5.
Sore itu Farah sedang bersantai nonton TV setelah selesai memasak makan malam, ketika tamu tak terduga datang ke rumahnya.
"Kak Farah! Kak Faris! Assalamualaikum!" sapa sebuah suara nyaring dari arah pintu masuk yang memang sedang terbuka.
Farah segera melongokkan kepala ke pintu masuk, dan ketika melihat tamunya ia bangkit dengan ekspresi kaget sekaligus antusias.
Faris yang sedang berada di atas tangga di ruang tamu, mengganti salah satu lampu gantung di ruang tamu, menghentikan kegiatannya. Ia menunduk, melihat pada sang tamu, dan tersenyum semringah.
"Hai Ranger Biru!" sapa Faris. "Waalaikumsalam. Masuk!"
"Thank you, Red Ranger!"
Farah spontan tertawa mendengar Faris dan si Ranger Biru saling bersapa.
"Bentar ya, Ahsan, Pak Attar. Saya nanggung, lagi ganti lampu. Masuk dulu, Pak," kata Faris.
"Makasih," kata Attar.
Farah menghampiri kedua tamu tersebut. "Kok Bapak dan Ahsan nggak ngabarin mau dateng?" tanyanya ketika sudah tiba di depan pintu ruang tamu. Ia lalu meraih tangan Ahsan dan menggandengnya untuk masuk. Attar mengikuti mereka, pun saat Farah dan Ahsan duduk di sofa ruang tamu, Attar ikut duduk di sisi sofa yang berseberangan.
"Papa udah ngabarin kan?" Ahsan bertanya kepada sang ayah dengan wajah bingung.
Tapi alih-alih Attar, malah Faris yang menjawab, "Papa udah WA kak Faris kemarin, San. Kak Faris aja yang lupa bilang ke Kak Farah."
Farah menatap adik dan mantan dosennya itu bergantian, sesaat. Sejak kapan mereka jadi dekat dan saling berbalas pesan?, pikir Farah. Biasanya kan Attar menghubungi Farah kalau ia mau datang berkunjung. Tapi kenapa sekarang menghubungi adiknya?
"Kak Faris jadi pindah besok?" tanya Ahsan, menengadah, menatap Faris yang masih di atas tangga saat mengganti lampu.
"Jadi, San," jawab Faris.
"Udah beres packing?" Kali ini Attar yang bertanya.
"Beres, Pak," jawab Faris.
"Besok jadinya naik travel dari mana?"
tanya Attar lagi. Sebelumnya Faris memang pernah cerita bahwa ia tidak naik kereta api untuk ke Bandung.
"Nggak jadi naik travel, Pak. Jadinya besok dianter Om Erlang. Mbak Farah yang usul supaya diantar Om Erlang aja. Karena bawaan saya lumayan banyak."
Farah terkesiap di tempat duduknya. Duh ngapain sih Faris cerita tentang Om Erlang segala, gerutu Farah. Memang benar, Farah yang mengusulkan agar Faris menerima penawaran Erlang untuk mengantarnya pindahan ke Bandung. Selain karena bawaan Faris yang banyak sehingga akan repot kalau naik kereta atau travel, juga agar Mama dan Farah bisa ikut mengantar ke Bandung dan membantu Faris beres-beres kosnya. Selain itu, Farah mengusulkan hal itu agar hubungan Erlang dengan Faris dan Mama kembali hangat.
Tapi kan nggak perlu cerita ke Pak Attar, keluh Farah dalam hati. Gimana kalau Pak Attar nggak suka mendengar cerita tentang Om Erlang?
"Oh iya. Betul itu sarannya. Mama dan Mbak Farah bisa sekalian bantuin kamu pindahan kan, Ris, kalau ada yang mengantar."
Eh? Barusan itu Attar yang bicara? Kok sama sekali tidak terlihat kesal atau tidak suka? Wajahnya juga santai saja dan tersenyum. Apakah sekarang Attar tidak lagi menganggap Erlang sebagai saingan? Apa itu berarti Attar sudah tidak tertarik lagi pada Farah?
Farah belum selesai dengan keheranannya ketika ia mendengar suara nyaring Ahsan.
"Halo Tante!" sapa Ahsan, ceria, ketika melihat seorang perempuan masuk ke ruang tamu.
"Halo Ahsan ganteng!" sambut ibu Farah dengan ceria.
Ahsan bangkit dari duduk dan melangkah ceria menghampiri Mama, lalu mencium tangannya. Mama menyambutnya dengan mengacak rambut Ahsan pelan.
"Pak Attar," sapa Mama ramah ketika ia menggandeng Ahsan kembali ke sofa di ruang tamu.
"Bu," Attar membalas sapaan Mama sambil menganggukkan kepala dengan sopan. "Sehat, Bu?"
"Alhamdulillah, Pak," jawab Mama. "Pak Attar dan Ahsan juga sehat kelihatannya."
"Alhamdulillah, Bu," jawab Attar. "Ini si Ahsan minta ketemu Kak Faris sebelum Kak Faris sekolah jauh katanya."
Mama mengelus kepala Ahsan. Sementara Faris, masih sempat-sempatnya mengejek.
"Duh, jadi terharu. Akhirnya ada juga yang mau ketemu saya. Kirain yang dikangenin cuma Kak Farah aja." Saat itu Faris menunduk sesaat dari tangganya. Tapi alih-alih menatap Ahsan, Faris malah melirik Farah dan Attar bergantian.
Farah mendelik pada Faris. Sementara Attar tenang saja menanggapi. Dan Ahsan tertawa.
"Sini turun, Ris!" panggil Ibu. "Disamperin Ahsan, kamu malah sibuk benerin lampu. Nanti aja ganti lampunya."
"Iya, Ma. Tanggung ini. Besok-besok Faris nggak disini, siapa yang mau manjat ganti lampu? Jadi sebelum Faris pergi, semua lampu yang mulai redup, Faris ganti aja lah."
Farah terkesima mendengar kata-kata Faris. Ternyata adiknya yang dulu selalu semaunya sendiri, sekarang sudah berubah jadi pemuda yang sangat perhatian pada keluarga. Meski gayanya tetap tengil, nyebelin dan ngajak berantem terus, ternyata Faris cukup bertanggung jawab.
Faris turun dari tangga setelah selesai mengganti lampu di ruang tamu.
"Ahsan, Pak Attar, bentar ya. Saya ganti 2 lampu lagi di dapur dan teras belakang. Cepet kok," kata Faris sambil bersiap menggotong tangga lipatnya.
"Iya Kak. Aku main dulu sama Kak Farah," kata Ahsan.
"Saya bantuin deh, biar cepet," kata Attar sambil bangkit dari duduknya.
"Eh nggak usah Pak!" pekik Faris, bersamaan dengan Mama dan Farah yang juga berkata, "Jangan, Pak!"
Attar tertawa melihat respon spontan ketiga orang tuan rumah itu. "Saya belum tua-tua amat, bahkan untuk naik genteng kok," kata Attar. Kemudian ia menggiring Faris untuk masuk ke dapur.
"Tante hari ini bikin kue apa?" tanya Ahsan, sepeninggal ayahnya.
"Eh?" Perhatian Mama dan Farah teralihkan dari sosok Attar yang masuk lebih jauh ke rumah mereka. "Tante nggak bikin kue hari ini, San. Tapi tadi Tante goreng lumpia. Mau?"
"Mau!" jawab Ahsan bersemangat.
"Oke. Tante ambilin ya."
Mama Farah meninggalkan Farah dan Ahsan beberapa saat untuk mengambilkan lumpia dan minuman untuk Ahsan dan ayahnya.
"Ahsan sering kesini, selama Kak Farah di Bali?" tanya Farah.
Melihat keakraban Ahsan dan Faris, Farah menduga mereka sudah beberapa kali bertemu.
"Hmmmmm," Ahsan mengerutkan kening. "Pas lebaran dan pas liburan sekolah. Waktu aku dapet ranking 1 kan Papa udah janji mau ngajak Ahsan main ke Bali ketemu Kak Farah. Eh tapi Papa ada tugas mendadak ke luar negeri. Jadi pas lagi bosen di rumah, Ahsan ngajak Mbak Wati kesini supaya bisa main sama Kak Faris. Seru banget deh!"
Farah sudah mendengar Attar membatalkan kedatangannya ke Bali waktu itu, padahal Farah dan Ahsan sudah menunggu-nunggu untuk saling bertemu. Tapi baru saat itu Farah mendengar bahwa saat itu Ahsan justru pergi mendatangi adiknya.
"Kue-kue buatan Tante juga enak-enak. I like to be here!"
Farah meresponnya dengan tawa.
Beberapa saat kemudian Mama keluar ke ruang tamu sambil membawa piring berisi beberapa lumpia dan dua gelas minuman untuk Ahsan dan ayahnya.
Tapi belum sempat Mama mempersilakan Ahsan mencicipi lumpianya, Farah mendengar seseorang mengucap salam dari arah pintu masuk.
"Assalamualaikum, Farah, Mbak," sapa orang itu di depan pintu. "Aku tadi abis dari restoran, sekalian mampir kesini. Boleh masuk?"
Duh Gusti!, keluh Farah. Ia ingin mempersilakan tamu itu masuk, sehingga bisa makin sering bertemu Mama dan Faris, agar hubungan mereka membaik. Tapi kenapa orang ini mesti datang sekarang sih? Kalau Pak Attar nggak suka, gimana? Kalau suasana jadi canggung, gimana? Kalau gara-gara orang ini, Pak Attar jadi langsung mengajak Ahsan pulang, gimana?
* * *
Ya kalo Pak Attar mau pulang, biarin aja sih Far. Kan bukannya situ emang lbh peduli sm Om Erlang drpd sm Pak Attar?
Iya kan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top