Kepingan Kesepuluh

"Huwaaa!"

Sorak sorai penonton memenuhi gymnasium. Banyak siswa berkeliling dan menonton atraksi yang ditunjukkan oleh klub Taekwondo. Para atlet sekolah mengenakan seragam putih dan sabuk sesuai tingkatan mereka. 

Beberapa berjejer, satu lagi membawa tiang dengan papan target yang menjulang di atasnya. Seseorang mengambil ancang ancang, dan berpijak pada anggota tubuh temannya, lalu melompat. Setelah berada di udara, tubuhnya berputar dan kakinya menendang target hingga patah.

Sorakan dan tepuk tangan meriah kembali terdengar. Ada Nina dan yang lain di antara mereka. Tentu Nina berharap teriakannya adalah yang paling kencang, karena yang sedang beraksi saat itu adalah Hwang Jinu, kekasihnya.

Menyaksikan Nina yang antusias menonton, membuat Gyeol cemburu. Ia memutar bola matanya, dan berdecak beberapa kali. Ia sama sekali tidak merespon atau bereaksi atas pertunjukan hebat di depan matanya.

"Apa hebatnya bisa berputar di udara? Aku sudah bisa melakukannya sejak kecil, saat bermain trampoline," sungutnya sambil melipat tangan.

Tak lama, Suho muncul dan lewat tepat di depan Gyeol. Pemuda itu merinding seketika. Apalagi ketika Suho memandanginya dan Nina. 

"Kalian berdua, lagi?" Suho menyeringai. Namun pemuda itu tidak melanjutkan ucapannya, karena ia juga sedang mempersiapkan diri untuk pertunjukan.

"Sial sekali aku masuk ke sekolah ini." Keluhan Nina membuat Gyeol menoleh.

"Kenapa berpikir begitu? Aku senang kau sekolah di sini."

"Hah?"

"Berkat itu, aku bisa bertemu denganmu, -dan Jinu, dan Dohyuk, dan …." Sebenarnya Gyeol hanya ingin menyebut nama Nina saja, tapi itu bisa terkesan buruk.

"Baiklah, cukup," potong Nina. "Si Yoon Suho itu selalu mengganggu kami, sejak dulu. Kami bagaikan musuh bebuyutan."

"Kami?"

"Iya, aku dan Jinu." Nina tersenyum, dan melambaikan tangan ke arah pacarnya yang baru saja lewat. 

"Lagi-lagi, Jinu." Gyeol berucap lirih.

"Kau mengatakan sesuatu?" 

"Ah, bukan apa-apa," kilah Gyeol. "Ngomong-ngomong … aku pikir Jinu juga masih anak baru seperti kita. Kenapa dia sudah ikut menampilkan pertunjukan hari ini? Ini kan acara untuk menarik anggota dari siswa - siswa baru."

"Pastinya karena dia berprestasi."

"Iya juga." Gyeol baru ingat bagaimana Guru Kang, pengajar klub Taekwondo sekolah sangat menyambut Jinu, waktu itu.

Beberapa menit kemudian, pertunjukan selesai. Semua siswa kemudian beranjak meninggalkan lokasi. Termasuk Gyeol. Awalnya ia ingin mengekori Nina. Namun gadis itu pergi ke toilet. Jadi, dia berjalan terlebih dahulu, dan akan menunggu di kelas.

Gyeol mengambil jalur lewat halaman utama, untuk ke kelasnya. Gyeol berbelok ke kantin sebentar untuk makan beberapa camilan. Setelah itu, pemuda itu berjalan kembali ke kelas. 

Sayangnya di depan kelas 1.3, Suho dan yang lain sudah menunggu kedatangan Gyeol. Dohyuk yang juga baru sampai, langsung bersembunyi di balik belokan koridor. 

"Ini, dia yang kita tunggu!" Gerombolan itu menyambut Gyeol, dengan 'hangat'.

"Gyeol, jadi, namamu Ahngyeol, ya?" Suho membentangkan tangannya untuk mendekap juniornya itu. 

Tiba-tiba Jinu muncul dan mendahului Suho. Ia berjinjit, lalu merangkul Gyeol dari belakang. Gyeol spontan membungkuk, dan terseret mengikuti langkah Jinu. Dua siswa itu menjauh dari kelasnya.

Gyeol menoleh ke belakang, memastikan apakah Suho mengikuti mereka. Namun, yang ia lihat justru Dohyuk, yang langsung menyapanya. "Aneh. Kenapa mereka tidak mengejar kita?" 

"Karena sedang di area sekolah." Jinu menjawab singkat.

"Bedanya dengan saat mereka memukulku waktu itu, apa?" Pertanyaan Gyeol lebih terdengar seperti sebuah protes.

"Bedanya … karena Pak Kang sudah tahu perbuatan Suho. Mereka diawasi olehnya  selama di lingkungan sekolah."

"Oooh …." Gyeol tersenyum lebar, penuh kemenangan. Namun sesaat kemudian, lengkungan itu menghilang. "Tapi, barusan mereka menghampiriku untuk apa?"

Jinu menoleh ke arah Gyeol dan tersenyum tipis. "Untuk mengganggumu, lagi," terangnya kemudian.

Gyeol melongo mendengar keterangan Jinu. " … aku tidak mengerti konsep mereka. Atau jangan-jangan kau hanya asal menjawab?"

"Hehe."

"Apa arti 'hehe' mu itu? Dan kita mau kemana?"

"Kantin."

Gyeol menghentikan langkahnya.

"Tapi, aku baru saja dari sana."

"Oh … kalau begitu, kembalilah ke kelas." Jinu melepas rangkulannya, dan langsung pergi meninggalkan Gyeol dan Dohyuk.

"Iya juga. Kenapa juga aku mengikuti kalian?" ucap Dohyuk linglung. "Ayo kembali ke kelas." 

Akhirnya, Gyeol dan Dohyuk kembali ke kelasnya. Tentu dengan waspada, untuk menghindari Suho dan yang lain.

"Wah … tadi itu, hampir saja." Dohyuk duduk di kursinya, diikuti oleh Gyeol.

"Aku juga berani, jika saja Jinu tidak muncul. Ini bukan masalah, bagiku."

"Lalu, kenapa kau diam saja saat Jinu merangkulmu? Kau pasti merasa aman karena dia datang, kan?"

"Tidak!"

"Ah! Aku baru sadar sesuatu. Dulu Jinu bilang kita aneh karena bergandengan tangan. Tapi baru saja, kalian berpelukan satu sama lain. Ini tidak adil."

"Kami tidak berpelukan." Gyeol meluruskan. "Tapi benar juga, ya. Dia punya standar ganda, untuk dirinya sendiri. Protes saja padanya."

"Aku tidak berani!"

"Aku sering bersamanya, dan dia tidak memukulku atau semacamnya, meski wajahnya seakan ingin sekali memukulku."

"Kau sering bersamanya?" selidik Dohyuk dengan tatapan aneh.

"Nah … nah …. Aku benar, kan? Tingkah kalian lebih aneh!" Dohyuk berdiri sejenak karena semangat, kemudian duduk kembali.

"Bukan begitu maksudku!" sangkal Gyeol kesal. Ia sampai menggoyang-goyangkan meja di sampingnya.

"Hey!" Teriakan seseorang menginterupsi percakapan dua pemuda itu. Rupanya, salah satu siswi teman satu kelas mereka, tengah berkacak pinggang dan memelototi keduanya.

"Kalian pikir ini ruangan pribadi kalian?"

"Bukan," sahut Gyeol dan Dohyuk, kompak. Suara mereka lirih, tubuh mereka seakan berkerut melihat raut murka dari gadis itu.

"Kenapa kalian berbicara terlalu keras? Kalian mengganggu konsentrasi kami!" terang siswi itu. 

"Oh … maaf." 

Tanpa menjawab, gadis itu kembali duduk dan melanjutkan kegiatan mereka.

"Tapi, memangnya kalian sedang apa?" Gyeol mendekat.

"Kami sedang berdandan, lah! Kau tidak lihat?" Siswi-siswi itu berbalik, menunjukkan berbagai benda menempel di wajah dan poni mereka.

Sekumpulan gadis itu rupanya sedang merias diri. Mereka sudah mengeluarkan kaca, berbagai macam kosmetik, sisir, dan bahkan catokan dari tas masing-masing. Meja yang mereka lingkari, kini penuh dengan alat-alat kecantikan.

"Memangnya hal itu diperbolehkan?" Gyeol berbisik pada Dohyuk, setelah pemuda itu kembali ke tempat duduknya barusan.

"Tidak." 

"Bukankah kita harus melapor—" Gyeol tidak dapat melanjutkan perkataannya karena Dohyuk langsung membungkam mulutnya.

"Jangan!"

"Kenapa mereka seperti itu, sih?"

"Ini sudah biasa, kakak perempuanku yang sekarang kuliah, juga melakukannya saat ia SMA. Dia bilang itu sudah kebutuhan pokok bagi para gadis."

"Nina, tidak." Gyeol membandingkan.

"Karena dia tidak punya banyak teman, —kecuali kau mau ikut berdandan dan menemaninya."

"Dia punya Hyeesun." Tiba-tiba, Gyeol terdiam. "Oh iya, aku ingat sesuatu."

"Apa, itu?"

"Kau bilang kau satu SMP dengan Jinu dan Nina. Iya, kan?"

"Iya." Dohyuk mengangguk.

"Lalu, kenapa kau memperkenalkan dirimu pada Hyeesun, saat di UKS waktu itu? Dia, kan, teman Nina dan Jinu."

"Aku memang belum pernah berkenalan dengannya, sebelum itu. Mungkin, mereka berkenalan secara online? Atau yang lain? Ada banyak sekali kemungkinan."

"Atau bisa jadi … dia adalah mantan kekasih Hwang Jinu, dari sekolah lain?" Pikiran Gyeol mulai meluap-luap.

Dohyuk memegang dagu, manggut-manggut. "Bisa jadi, begitu."

Gyeol tersenyum miring. Ia merasa menemukan senjata langka dalam game. Senjata yang akan membantunya menyelesaikan misi utamanya.

1095 kata
bougenvilleap_bekasi
Lyviajkm
Silvaqueen__
_queennzaaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top