Aku sungguh menyesali ini."
"Lalu, apa lagi?"
"Sepertinya suda cukup."
"Kau tidak ingin mencari keadilan tentang kematianmu?"
Jin-Gyeol menggeleng. "Sejujurnya, itu tidak penting bagiku. Yang terpenting adalah bagaimana keadaan orang-orang yang kutinggalkan."
Nosuke terdiam beberapa detik. "Baiklah. Seperti yang aku katakan, sebisa mungkin aku akan membantumu," tukas Nosuke.
Pagi-pagi sekali di hari minggu, rencana dimulai. Jin-Gyeol dan Nosuke sudah bersiap. Jinsoo juga sudah menunggu mereka untuk pergi ke tempat tujuan yang sudah Nosuke sampaikan sebelumnya padanya.
"Kau sudah mengingat sesuatu?" tanya Jinsoo saat dalam perjalanan menuju rumah Jinu.
Jin-Gyeol dan Nosuke saling tatap. Namun kemudian, Jin-Gyeol menjawab, "tidak. Kenapa Hyung bertanya?"
"Kau kecelakaan setelah dari tempat itu."
Dua pemuda di kursi belakang sangat terkejut mendengar penuturan Jinsoo.
"Apa yang Gyeol-kun lakukan?" tanya Nosuke.
"Tidak ada yang tahu selain Ahngyeol," jawab lelaki di depan. "Dan sepertinya, dia tidak ingat."
Ketika tiba di sana, awalnya Jin-Gyeol ragu untuk masuk. Namun, Nosuke meyakinkannya. Akhirnya, ia naik dan mengetuk pintu rumahnya.
Pintu dibuka oleh Jihun. "Oh! Kak Gyeol datang. Ibu, ada kak Gyeol," sambut anak itu.
Pemuda yang dimaksud cukup terkejut, karena seingatnya, Ahngyeol belum berkenalan dengan keluarganya.
"Nak Ahngyeol? Masuklah, Nak!" Suara ibu Jinu terdengar dari arah dapur.
Ia memandang sekilas Nosuke dan Jinsoo yang menunggunya di bawah sana. "Tidak perlu, bibi. Aku hanya ingin menanyakan kabar kalian."
"Astaga … kau datang jauh-jauh kemari hanya untuk menanyakan kabar kami?" Ibu Hwang menghampiri Jin-Gyeol.
"Kami bertanya-tanya kau kemana saja, karena tiba-tiba berhenti berkunjung." Wanita itu menepuk pundak pemuda di depannya.
"Berkat bantuan dari nak Ahngyeol waktu itu, kami bisa melunasi hutang keluarga kami, dan ayah Jinu bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, hingga sekarang."
"Hyung, meskipun kau bilang tidak perlu merasa berhutang, tapi aku berjanji akan membalas budimu ketika aku sudah besar dan sukses, nanti." Jihun bertekad.
Jin-Gyeol tersenyum penuh haru. Rupanya, Ahngyeol sudah membantu, bahkan tanpa ia minta. "Kalau begitu, aku pamit dulu."
"Buru-buru sekali … kalau begitu, tunggu sebentar." Wanita itu masuk ke dapur, dan kembali dengan membawa sebuah bingkisan. "Aku membuat kimchi, bawalah sedikit."
"Terimakasih, Bu."
Pemuda itu segera pamit, dan kembali melanjutkan perjalanannya.
"Kalau kau bilang pada Ahngyeol lebih awal, kau pasti akan menemukan anak yang bernama Yi an ini, dengan mudah." Nosuke berbisik, ketika mereka tengah menuju ke rumah tempat baek Yi An tinggal.
Ibu Yi An tampak kebingungan ketika melihat seorang pemuda yang tak dikenal memencet bel rumahnya.
"Siapa?"
"Saya teman lama Baek Yi An."
Meski ragu, wanita itu tetap membukakan pintu, setelah mengabari anaknya bahwa ada tamu.
Jin-Gyeol duduk di ruang tamu ketika seorang anak yang mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan, muncul. Meski sudah lama tidak bertemu, wajah Yi An tidak banyak berubah.
"Ada urusan apa, mencariku?" sapa Yi An. "Kau mengenalku?"
"Yi An …." Jin-Gyeol berucap ragu. "Aku adalah kenalannya Jinu."
"Hwang Jinu?" Tiba-tiba, Ibu Yi An mengenterupsi. "Dia adalah salah satu anak yang membuat anakku jadi begini." Rautnya berubah penuh kebencian.
1181 kata
bougenvilleap_bekasi
_queennzaaa
Lyviajkm
Silvaqueen__
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top