30. END

Ya Allah, saya terharu banget sama dukungan Kakak2, baik di KK maupun vote n komen di WP. Makasih byk ya Kakak2.

Ini adalah bab terakhir cerita ini. Dan sengaja dipublish setelah buka puasa karena..... khawatir bikin pengen buru2 buka puasa. Hahaha.

Enjoy Kak!
Komen yg rame yaaaa.

* * *

#Laskar Pak Ardi#

Rully: Anjir bener si Farah ini! 
Rully: Diem2 bae, taunya ngegebet profesor!

Indah: Itu td kondangan apa conference si? Isinya profesor semua.

Wisnu: Capek gue. Kondangan tuh harusnya cuma salaman sama pengantin aja. Tadi gue ga brenti2 salaman sama dosen2.

Wanda: Hahahaha. 
Wanda: Brp byk si undangannya Far?

Indah: Lo tanya juga kagak bakal dijawab skrg, Sis. Lagi stres mau belah duren dia. 
Indah: Udah lulur, udah ratus kan Far?

Rully: Ratus apaan sih? Tikus?

Indah: Hah? Kok tikus?

Wisnu: Rul, diem deh! Ngakak gue baca bacot lo. Yg tikus itu rattus. Bukan ratus.

Rully: Trus ratus itu apa?

Wisnu: Aelah elu. Sok suhu, tnyta cupu!

Wanda: Emang kamu tau ratus tu apa, Yang? 
Wanda: Byk pengalaman ya kamu.

Rully: Mampus si Wisnu! 
Rully: Kukira suhu, tnyta takut bini. Wkwkwkwk.

Indah: Wkwkwk. 
Indah: Btw, lupa gw. Sbnrnya Farah kagak perlu ratus segala sih. Pak Attar udah bucin gitu.

Rully: Tahu dr mana Pak Attar udh bucin?

Wanda: Ckckckck Rul, Rul! Pegimane mau gebet cewek kalo lo ga sensitif memahami cewek? 
Wanda: Dari mas kawinnya aja udah ketahuan Pak Attar bucinnya Farah.

Indah: 100 gram emas, Cin! Gw jg mau dong dihalalin sm yg ky gini.
Indah: Trus resepsinya adat Jawa. Pdhl Pak Attar kan orang Arab. Tp resepsi td kagak ada nuansa2 arabnya. Nuansa arab cuma di kebab doang. Berarti kan doi nurut bgt sm Farah. 
Indah: Far, please, lo pake pelet apa? Gw mau dong!

Rully: Seriusan ini si Farah, kagak bales2. Emang pulang resepsi, udah langsung?

Wanda: Lagi pemanasan kali. Biar ga lecet. Kan katanya kalo orang Arab, gede.

Wisnu: Apanya yg gede, Yang? -__-

Wanda: Kemauannya.

Rully: Wkwkwkwk

Indah: Wkwkwkwk

Rully: Tp bener jg si Wanda. Pasti butuh pemanasan sih itu. Kan udh lama menduda. Mgkn udh karatan krn lama ga diasah kan.

Wisnu: Anjirrrr Rul!!!! 
Wisnu: Kasian Farah. Bisa infeksi kl bener karatan.

"Apanya yang infeksi?"

"Itu___" Farah sontak berdiri. Ponsel terlepas dari tangannya saking kagetnya. "Astagfirullah Pak!" bentak Farah, saking kagetnya.

Tanpa suara, Attar muncul dari balik punggung Farah yang sedang asik terkikik membaca chat teman-temannya di grup bimbingan skripsinya dulu. Dan mendengar pertanyaan Attar tadi, Farah ngeri membayangkan seberapa banyak yang sudah berhasil dibaca Attar sebagai hasil mengintip.

Dengan cekatan Farah mengambil ponselnya yang terjatuh di kasur. Tapi Attar ternyata bergerak lebih cepat. Ia sudah lebih dahulu mengambil ponsel itu.

Ponsel itu masih menampilkan chat dari grup Laskar Pak Ardi, membuat Attar tidak ragu untuk membacanya.

"Karatan?!" gumam Attar kesal.

"Pak, balikin sini hape saya!"

Farah merentangkan tangannya untuk meraih ponselnya. Tapi Attar dengan cepat mengangkat tangannya. Karena tubuhnya yang lebih tinggi daripada Farah, maka pada saat Attar mengangkat tangannya tinggi, Farah tidak bisa meraih ponsel itu.

"Lama nggak diasah?!" desis Attar. Wajahnya makin muram, ketika menengadah membaca tulisan di layar ponsel itu.

"Pak!!!" bentak Farah dengan wajah merah. Dia bukan marah. Tapi malu.

Tadi selepas sholat Isya berjamaah, Attar masuk lagi ke kamar mandi. Saat itulah Farah memanfaatkan waktu untuk membuka WAnya yang penuh karena sejak siang tidak dibuka, saking hecticnya dengan persiapan akad nikah dan resepsi.

Grup laskar Pak Ardi adalah salah satu grup dengan jumlah chat terbanyak. Padahal grup itu sudah vakum selama 2 tahun sejak mereka lulus. Mereka hanya saling bertukar gosip dan info lowongan kerja sesekali saja. Tapi hari itu WAG tersebut kembali aktif, dengan jumlah pesan tak terbaca mencapai 500 pesan, padahal anggotanya hanya 5 orang. Hal itu membuat Farah penasaran. Ternyata isinya ghibahan tentang dirinya. Farah menyesal, saking asiknya membaca grup itu, Farah sampai tidak sadar suaminya sudah keluar dari kamar mandi dan berdiri dibalik tubuhnya, mengintip isi grup tersebut.

"Bucin?"

"Pak! Udah sih! Sini balikin!"

"Aduh, Far! Jangan dorong! Ati-ati. Saya bisa jatuh ini!"

"Makanya, balikin Pak! Sini aaahhhh!"

"Eh! Ad-aduh!!!"

Dengan nafas terengah akhirnya Farah berhasil merebut ponselnya.

"Bapak ih! Iseng banget! Kan malu!" protes Farah sambil memukul dada Attar.

Tapi Attar tidak balik protes. Ia hanya memandang istrinya dengan tatapan tajam.

"Farah malu kalau saya baca chat teman-teman Farah yang geblek itu?" tanya Attar dengan suara berat. "Tapi nggak malu duduk di atas perut saya begini?"

"Hah?!"

Astaga! Farah malu banget!!! Dia baru sadar, bahwa saat berusaha merebut ponselnya tadi, ia sampai mendorong Attar hingga jatuh ke kasur. Dan dia bahkan tidak sadar bahwa dirinya ikut terjatuh bersama Attar dan duduk di atas perut pria itu. Fokusnya tadi hanya kepada ponselnya.

Bergegas Farah turun dari atas tubuh Attar. Tapi lelaki itu menahan pinggulnya, hingga Farah tidak bisa berkutik.

"Ini belum karatan. Farah nggak perlu takut infeksi."

Farah sudah tidak tahu lagi bagaimana penampakan wajahnya saat ini. Pasti sudah merah sekali seperti tomat busuk.

Sialan itu bocah-bocah Laskar!, rutuk Farah.

Farah menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Astaga! Dia ingin pulang kampung saja rasanya.
Tapi dia ingat, sudah tidak punya kampung.
Sejak eyangnya meninggal, ia tidak pernah mudik lagi ke kampung halaman ayahnya. Sementara, meski keturunan etnis Jawa, ibunya lahir di Jakarta sehingga tidak punya kampung halaman.

Gemas dengan sikap istrinya, Attar meraih kedua tangan yang menutupi wajah cantik itu, kemudian memaksa membukanya. Kontan, Farah menunduk, tidak berani memandang wajah Attar.

Farah menjerit kaget ketika Attar duduk, hingga Farah nyaris terjengkang. Tapi Attar menahan punggungnya dengan baik sehingga Farah tidak terguling.

Saat kesadarannya kembali, Farah terkejut dengan posisinya yang sangat tidak sopan. Kini ia sudah duduk berhadapan dengan Attar, dengan posisi yang sangat dekat. Attar membuka kedua kakinya yang berselunjur, sehingga Farah duduk tepat diantaranya dengan kedua kaki menekuk di sisi kanan dan kiri paha Attar.

Karena perubahan posisi yang tiba-tiba, gaun tidur Farah tersingkap hingga ke pangkal paha. Ia tidak tahu sejak kapan tangan hangat dan besar Attar sudah berlabuh di kedua pahanya, tapi tangan itu kini mulai bergerak membelai. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat kedua pangkal paha mereka saling bertemu, dan Farah dikejutkan oleh sesuatu.

Kan katanya kalo orang Arab, gede.
Kombinasi WA Wanda dan belaian di pahanya, membuat bulu kuduk Farah meremang.

Telapak tangan Attar yang hangat dan besar berpindah dengan cepat dari paha menuju pinggul dan punggung Farah. Membuat Farah menahan nafas.
Attar kemudian mendekatkan wajahnya kepada istrinya. Lalu mulai menyusuri telinga, leher, bahu, selangka. Membuat Farah memejamkan matanya. Ketika akhirnya bibir Attar  menguasai bibirnya, Farah merasa nyaris pingsan.

Farah terkejut dengan dirinya sendiri karena secara instinctive mampu mengimbangi gerakan bibir Attar. Ia merasa nyaris akan pingsan ketika tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.

"Pa! Kak Farah!"

"Mas Ahsan, jangan! Papa dan Kak Farah udah tidur."

"Nggak kok Mbak. Biasanya Papa jam segini masih kerja. Kasian Kak Farah sendirian. Ahsan mau nemenin Kak Farah."

"Mas Ahsan___"

"Papa! Kak Farah!"

Attar menggeram berat saat kedua telapak tangannya menarik bokong Farah merapat. Membuat Farah juga terkesiap karena merasakan sesuatu makin merangsek nekat.

"Papa! Kak Farah!"

"Mas Ahsan, yuk bobo sama Mbak Wati aja yuk."

"Nggak mau! Papa! Kak Farah!"

Tangan Attar berpindah ke dada Farah.

"Pak hhh..." Farah mendesah. "... Ahsan..."

"Biarin aja... hhh...nanti juga pergi."

Tapi bahkan hingga Attar berhasil merebahkan Farah di bawah tubuhnya, ketukan di pintu tidak juga berhenti.

"Sial!"

Attar memaki frustasi kemudian berguling turun dari tubuh Farah. Penampilan Farah terlihat acak-acakan, dan nafasnya terengah, meski gaun tidurnya masih utuh.

"Bisa tolong buka pintu, Sayang?" pinta Attar.

Farah ragu. Dengan penampilannya seperti ini? Menemui Ahsan?

"Sorry, aku nggak bisa buka pintu," kata Attar menyesal. Ia melirik ke pangkal kakinya. Membuat Farah terkejut sekaligus menahan tawa.

Dengan cepat Attar menutup dirinya dengan selimut ketika Farah akhirnya setuju untuk membuka pintu. Perempuan itu merapikan penampilannya terakhir kali sebelum membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka, Ahsan langsung memeluk Farah.

"Maaf, Mbak. Susah bujuk Mas Ahsan," kata Wati, tampak salah tingkah melihat penampilan Farah.

"Nggak apa, Mbak Wati," jawab Farah, salah tingkah juga. "Nanti Farah yang anter Ahsan ke kamarnya. Mbak Wati istirahat aja."

Tapi begitu pintu tertutup, Ahsan langsung melesat dan melompat ke kasur. "Ahsan mau tidur disini sama Kak Farah!" katanya girang.

Ia kemudian masuk ke dalam selimut, tepat di sisi Attar. Menempatkan dirinya di tengah-tengah antara kasur Attar dan kasur Farah.

Attar dan Farah saling bertatapan, ngeri.

"Papa malam ini nggak kerja, San. Jadi Kak Farah nggak tidur sendirian," kata Attar dengan suara berat. "Ahsan bobo di kamar aja ya. Biar Papa yang nemenin Kak Farah."

"Nggak mau! Ih Papa curang! Ahsan juga mau bobo sama Kak Farah lah."

Farah dan Attar kembali saling berbalas tatap, makin ngeri.

"Papa ih gede banget! Pasti nahan pipis deh. Sana gih pipis dulu sebelum tidur. Nanti ngompol! Ahsan nggak mau ya dituduh masih ngompol, padahal Papa yang ngompol."

* * * SELESAI * * *



Terima kasih banyak atas dukungan Kakak2 selama ini untuk cerita ini. Baik dsni atau di KK.

Inti cerita ini berakhir disini. Yang jelas udah happy ending ya. Jadi ga ada yg protes lg bhw ceritanya gantung. Hehehe.

Tapi masih akan ada 4 bab ekstra yang hanya tayang di KK. Semoga Kakak2 terus mendukung.

Sampai jumpa di cerita berikutnya "Eugenia: Healing Flos" yang akan dipublish tiap hari selama bulan puasa ini.

Love,
Farah-yg-tak-lg-tertjakiti

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top