36. Hitam-Putih
Beberapa tahun sebelumnya...
Dengan kepala rebah di paha Sofi, Attar melepas kacamatanya lalu membersihkan sisa air dari sisi matanya. Ia meletakkan kacamatanya di meja di samping sofa, lalu kembali memandang wajah Sofi yang berada di atasnya.
"Wajah kamu kabur... " kata Attar sambil membelai pipi Sofi.
"Makanya jangan mabok siang-siang, Bang."
"Aku sayang Sofia," jawab Attar, nggak nyambung.
"Aku juga sayang Abang."
"Aku cinta Sofia."
"Aku juga."
"Aku nggak mau pisah sama Sofia... "
Tangan Attar meraih kepala Sofi yang berada di atasnya. Perlahan dan lembut ia menarik kepala Sofi mendekat.
"Sekarang aku bisa lihat wajah Sofia dengan jelas..." kata Attar ketika jarak wajah mereka tinggal 5 cm. Sofi bisa merasakan nafas Attar di wajahnya. Membuat bulu kuduknya meremang. "Sofia cantik..."
Lalu Attar mencium bibir Sofi. Sofi menutup matanya dan membalas ciuman Attar. Berbeda dengan ciuman mereka sebelumnya, kali itu Sofi bisa mencecap dan merasai alkohol dari mulut Attar. Barangkali itu yang membuatnya merasa mabuk kepayang.
Ciuman manis itu terus berlanjut dan berubah menjadi lebih menuntut. Perlahan Attar bangkit dari posisinya yang rebah di pangkuan Sofi, tanpa melepaskan bibir Sofi sedetikpun. Lalu tanpa disadari Sofi, kini Sofi sudah rebah di sofa, berada di bawah kungkungan Attar.
Ciuman Attar tidak lagi hanya di bibir dan wajah Sofi, tapi sudah turun hingga ke leher gadis itu. Tangan Attar mulai menjelajah memasuki blouse yang Sofi pakai dan mengelus kulit perut dibalik blouse itu. Membuat Sofi merasa makin panas dan mendesah.
Bersusah payah Sofi mengumpulkan kewarasannya. Dan ketika tangan Attar mulai membuka kancing blousenya, Sofi dengan cepat menghentikannya.
"Jangan, Bang!" kata Sofi, dengan nafas terengah.
* * *
Attar bukan orang dengan masa lalu yang bersih dalam hal percintaan. Sebelum menikah dengan Sania, dia punya 9 orang mantan pacar, termasuk Sofia. Di masa mudanya, ia adalah orang yang mengekspresikan kasih sayang dengan sentuhan, sehingga berciuman, berpelukan bahkan bermesraan adalah sesuatu yang biasa baginya. Bahkan saat bersama Sofia, ia hampir melampaui batas. Jika saja seseorang tidak datang menyelamatkan Sofia, barangkali rekam jejak Attar sebagai dosen tidak sebersih sekarang.
Itu mengapa setelah segala pengalaman dan kesalahan yang pernah dilakukannya, Attar mendewasa dan lebih bijak dalam menilai hal-hal yang bagi orang lain sudah jelas hitam dan putihnya.
Bagi banyak orang, seks pra-nikah adalah dosa. Dalam agama, itu sudah jelas. Dan bagi banyak orang, pelakunya sudah jelas pendosa dan layak dianggap kotor. Tapi bagi Attar yang pernah hampir terperosok pada dosa yang sama, ia belajar memahami bahwa ada hal-hal yang kadang tidak bisa secara sederhana kita hakimi sebagai hitam dan putih. Apakah karena perbuatan sex pra-nikah adalah dosa, lalu pelakunya tidak layak memperbaiki hidupnya?
Itu mengapa, meski dirinya kecewa dengan Farah, Attar mencoba memahami gadis itu. Meski yang terjadi pada Farah bukan kasus pemerkosaan, tapi gadis itu tampak menyesalinya. Dan bagi Attar, hal itu sudah cukup untuk memberi dirinya alasan untuk menerima gadis itu.
Jadi saat Farah menanyakan mengapa dirinya mau menerima gadis itu, padahal gadis itu merasa tidak layak untuk diterima oleh siapapun, Attar tidak kesulitan menemukan alasannya.
"Karena saya pernah hampir melakukan kesalahan yang sama," jawab Attar tenang. "Saya hanya sedikit lebih beruntung daripada Farah sehingga tidak jadi menyesal. Jadi, kalau masalah itu yang membuat Farah merasa tidak layak, itu sama sekali bukan masalah buat saya."
Di sisi lain, Farah makin bingung dengan jawaban Attar. Dia makin tidak mengerti, orang seperti apa dosennya ini. Waktu dirinya ketahuan hamil, lelaki ini bersedia bertanggung jawab untuk sesuatu yang bukan tanggung jawabnya. Farah kira, itu hanya rasa kasihan karena Attar mengira dirinya sebagai korban pemerkosaan. Tapi bahkan setelah dosennya itu tahu bahwa Farah bukan korban pemerkosaan, kenapa lelaki itu tetap bersedia bertanggung jawab? Sekarang, bahkan ketika bayi itu sudah tidak ada lagi dan Farah memutuskan untuk pergi, kenapa lelaki itu malah ingin menunggunya?
Kamu pikir masih ada laki-laki yang mau nikah sama kamu di masa depan, setelah kamu nggak perawan lagi?
Ketika Farah menyetujui kebenaran kata-kata ibunya bahwa dirinya tidak layak lagi dicintai, kenapa laki-laki ini justru ingin menunggunya? Laki-laki seperti apa sebenarnya Pak Attar ini? Kenapa bisa sebaik ini?
"Apa ini supaya Bapak bisa kembali rujuk sama mamanya Ahsan?" tanya Farah akhirnya, mengemukakan rasa penasarannya.
Karena baginya, tidak masuk akal jika lelaki sebaik, setampan, semapan Pak Attar mencintai mahasiswa biasa, dengan masa lalu rusak, seperti dirinya.
Farah melihat kerut di dahi Attar. "Maksudnya?"
"Bapak hanya bisa rujuk dengan Mamanya Ahsan kalau Bapak atau Ibu menikah lagi dengan orang lain, kemudian bercerai kan?" tanya Farah, hati-hati. "Apa Bapak berencana bersama saya untuk beberapa waktu lalu berpisah, supaya bisa rujuk dengan Ibu?"
Hanya itu satu-satunya alasan yang masuk akal yang terpikir oleh Farah.
Attar sempat bengong selama beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab dengan wajah kesal. "Ngaco kamu! Kamu pikir saya orang yang manipulatif seperti itu?!"
Farah mengkerut di tempat duduknya. Sepertinya ia sudah salah bicara atau salah menuduh. Sepertinya ia sudah menyinggung perasaan dosennya itu.
"Maaf, Pak," kata Farah buru-buru. "Maaf kalau prasangka saya menyinggung Bapak. Saya cuma.... nggak ngerti kenapa Bapak..."
"Kan saya sudah bilang, saya tertarik sama kamu. Itu kalau istilah mencintai dirasa terlalu terburu-buru buat kamu."
Kata-kata Attar terdengar makin tidak masuk akal bagi Farah.
"Saya nggak akan rujuk dengan mamanya Ahsan."
Farah makin bingung.
"Saya nggak minta kamu menjawab sekarang. Saya tahu kamu masih menyukai om kamu itu sekarang. Saya hanya tanya, apa kamu memperbolehkan saya menunggu? Selama masa itu, barangkali kamu menyadari bahwa perasaan kamu terhadap om kamu itu cuma rasa kagum? Atau barangkali kamu nantinya berhasil melupakan dia dan mempertimbangkan saya? Kamu punya waktu yang banyak untuk memikirkannya."
"Tapi... saya bukan orang yang layak ditunggu, Pak."
"Kenapa?"
"Saya sudah...rusak. Orang seperti Bapak harusnya bersama perempuan baik-baik."
"Rusak?" tanya Attar mengernyit tidak suka. "Hanya karena kamu sudah tidak perawan lagi? Saya juga bukan perjaka lagi. Saya seorang duda, dengan seorang anak. Barangkali maksud kamu, saya yang nggak pantas buat perempuan muda seperti kamu."
"Bukan, bukan gitu maksud saya, Pak," sergah Farah buru-buru.
Attar menghela nafas. Dia sadar, pengakuannya terlalu terburu-buru. Dan Farah pasti merasa dirinya sudah terlalu tua. Jadi meski menyakitkan, Attar dapat memahami keputusan gadis itu.
"Sudah, jangan dipikirkan," kata Attar akhirnya. "Kalau pengakuan saya membebani, tidak perlu dipikirkan. Lupakan saja. Saya ngerti kalau Farah tidak bisa menganggap saya lebih dari dosen Farah."
Meski Pak Attar mengijinkan Farah untuk melupakan pengakuan barusan, mengapa Farah tidak merasa hatinya jadi lega? Kenapa suara miris Pak Attar terasa menyakiti hatinya?
"Saya pikir itu ide bagus kalau kamu mau pergi menjauh sementara waktu. Setelah beberapa waktu, pikiranmu juga bisa lebih fresh untuk memulai kembali dari awal," kata Attar kemudian. "Saya mengerti kamu tidak ingin saya menunggu. Jadi lupakan saja kata-kata saya tadi. Jangan sampai kamu terbebani. Tapi saya cuma mau kamu tahu, hanya karena satu kesalahan di masa lalu, kamu tidak lantas jadi rusak, tidak layak atau tidak berharga. Semua orang berhak atas kesempatan kedua. Dan kamu lebih dari layak untuk mendapatkan laki-laki yang baik. Saya yang nggak cukup baik buat kamu."
"Pak...bukan gitu... "
"Sudah," potong Attar tenang. Bagi Farah, itu ketenangan yang menyesakkan. "Saya ngerti."
"Bapak nggak ngerti!" balas Farah. Hatinya makin merasa tidak enak. "Saya bukan cari-cari alasan, Pak. Saya bahkan nggak yakin apa saya masih pantas buat lelaki manapun."
Dahi Attar kembali mengkerut.
"Karena kehamilan ektopik kemarin terlambat terdeteksi, tuba falopi saya cedera parah. Dokter sudah mengatasinya, dan nggak masalah lagi sekarang. Tapi dokter juga bilang, hanya dengan 1 tuba falopi yang saya punya sekarang, kemungkinan saya memberikan keturunan bagi siapapun suami saya nanti akan lebih kecil...."
Kini mata Attar membulat.
"Bapak selama ini baik banget sama saya. Makanya saya benar-benar berharap Bapak mendapat perempuan lain yang lebih baik dan lebih sempurna. Ini bukan sekedar alasan saya untuk mengelak Pak. Saya tulus mendoakan Bapak."
* * *
Second lead memang tercipta untuk ditolak #authorKejam
* * *
Bagi yang pengen ngelihat Pak Attar di masa2 playboynya, bisa mampir ke lapak sebelah: Formulasi Rasa.
* * *
1400 vote spy bisa double update, kira2 bisa ga yha?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top