Sudut Pertama

Please turn on your dark mode
Thank You

Saya menghargai segala vote dan kritik saran serta komentar bahkan melalui PM

Warning : Typo(s), OOC, and Rate 18+
Know your limits

==============================
Pada sudut ini merupakan awal dari kisah dua insan yang berbeda status
Cahaya dengan bayangan hitam
dan
seekor burung dengan sayap cacat
==============================




















Suara dentuman bola voli mengisi ruangan latihan dari gedung salah satu klub voli ternama Jepang. Kilat mata haus kemenangan terpancar di netra setiap maniak bola tersebut. Latihan berat seakan menjadi camilan untuk mereka. Tidak mengherankan jika klub ini mampu bertanding di V. League divisi 1.

MSBY BLACK JACKALS

Tidak ada seorang pun di bidang ini yang tidak mengenal MSBY Black Jackals. Berbagai kemenangan terukir indah lewat piala, medali dan piagam penghargaan. Banyak juga sponsor mendukung MSBY Black Jackals dari segi sarana prasarana dan finansial.

Kemampuan anggotanya tentu harus sebanding dengan gaji mereka. Iya, tim ini berisikan atlet voli hebat.

Apalagi pada saat ini Black Jackals memiliki tiga pemain berbakat yang telah terkenal sejak SMA.

Sakusa Kiyoomi

Bokuto Koutarou

Miya Atsumu

Terlepas dari dua orang sebelumnya, Miya Atsumu memiliki kharisma dan ketenarannya sendiri. Dinobatkan sebagai setter nomor satu saat SMA menjadikan Atsumu sebuah aset tidak ternilai di Black Jackals. Selain itu, paras tampan yang dimilikinya menarik perhatian banyak orang.

Semenjak kelulusannya, ia memilih meneruskan karir di bola voli dan bergabung di Black Jacklas sebagai pemain inti. Popularitas Miya Atsumu tambah naik seiring berbagai tawaran sampingan menjadi model dan tamu di acara talkshow televisi. Fans semakin bertambah mulai dari gadis SMA dan wanita karier.

Atlet ternama, rupawan, mapan diusia muda dan sikap manis mampu meluluhkan hati. Kegelimangan yang didapat berbanding lurus dengan perubahan pola pikir Miya Atsumu.

Menginjak usia kepala dua, wanita juga klub malam adalah teman baru di kehidupannya. Bukan hanya mengencani tetapi mencicipi tubuh demi kesenangan nafsu semata. Jika dia bukan pemain voli, bisa jadi rokok dan minuman beralkohol menambah daftar panjang sisi kejelekan Miya Atsumu.

Anak emas yang hidup terjamin tanpa beban berbeda dengan adiknya yang banting tulang membuka bisnis kuliner di bawah bayangan kehilangan wanita yang disayanginya.

Tidak adil adalah istilah yang pantas dilayangkan

Tapi, apakah hidup Miya Atsumu akan semulus itu?

"Hah? Akun bot line? Rolepaying itu?"

"WOAH TSUMU-TSUMU JUGA TAHU YA?!"

Suara Bokuto menggelegar di ruangan ganti sambil menunjukkan sebuah thread twitter dari smartphone milik libero, Inunaki.

Theard mengenai akun bot menjadi trending minggu ini. Siapa yang tidak senang bisa chatting dengan idola walau hanya pura-pura? Kenikmatan sesaat yang diberikan membuat akunbot sangat ramai diperbincangkan.

Atsumu dan Sakusa membaca dengan seksama iri thread tersebut. Pandangan jijik khas Sakusa terlihat jelas membayangkan betapa aneh jika ada orang berpura-pura menjadi dia.

"Bukankah menarik melihat fans kita menyamar menjadi kita?"

Pertanyaan Bokuto terderngar aneh dan menyimpan pro kontra di dalamnya. Pasti ada yang senang dan risih dengan ketidaksponan admin bot yang bisa jadi menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi, salah satunya Sakusa.

Tapi, ada juga yang tersenyum tertarik dengan sistem bot line ini.

Senyuman yang membawa ombak besar dalam kehidupan Miya Atsumu

Kamar asrama menjadi destinasi terakhir menuju alam mimpi setelah menempuh latihan harian. Biasanya aku akan bersiap menyamar dan pergi keluar mengencani banyak wanita sebagai pengisi 'energi' pribadi. Tapi, aturan baru asrama membatasi jam main para atlet.

Disinilah tubuhku terdampar akan rasa kangen melihat para kesayangan di klub malam.

Notifikasi pesan dari klub malam juga beberapa wanita cantik memenuhi satu dari tiga smartphone keluaran terbaru.

Sialan! Mereka punya perempuan baru yang sangat cantik.

Lembaran yen bukan hal besar, tidak mengherankan service spesial dapat kupesan setiap bermain. Desahan atau rintihan keenakan selalu memanjakan ketika aku berkunjung

Kini, aku mencoba hal gila.

Menjadi admin akun bot dari diriku sendiri.

Tidak buruk untuk sekedar mencari hiburan. Bisa jadi ada gadis perawan yang mau kukencani.

Aku tidak menyangka akan berinteraksi dengan fansku melalui cara ini.

Manis sekali, mungkin mencari pacar tidaklah buruk.

Ataukah aku membuka free sex chat juga? Tapi gawat kalau ada yang mengunggah di sosial media.

Intinya tidak salah aku membuat akun ini. Terima kasih Inunaki-san.

Tunggu! Siapa ini?

"Yukio-san! Desain reklame untuk rapat selanjutnya sudah siap?"

Tatapan mengantuk dari dua manik hitam menusuk penglihatan pemuda yang datang dengan sebuah flashdisk. Tanpa bersuara sedikit pun, gadis yang dipanggil Yukio mencari file yang dimaksud dan menaruhnya di flashdisk kantor.

"Dengar.. jika ada revisi tolong segera beritahu aku. Aku tidak ingin kena getah atas kecerobohanmu seperti rapat sebelumnya."

Pemuda tadi bergidik ketakutan atas perkataan Yukio. Bukan kali pertama ia melakukan kesalahan fatal hingga berujung pemotongan gaji harian. Bekerja di sebuah perusahaan obat tentu membutuhkan profesionalitas tinggi.

Setelah memberikan apa yang diinginkan pemuda tadi, tangan Yukio memberikan simbol mengusir.

"Terima kasih Yukio-san, saya keluar dulu."

Yukio kembali fokus pada komputernya yang menampilkan desain kemasan minuman herbal yang akan diajukan untuk rapat lainnya.

"Kau ini bisa tidak bersikap ramah kepada orang lain?" tanya teman satu profesi Yukio yang merapat kursinya untuk mendekati Yukio.

"Hideki berisik.. Buatkan aku minuman saja jika kau tidak ada pekerjaan."

"Kejam banget sih," walau begitu Hideki Maya tetap berdiri dan membuatkan Yukio kopi di sudut ruangan.

Bekerja dalam sebuah tim kecil beranggotakan hanya delapan orang memiliki tinggat ketidaknyaman tersendiri bagi Yukio. Gaji pekerjaan dia memang sebanding dengan rasa stres yang dihadapi.

Secangkir cairan hitam diletakkan di meja kerja Yukio. Lingkar mata miliknya memperlihatkan kelelahan berlebihan yang dialami. Ditatapnya minuman itu cukup lama.

"Kukira susu."

"Bodoh!"

Bajingan mana lagi yang menaruh bangkai tikus di depan pintu rumahku?

Mungkin dari mereka yang masih ingin mengincar warisan keluarga ini.

Bau menyengat dari paket spesial itu kubuang ke tempat sampah terdekat.

Sekarang setiap hari mereka menerorku dengan barang aneh-aneh. Tidak heran jika sebentar lagi aku tertabrak atau diracuni agar harta pemberian keluarga Yukio jatuh ke tangan saudara.

Tidak sudi menganggap mereka memiliki hubungan darah dengan keluarga penyelamatku.

Diangkat anak oleh pasangan Yukio yang tidak bisa memiliki keturunan menjadikanku satu-satunya pewaris sah menurut undang-undang. Ketidaksenangan diberikan padaku oleh keluarga lain sebab aku hanya anak angkat.

Ah, kedua orang tuaku meninggal karena sebuah kecelakaan kereta ketika aku sedang sekolah.

Rasa sedih?

Lebih tepatnya kehilangan.

Aku tidak memiliki minat meneruskan nama Yukio.

Orang asing yang beruntung mendapatkan harta cuma-cuma yang sangat besar. Bahkan aku tidak perlu bekerja jika menggunakan segala aset yang kudapatkan.

Namun, aku tidak melakukannya.

"Tadaima."

Derit pintu rumah menyapa kepulanganku. Suasana gelap tidak menimbulkan rasa takut sedikit pun. Kakiku melangkah menuju kamar dan berganti pakaian. Lampu kamar mandi menjadi pencahayaan pertama yang kunyalakan.

Air hangat membasuh kulit serta bekas luka juga memar di tubuhku. Di kesendirian ini sekali lagi dan selalu banyak pikiran negatif menyerangku. Dada sakit menahan tangis.

Muak.

Benci.

Lelah.

Piyama hitam panjang kukenakan demi melawan rasa dingin. Kini dapur menyala guna memanaskan onigiri yang kubeli di salah satu kedai di stasiun.

Hari ini juga terasa sangat berat.

Punggungku membungkuk menahan sakit setelah duduk seharian penuh mengerjakan desain. Mataku semakin mengantuk apalagi setelah menangis.

Roda aktifitas yang terjadi terus menerus setiap hari tanpa ada peruabahan.

Bosan.

Lucu sekali jalan hidup yang Tuhan beri padaku ini.

Tunggu--

Aneh rasanya mengatakan Tuhan jika aku sendiri tidak mempercayainya.

Bagiku Tuhan hanyalah mahluk tempat berdoa dan mengharap.

Bagiku juga manusia pada suatu hari nanti akan berhenti beribadah karena sudah percaya dengan Tuhan atau segala hal tidak masuk akal ini.

Bahkan kekayaan yang kumiliki tidak menjamin seberapa bahagia aku hidup di dunia.

Orang lain mungkin bisa membeli banyak hal dari jumlah uang yang kumiliki.

EMAS

PERHIASAN

BARANG KOLEKSI

TAS BERMEREK

KENDARAAN PRIBADI

LIBURAN

RUMAH

HAREM

SAHAM

LALU APA KEINGINANKU?

Hanya ingin mati tanpa dikenang

Angin malam menerobos masuk menyadarkanku dari lamunan. Cahaya rembulan menembus menyinari suatu benda mengkilat di meja dapur. Bayangan hitam itu juga tersenyum menampilkan deretan gigi yang mengejek keberadaanku.

Hari ini pun aku mencobanya lagi.

Sampai kapan?

Kapan?

KAPAN?!

Sekian puluh perempuan yang menggunakan jasa bot Miya Atsumu, mungkin tidak pernah terpikirkan akan ada hari dimana ada yang tidak tertarik dengan Miya Atsumu.

Netra kuningnya tersenyum membaca chatting dia dengan seorang gadis yang cukup aneh.

Atsumu terkekeh geli membaca chat lawan mainnya.

Jika wanita lain pasti mereka akan heboh menjawab perhatian dari Atsumu.

Apa Atsumu tidak membalas chat lainnya? Iya, gadis ini menjadi prioritas dia untuk dibalas.

Sedingin apa pun balasannya, Atsumu merasa senang menemukan sosok unik yang belum pernah ditemuinya.

Nama id 'Ame' menjadi panggilan Atsumu. Tanpa embel-embel manis karena itulah yang diinginkan Ame.

Kurang lebih hanya seperti itu pesan singkat mereka sehari-hari. Tanpa respon manis dari sang gadis.

Sembari mengabaikan pesan lainnya, Atsumu membaca chat pertama dia dengan Ame. Pesan yang membuat ia linglung sekitar setengah jam karena takjub dengan kehadiran seseorang yang bukan fansnya.

Satu minggu berjalan tanpa terasa. Rasa khawatir memang menjalar dalam diri Atsumu. Tapi, mereka tidak mengenal lebih dekat. Miya satu ini juga belum berani mengusik pribadi Ame.

Ada kesponanan dalam Atsumu untuk menjaga privasi orang lain. Sebuah penebusan karena ketika SMA dia lancang mencari informasi mengenai adiknya yang sering pulang larut malam.

Jendela kamar asrama menampilkan pemandangan malam yang memanjakan mata. Smartphone ditaruh di meja sebagai penanda berakhirnya kegiatan bot Akun Miya Atsumu.

"Oyasaminasai, Ame."

Ombak mulai datang dengan rasa bersalah dan kesedihan

SEGITIGA
"Sudut Kedua"
[LOADING...]

Author's note on comment

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top