Kepingan Pertama

"Dari hasil pemeriksaan, mata kiri minus 1,5 dan yang kanan 1,25. Lensa pesananmu bisa diambil besok. Silahkan diisi datanya." Seorang karyawan menyerahkan selembar kertas pada Ahngyeol.

Semenjak kelas 2 SMP, sebenarnya pandangan Ahngyeol sudah mulai sedikit rabun. Namun ia baru sempat memeriksanya seminggu sebelum ia masuk SMA.

Pagi ini ia berada di klinik mata yang lumayan dekat dengan rumahnya. Karena belum terlalu banyak tamu, Klinik ini kelihatan sepi. Hanya ada beberapa orang karyawan yang berseliweran di ruangan yang Ahngyeol tempati.

Setelah menulis beberapa hal, remaja itu pun menyerahkan formulir itu kembali.

"Apakah ada lagi yang harus saya lakukan?" tanya Ahngyeol memastikan tidak ada yang terlewat.

Petugas itu pun memeriksa kertas di depannya. "Anda sudah melakukan semua prosedur pemeriksaan dan pemesanan. Kami akan menghubungi jika kaca matanya sudah siap."

"Baiklah, kalau begitu saya pamit, terima kasih." Ahngyeol membungkukkan badan sebentar, dan keluar dari klinik tersebut.

Setelah sampai di luar, sebuah mobil segera menghampirinya. Seorang pria berjas pun keluar dari mobil tersebut, dan membukakan pintu mobil untuknya.

"Bukankah anda sopir ayah? Kemana Kak Jungsoo?" Tanya Ahngyeol setelah ia duduk dengan nyaman di kursi penumpang.

"Jungsoo sedang di gerai motor untuk test drive Motor baru Ayah anda, tuan."

Ahngyeol berpikir sebentar. Ia pun mendapat sebuah ide untuk bersenang-senang. "Kalau begitu kita akan menyusulnya."

"Tapi‐-"

"Ayo kita menyusul Kak Jungsoo!" seru Ahngyeol bersemangat.

Membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di gerai motor yang dimaksud. Setelah masuk ke gerai itu, ia pun mencari-cari keberadaan Jungsoo. Setelah menemukan pemuda tinggi dengan rambut belah samping yang rapi itu, Ahngyeol membujuk Jungsoo agar mengijinkannya menaiki motor tersebut.

"Beberapa meter saja, hyung. Aku tidak akan berani mencoba motor ini terlalu jauh," ucap Ahngyeol meyakinkan lelaki muda itu.

"Hanya sampai di pojok lapangan itu," Jungsoo menunjuk ke arah jalan yang berada sepuluh meter di depan mereka.

"Aah,, kenapa rute nya sempit sekali?" Ucap Ahngyeol sambil memakai helm." Memangnya tidak boleh aku mencobanya di jalan sungguhan?"

"Jika anda berpikir begitu, lebih baik urungkan niat anda untuk menaiki motor ini."

"Baiklah, aku mengerti." Ahngyeol pun menaiki motor itu. Dengan postur tubuh yang lumayan tinggi, mudah bagi Ahngyeol untuk menopang keseimbangan motor Ninja itu. Ia tampak begitu cocok menjadi pemiliknya.

BRUMM!

"Tuan muda tunggu! Kenapa memakai helm?" Tanya Jungsoo curiga. "Trek nya hanya dekat dan bukan jalan raya."

"Safety first." Jawab Ahngyeol sambil mengayunkan dua jarinya ke arah helm. "Walaupun hanya dekat, kita harus tetap berhati-hati. Kalau Hyung tidak percaya, hadang saja aku di jalur keluar." Ia melanjutkan.

Setelah melihat anggukan kepala Jungsoo, Ahngyeol mulai menjalankan motor itu dengan hati-hati. Sampai di ujung jalur, Ahngyeol membelokkan motornya, den kembali ke hadapan Jungsoo, yang menunggu pemuda itu di bawah plang bertuliskan EXIT.

"Sudah selesai," ucap Ahngyeol. Ia pun mengangkat kaki kanannya, tanpa mematikan deru motor tersebut. Namun sebelum sempat menggerakkan kakinya, motor itu tampak oleng.

"Agh, celanaku tersangkut sesuatu hyung!" Seru Ahngyeol sambil menoleh ke arah kaki kanannya yang terlihat menempel di pijakan motor tersebut.

Jungsoo pun mendekat ke arah kaki kanan Ahngyeol, meninggalkan pos penjagaannya. Melihat kesempatan itu, Ahngyeol pun segera memacu kendaraannya menuju ke arah jalan raya di depan gerai motor tersebut.

"Hei Ahngyeol! Kau ingin agar aku dipecat?" teriak Jungsoo frustasi sambil mencoba mengejar remaja tanpa SIM itu.

Hari yang panas di kota Seoul. Beberapa pejalan kaki bahkan memakai payung untuk melindungi diri dari teriknya sinar matahari. Namun hal itu tidak terlalu diperdulikan oleh Ahngyeol. Ia memacu kendaraanya dengan santai di antara kendaraan lain di jalan itu.

"Yaah, aku memang pintar." Ahngyeol memuji diri sendiri. Ia pun membuka helmnya, dan memacu kendaraannya lebih cepat lagi. Sesekali ia memandang kaca spion, memastikan apakah Jungsoo sudah menyusulnya.

Setelah beberapa menit berkendara, Ahngyeol berbelok ke arah supermarket kecil di samping jalan. Ia memarkirkan motornya, dan masuk untuk membeli minuman dingin dan camilan untuk menyogok Jungsoo dan supir Han nantinya. Tak lupa setelah ia memilih untuk dirinya sendiri, ia duduk di bangku dan menikmati beberapa makanan ringan sambil melihat pemandangan di sekeliling nya.

Matahari bersinar tanpa ada awan yang menghalangi. Meski begitu, cuaca cukup sejuk karena ini musim semi. Di salah satu sudut jalan tak jauh dari bangku tempat Ahngyeol beristirahat, seorang gadis remaja tampaknya tidak menghiraukan indahnya cuaca hari ini. Ia berjalan dengan santai di bawah terik matahari. Si cantik memakai setelan kaos putih dan jumpsuit pendek selutut. Tangannya menenteng beberapa pack plastik yang berisi kepingan-kepingan berbentuk bintang.

"Aku harus segera menghubungi Jinu untuk memasang bintang-bintang ini bersama," Ucapnya pada diri sendiri. Ia pun mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sesuatu. Ia baru saja memencet tombol kirim ketika seseorang tiba-tiba menggaet tangannya. Ia pun terkejut ketika menyadari bahwa Ia adalah salah satu seniornya, yang kini telah menjadi murid kelas 2 SMA.

"Senior?"

"Sudah lama tidak bertemu, Nina."

"Tolong lepaskan tanganku," pinta Nina. Ia merasa tidak nyaman karena ia tahu betul, bahwa Suho adalah remaja yang nakal dan kasar. Nina mencoba melepas genggaman tangan pemuda itu sendiri. Namun, Suho tampaknya tidak membiarkannya. Ia justru merangkul Nina dengan paksa.

"Kenapa kau khawatir? Kekasihmu sedang tidak disini kan? Dia sudah membuatku kesal, kau tahu?"

"Lepaskan!" Nina pun berontak, hingga salah satu pack plastik yang ia pegang sobek, menghamburkan isinya ke permukaan jalan.

Ahngyeol yang melihat kejadian itu pun menghampiri mereka dengan setengah berlari. "Permisi, nona ini tidak mau denganmu, kenapa kau memaksanya?"

Nina dan Suho pun menoleh ke arah suara asing itu. "Kau siapa?" Suho memandang wajah Ahngyeol dengan tatapan mengintimidasi.

"Sebaiknya kau tidak mencampuri urusan orang lain." Suho mendorong Ahngyeol hingga pemuda itu mundur beberapa langkah. Ahngyeol tetap diam. Ia sadar bahwa tidak mungkin menang melawan pemuda di depannya. Ahngyeol tidak memiliki kemampuan beladiri apapun.

"Seonbae!" Teriak Nina saat ia melihat Suho mulai mengayunkan pukulan ke perut Ahngyeol. Itu sudah cukup membuat Ahngyeol roboh dan meringis kesakitan.

"Kau pecundang ternyata. Kenapa bersikap seperti pahlawan?" ucap Suho sambil menendang tubuh Ahngyeol.

"Berhenti!" teriak Nina sambil mendorong Suho. Pemuda itu pun tersungkur ke samping. Nina pun segera membantu Ahngyeol untuk berdiri. Namun, Suho langsung berdiri dan menjambak rambut Nina.

"Sialan kau Yoon Suho!" umpat Nina akhirnya.

Ahngyeol meringsek ke arah kedua remaja itu, dan mulai menjambak rambut Suho dengan keras.

"AAKH!"

"Lepaskan rambut nona ini!" ucap Ahngyeol sambil masih mencengkeram rambut lawannya.

"Kau lepaskan rambutku! Apa kau mau mati sialan?" sahut Suho beringas. Pemuda itu pun melepaskan Nina, berganti untuk menarik lengan Ahngyeol. Sedetik kemudian, Ia pun membanting tubuh Ahngyeol ke permukaan jalan.

"Tuan Muda!!" Teriakan seseorang membuat ketiga remaja itu menoleh.

"Apa lagi ini?!" Suho berdecih dan segera melarikan diri setelah melihat dua orang pria berlari ke arahnya.

Jungsoo dan sopir Han pun membantu Ahngyeol untuk berdiri, dan memastikan remaja itu tidak memiliki luka yang serius. Sedangkan Nina hanya mampu mengamati tiga orang di depannya.

"Maafkan aku, ini semua karena kau membantuku," ucap Nina pada Ahngyeol.

"Tidak apa-apa," jawab Ahngyeol yang kini tengah dipapah oleh sopir Han. "Bukankah itu milikmu?" ucapnya kemudian sambil menunjuk ke arah fluoroscent bintang yang kini berserakan di jalan.

"Ah, benar. Aku ingin memungutnya, tapi aku harus segera pergi," sahut Nina ragu-ragu. Ia ingin segera menemui kekasihnya, Jinu. Lagi pula, ia masih memiliki dua pack lain yang masih utuh.

"Sebaiknya lain kali kau lebih berhati-hati, Nona," ucap Jungsoo.

"Terimakasih atas bantuannya,"
Nina pun segera berbalik dan meninggalkan Ahngyeol dan dua orang lainnya.

1197 kata
bougenvilleap_bekasi
_queennzaaa
Lyviajkm
Silvaqueen__

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top