9.
Memang apa yang aneh dengan melihat Ahsan makan siang bersama ayah, ibu dan guru lesnya? Tidak ada yang aneh kan?
Yang aneh justru perasaan Farah. Kan aneh kalau dia tidak suka melihat keempat orang itu makan bersama. Toh dulu saat dirinya adalah guru les Ahsan, dia juga pernah makan siang bersama dengan Ahsan, Bu Sania dan Pak Attar. Jadi tidak ada yang salah dengan hal itu kan?
"Farah!"
Sebuah panggilan membuyarkan lamunan absurd Farah.
"Eh? Iya, Ma?" refleks Farah menjawab.
"Udah sampai." Ternyata itu adalah Erlang.
Di hadapannya, Erlang dan Mama sedang menatapnya, dari kursi depan mobil Erlang.
"Oh?" Farah yang masih tampak linglung dengan cepat berusaha mengembalikan kesadarannya.
"Kamu bengong?" tanya Mama.
Farah cengengesan, untuk mengalihkan perhatian. "Ngantuk, Ma. Abis makan, kekenyangan."
"Oh. Yaudah ayo turun! Udah sampai."
Farah mengangguk, kemudian ia beralih menatap Erlang. "Thank you traktirannya, Om."
Lelaki itu mengangguk dan tersenyum.
"Makasih Lang," kata Mama juga, sambil menoleh pada Erlang. "Kami masuk ya. Kamu langsung lanjut kan? Nggak mampir dulu kan?"
Farah menyembunyikan senyum mirisnya. Meski sudah menerima diajak makan siang bersama Erlang, ternyata ibunya tetap belum sepenuhnya menerima lelaki itu. Duluuu, biasanya ibunya dengan ramah selalu menawari Erlang untuk mampir ke rumah mereka. Tapi kalimat Mama barusan justru terkesan mencegah Erlang untuk mampir.
"Iya, Mbak. Aku langsung pergi lagi ya. Ada urusan," jawab Erlang, dengan cepat mampu membaca situasi. "Makasih udah mau nemenin aku makan siang lagi."
Farah melihat ibunya hanya tersenyum samar, kemudian membuka pintu depan mobil. Farah juga akan menyusul ibunya, membuka pintu belakang mobil, ketika Erlang meraih tangannya.
Dengan ekspresi bingung, mata Farah bergantian menatap tangan yang menggenggamnya dan wajah pemilik tangan besar dan hangat itu.
"Makasih banyak, Farah," kata Erlang.
"Makasih, Om." Lalu dengan lirikan matanya ia mengisyaratkan agar Erlang melepaskan genggamannya.
Setelah Erlang melepaskan tangannya, Farah membuka pintu mobil dan keluar. Dan ternyata dirinya disambut oleh tatapan mata ibunya, yang sepertinya menunggunya keluar dari tadi.
* * *
Halo Hanun!
Apa kabar lo? Pas td ketemuan di mall, gw br inget udh lama ga ngobrol sm lo.
Setelah bertemu guru les Ahsan di mall tadi siang, pada malam harinya Farah berinisiatif menghubungi Hanun lagi setelah sekian lama tidak saling berkontak. Hanun adalah adik kelas Farah di kampus. Dulu Farah yang memperkenalkan Hanun kepada Attar untuk menjadi guru les Ahsan, menggantikan Farah yang akan pergi ke Bali.
Tidak ada agenda khusus sebenarnya ketika Farah menghubungi Hanun kembali malam itu. Ia hanya ingin ngobrol dan bergosip saja.
Hanun:
Halo Kak Farah.
Gw sehat Kak. Sehat bgt malah.
Abis perbaikan gizi gw.
Hahaha. #anakKosModeOn
Makasih ya Kak, dulu rekomen gw jd gurunya Ahsan. Prof Attar baik bgt.
Emang baik beliau mah.
Masih byk fans nya di kampus?
Hanun:
Masih lah Kak.
Tp krn skrg beliau udh Prof, jd cewek2 yg mau deketin pd sungkan. Ga seagresif dulu lg.
Hahaha.
Hanun:
Lo apa kabar Kak? Nggak bilang2 udah balik dari Bali. Lagi libur doang atau emang udah di Jkt lg?
Udah di Jkt lg say.
Gw kerja dsni aja. Adik gw kuliah di Bandung. Ibu gw nanti sendirian kl gw tetep di Bali.
Hanun:
Skrg kerja dmn Kak?
Belum kok. Msh interview2.
Eh gmn lo ngajar Ahsan? Lancar kan?
Hanun:
Lancar kok Kak. Kan lo udh ngebekelin gw buku ttg ide2 eksperimen2 sains sederhana. Pokoknya kl dia mulai bosen, gw ajakin eksperimen aja.
Alhamdulillah kl gt.
Dia udh ga bandel lg kan?
Hanun:
Hahaha. Ya namanya anak cowok. Gitu deh Kak. Tp msh bs gw handle lah.
Hari ini Bu Sania
dateng pas lo ngajar?
Hanun:
Iya Kak. Bu Sania jg yg ngajakin gw ikut makan siang bareng td.
Oh ya?
Beliau baik ya sm lo?
Hanun:
Baik Kak. Emang knpa? Kalo sama lo, Bu Sania jahat?
Ga jahat sih. Cm kdg jutek aja.
Sm lo, ga jutek?
Hanun:
Ga jutek kok Kak. Baik2 aja.
Oh gw tau, Kak. Doi jealous kali sm lo.
Hahaha. Ngaco lo.
Ngapain jealous sm gw.
Hanun:
Ya krn lo akrab sm Pak Attar.
Lo jg akrab kan sm Pak Attar?
Hanun:
Akrab jg si. Tp kan kalo gw tomboy.
Dia ga mgkn jealous lah.
Nah kl lo kan cantik Kak.
Hahaha. Makin ngaco lo.
Hanun:
Lha serius Kak.
Ini gw udh bbrp kl ketemu Bu Sania, dia ramah2 aja sama gw.
Dia sering ya ksna?
Hanun:
Hmmm lumayan Kak.
Tp ya wajar aja. Kangen sm Ahsan pasti.
Ohhhh
Hanun:
Kalo liat Bu Sania n Prof Attar tuh couple goals bgt Kak. Bingung gw, knpa mereka bs cerai. Pdhl mereka so sweet bgt loh.
Oh ya? So sweet gmn?
Bukannya sikap Pak Attar tuh dingin ya ke Bu Sania?, pikir Farah.
Hanun:
Ya so sweet gt lah. Gmn ya, gw bingung jelasinnya. Lo emang ga prnh liat mereka ngobrol gt Kak? Akrab n deket gt kan? Gw aja yg nguping berasa mupeng.
Oh atau mereka memang sudah menjadi akrab sekarang? Bagaimana pun ada Ahsan yang mengikat keduanya kan?
Hanun:
Kalo mereka akhirnya rujuk, gw sih ga bakal heran Kak.
Btw, mereka emang udh cerai talak 3 atau br talak 1 sih Kak?
Mana gw tahu.
Ih gue juga ga peduli kalau mereka rujuk, sinis Farah.
"Ngapain jidat kamu nyureng-nyureng gitu, Far?"
Farah tersentak kaget ketika seseorang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya, di sofa ruang tengah.
"WhatApp siapa? Kok kayaknya kesal banget muka kamu?" tanya sang ibu lagi.
Eh? Iya ya? Memangnya wajahnya kelihatan kesal ya? Untung saat itu Farah dan Hanun hanya WhatsApp-an. Kalau mereka saling telepon, mungkin Farah tidak bisa menutupi nada sinisnya juga.
"Oh ini, WAan sama adik kelas Farah, Ma."
"Ngapain? Udah hampir setahun lulus, kamu masih ada urusan yang belum selesai di kampus sama junior-junior kamu?"
"Nggak sih, Ma. Urusan biasa aja. Bukan urusan penting."
Dahi Mama nampak berkerut dalam sesaat. Tapi kemudian normal kembali. Memilih percaya pada penjelasan singkat Farah.
"Kalau kamu lagi nggak sibuk, Mama mau ngobrol, boleh?" tanya Mama.
Farah mengetikkan kalimat penutup percakapan pada Hanun, kemudian meletakkan ponselnya di sampingnya. Ia lalu memiringkan duduknya di sofa itu, hingga kini berhadapan dengan ibunya.
"Ngobrol apa Ma?" tanya Farah. Gesturenya santai, tapi ia tahu ibunya sepertinya akan bicara serius.
"Mama mau tanya. Sebenarnya gimana perasaan Farah sama Om Erlang?"
Ketika memutuskan untuk membantu Erlang memperbaiki hubungan dengan keluarganya, Farah tahu, suatu saat ibunya akan menanyakan hal ini. Karena, bukankah sangat aneh jika seorang gadis yang sudah ditiduri hingga hamil dan akhirnya keguguran, tapi malah masih membela lelaki yang menghamilinya dan masih membantunya memperbaiki hubungan?
"Farah bener nggak ada perasaan sama Om Erlang?" tanya Mama. "Kata Faris, Farah sebenarnya cinta sama Om Erlang? Apa karena itu Farah berusaha mendekatkan dia lagi ke Mama dan Faris? Supaya Mama dan Faris merestui kalian? Dia berhasil meyakinkan kamu untuk nikah sama dia? Kamu mau nikah sama dia?"
Pertanyaan Mama yang beruntun, dengan intonasi yang penuh emosi ini bukan hanya membuat Farah kewalahan memilih pertanyaan mana yang akan dijawab lebih dulu, tapi juga membuat Farah terkesiap.
Sebenarnya bagaimana perasaanya pada Erlang?
* * *
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top