Kepingan Keempat

"Hyung, kau punya pacar?"

"Kenapa kau bertanya?"

"Sepertinya aku menyukai seseorang. Aku ingin meminta saran darimu."

Gambar 1 : Jinsoo (https://pin.it/ESxIM3u)

Jinsoo terdiam selama beberapa saat hingga Gyeol menepuk bahunya. Gyeol memang selalu punya sesuatu untuk dibicarakan ketika hanya berdua di dalam mobil yang mereka tumpangi. Yap, mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah.

"Kau pernah punya kekasih, kan, Hyung?" Pemuda itu menatap mata Jinsoo lewat kaca dashboard.

"Tentu saja, aku punya."

"Bagaimana caranya kau memikat seorang gadis? Apa yang membuat gadis itu menyukaimu?"

Jinsoo tampak menerawang sejenak. "Aku tidak tahu. Coba saja cari di internet," sahutnya mengecewakan Gyeol.

Remaja itu berdecak, namun kemudian membuka ponselnya untuk melakukan apa yang Jinsoo katakan. Setelah mengetik beberapa kata kunci, ia membaca hasilnya dengan serius. Beberapa kali ia mengangguk, sebelum akhirnya tertawa ala villain yang merencanakan hal buruk. Tapi sungguh, Gyeol tidak memikirkan hal kriminal atau ilegal sedikitpun.

"Pertama-tama, aku akan mencari kesamaan di antara kami berdua. Mulai dari mana, agar terlihat alami? Ah! Saat makan."

Gyeol menjalankan taktiknya ketika istirahat makan siang telah tiba. Para siswa berbondong-bondong menuju kantin. 

Ahngyeol menyadari bahwa bangku tempat Nina dan Jinu makan, tidak ada siswa lain. Dengan senyum mengembang Gyeol berjalan ke arah mereka, dan duduk di samping Jinu, berhadapan dengan Nina. Dua remaja itu tentu terkejut, karena ada seseorang yang tak diundang, dan tak diduga menghampiri mereka. 

"Apa yang kau lakukan?"

Gyeol menoleh ke sumber suara, pemuda di sampingnya. "Makan siang." 

"Kenapa kau ke bangku ini?" Jinu bertanya lagi.

"Karena tempat ini, kosong." Gyeol menjelaskan alasannya dengan sederhana. Meskipun bukan itu hal utama yang ada di benaknya, melainkan karena Nina ada di tempat ini. "Halo, Nina," sapa Gyeol kepada gadis di depannya.

"Ah, halo." Nina memandang ke arah Jinu. "Ayo makan."

Jinu merasa ada yang salah, namun akhirnya ia mulai menyendok nasi di nampannya.

Sepanjang makan, Gyeol menghujani Nina dengan pertanyaan dan pernyataan. 

"Kau suka supnya? Makanan apa yang paling kau suka?"

"Sosis." Nina menjawab alakadarnya.

"Aku juga suka sosis."

"..."

"Kau ikut jam tambahan? Eh, rupanya kau juga pintar. Bagus! Kita bisa belajar bersama, nanti. Kudengar Jinu tidak terlalu pintar di bidang akademik."

Jinu kehilangan selera makannya karena disampingnya ada anak cerewet yang terus menerus mengajak Nina mengobrol. Ia sudah menahan diri sedari tadi, namun pemuda di sampingnya tidak mereda. 

"Hei." Ia meletakkan sumpitnya, dan menepuk bahu Gyeol.

Jinu menatap wajah Gyeol dengan intens, namun Gyeol membalas tatapan Jinu dengan ekspresi yang tidak memahami situasi. "Apa?"

Jinu buyar. "Makanlah dengan tenang. Kepalaku pusing mendengar kau terus mengoceh."

"Ah … maaf." Gyeol tersenyum lebar ke arah Jinu yang langsung membuang muka dan melanjutkan aktivitas makannya.

Rupanya, tidak sampai disitu saja Ahngyeol menjajaki batas kesabaran Jinu. Setelah selesai makan siang, anak itu membuntuti Jinu dan Nina kemanapun mereka pergi. 

Hingga ketika mereka kembali ke kelas, Gyeol terus menerus mencoba berbicara dengan Nina. Tentu ini agak keterlaluan, terutama bagi Jinu. Gyeol sudah seperti stalker yang terobsesi pada Nina. Bahkan sampai sekarang, ia masih terus mengobrol dengan gadis itu, meski Nina telah menyarankannya untuk berhenti.

Jengah, Jinu meraih lengan Ahngyeol dengan kasar. Namun, sesaat kemudian semua anak di kelas berhenti beraktivitas dan melemparkan pandangan ke arahnya.  Sesaat kemudian genggamannya melonggar, deru nafasnya melunak. Pemuda itu menarik Gyeol, dan menempelkan punggung lawan bicaranya ke dinding koridor. 

"Aku tahu kau sudah menyelamatkan Nina. Tapi, bukankah ini berlebihan? Kenapa kau terus-menerus mendekatinya?"

"Aku hanya ingin berteman," kilah Ahngyeol. 

"Tapi kelihatannya kau hanya tertarik untuk berteman dengan Nina."

"Kau ingin berteman denganku?" 

_Jinu was too stunned to speak_

"Dasar. Pertanyaan aneh. Pertanyaan itu sangat konyol. Maksudku … ya. Tapi tidak juga. Maksudku, kita, kan, sekelas. Meskipun aku tidak punya motif untuk berteman denganmu, bukankah pada akhirnya kita semua akan menjadi teman?"

"Aku bertanya begitu karena kau terdengar seperti sedang protes mengapa aku hanya ingin berteman dengan Nina, bukan denganmu."

"Itu karena aku adalah pacarnya! Tolong gunakanlah logika yang kau miliki saat mengerjakan soal olimpiade matematika yang dibanggakan, itu. Jalan pikiranmu benar-benar … akh! Sudahlah." Jinu berbalik dan meninggalkan Gyeol yang tersenyum lebar. "Satu hal lagi, jaga jarak dengannya." Jinu menambahkan sembari masih terus melanjutkan langkahnya.

"Jinu!" Nina beranjak dari kursi, dan menyusul kekasihnya.

"Aku juga bingung apakah aku hanya berpura-pura bodoh, atau aku memang benar-benar bodoh." Gyeol berbisik pada diri sendiri. "Memang kemampuan manipulasiku tidak bisa diragukan," lanjutnya sambil tersenyum dan memperbaiki letak kacamatanya. 

"Hei, Ahngyeol." Dohyuk mendekat. "Kau baik-baik saja?

"Aku baik. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Ahngyeol kebingungan ketika siswa lain ikut mendekat, dan menanyakan hal yang sama.

"Kau dirisak oleh Jinu, kan?"

"Hah?" Ahngyeol tertawa. "Tidak."

"Kejadian barusan mengatakan hal yang sebaliknya."

"Kami hanya melakukan perbincangan biasa."

"Sungguh?"

"Apa kau diancam?"

Ahngyeol melongo mendengar semua yang teman-temannya ucapkan. "Teman-teman, ada apa ini? Aku bilang aku baik-baik saja!"

"Baiklah, bilang saja jika kau butuh bantuan," ucap seorang siswa. 

Kerumunan pun berhenti. Mereka mulai menyebar ke tempat tujuan masing masing.

"Memangnya kau berani pada mereka?" gumam yang lain.

"Tentu saja, aku bisa melawannya dengan jurus pahlawan bertopeng. Phaw! Thump! Phaw phaw!" sahut siswa itu.

Gyeol baru sadar. Entah karena Nina dan Jinu yang dijauhi, atau memang antisosial, tidak ada yang bergabung atau berteman dengan mereka berdua. 

"Dohyuk," panggil Ahngyeol.

"Ha? Kenapa?"

"Kenapa respon teman-teman seperti itu, barusan? Aku tidak mengerti."

"Itu karena mereka tidak suka pada Jinu dan Nina. Seperti yang kukatakan waktu itu, Jinu adalah mantan Top Dog di SMP kami, dulu. Dia pembully."

"Apa?"

"Sungguhan! Sampai-sampai ada teman kami yang mencoba mengakhiri hidupnya."

"Ini terlalu mengerikan." Gyeol melongo mendengar penjelasan Dohyuk yang mengejutkan, itu. "Kau pasti, bohong."

"Ck … ini adalah rahasia umum. Tanyakan saja pada siswa lain."

920 kata
bougenvilleap_bekasi
_queennzaaa
Lyviajkm
Silvaqueen__

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top