25. Nanas (2)
Farah duduk di kursi, berhadapan dengan Attar, dibatasi meja kerja lelaki itu. Ia menunduk menunggu kemarahan yang akan diledakkan lelaki itu. Ia tidak tahu apa kesalahannya hingga lelaki itu tadi tiba-tiba membentaknya, di kantin, di depan banyak orang.
Biasanya Farah tidak sepasif itu. Ia bisa saja bertanya "ada apa Pak?". Tapi kali itu Farah diam saja menunggu. Karena dirinya sudah terlalu malu bertemu dengan Attar. Terakhir kali mereka berpisah, lelaki itu mengetahui kondisinya yang memalukan.
"Kenapa kemarin sore kamu nggak datang mengajar Ahsan?" tanya Attar setelah beberapa detik berlalu.
"Eh?" Farah refleks mengangkat kepalanya. Dan saat itu matanya bertemu dengan mata Attar. Lalu hanya dua detik, Farah kembali menunduk. "Maaf, Pak," jawab Farah lirih.
Rabu sore biasanya Farah memang datang untuk mengajar Ahsan. Tapi setelah Attar mengetahui aibnya hari Minggu lalu, Farah rasanya tidak punya wajah lagi untuk bertemu dengan dosennya itu.
"Saya bukan nyuruh kamu minta maaf," kata Attar dingin. "Saya tanya, kenapa kamu kemarin nggak datang mengajar?"
Terbiasa dengan sikap ramah Attar, sikap lelaki itu kali ini membuat hati Farah sedih.
"Saya... malu ketemu Bapak..." jawab Farah pelan. Kepalanya makin menunduk.
"Jadi karena malu, kamu lepas tanggung jawab dan melarikan diri?" tanya Attar.
Farah makin menunduk. Dia tahu bahwa yang dibicarakan Attar adalah tentang melarikan diri dari tanggung jawabnya sebagai guru Ahsan. Tapi kenapa dirinya merasa tersindir dalam hal lain juga?
"Setidaknya kamu harus bertanggung jawab mengajar Ahsan sampai dia selesai ujian bulan ini. Setelah itu, kalau kamu tetap mau pergi, kamu harus mencarikan guru pengganti"
Farah mengangguk kecil.
"Jangan melarikan diri tanpa kabar dan tanpa pamit. Bikin orang khawatir."
Khawatir?
"Jadi hari Minggu nanti kamu datang lagi untuk mengajar Ahsan kan?"
"Baik, Pak."
"Jangan salah paham. Kamu nggak perlu malu sama saya. Saya toh nggak peduli sama masalah pribadi kamu."
Farah mengangguk. Tanpa dipertegaspun, Farah tahu bahwa yang dipedulikan lelaki itu adalah pendidikan anaknya.
Setelah beberapa saat, Attar kembali diam. Ruangan itu kembali hening. Jadi Farah pikir dosennya itu sudah selesai bicara dan ini waktunya dirinya pamit.
Tapi baru saja Farah akan membuka mulut untuk pamit, Attar kembali bicara.
"Apa kamu sudah ke dokter kandungan?"
Itu bukan jenis pertanyaan yang diharapkan Farah. Padahal dia sudah berharap Attar tidak akan mengungkit hal itu ketika lelaki itu bilang tidak peduli pada masalah pribadinya.
"Belum, Pak," jawab Farah pelan.
"Dokter kemarin cuma menjelaskan hasil pemeriksaan hCG. Kamu harus ke dokter kandungan untuk memastikan apakah kamu benar hamil atau tidak."
Perlahan Farah mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap wajah dosennya. Ternyata lelaki itu sedang memandangnya lekat.
"Apa masih ada kemungkinan saya nggak hamil, Pak?" tanya Farah takut-takut.
"Ada beberapa kasus positif palsu."
Pupil mata Farah melebar. Apa itu berarti masih ada kemungkinan dirinya tidak hamil? Tapi bagaimana ia harus memastikannya? Haruskah ia ke dokter kandungan? Bukankah itu akan sangat memalukan bagi gadis yang belum menikah untuk memeriksakan kehamilannya?
Di sisi lain, Attar sempat berharap Farah akan menolak hasil pemeriksaan tersebut dan menyatakan bahwa sang dokter pasti salah diagnosa karena gadis itu tidak pernah melakukan hal itu. Tapi alih-alih menyangkal, gadis itu malah terlihat ketakutan dengan diagnosa sang dokter. Bukankah itu berarti gadis itu memang pernah melakukan hal itu dengan pacarnya? Dan itu membuat Attar benar-benar kecewa.
"Kamu sudah bilang ke pacar kamu?" tanya Attar. Ia jelas mengatur suaranya agar tetap tenang dan terkesan tidak terlalu peduli.
Farah kembali menunduk. Lalu menggeleng lemah.
"Kenapa belum bilang? Dia bisa antar kamu ke dokter kandungan. Dia harus tanggung jawab."
"Saya nggak punya pacar, Pak."
Kali ini mata Attar yang membulat. Bingung. Nggak punya pacar? "Jadi...?"
Farah hanya diam. Dia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana.
"Apa dia adalah mahasiswa di kampus ini?" tanya Attar.
Dengan kepala tertunduk, Farah menggeleng. Ia merasakan suara Attar berubah menjadi lembut dan hati-hati. Tidak lagi dingin dan kasar.
"Tapi Farah kenal dengan orang itu?"
Kali ini Farah mengangguk.
Laki-laki itu bukan pacar Farah, tapi mereka melakukan'nya'? Dan Farah mengenal orang itu?
"Apa... Farah dipaksa?... pemerkosaan?"
Andai itu pemerkosaan, apakah akan jadi lebih mudah bagi Farah? Kenyataannya, itu bukan pemerkosaan. Dia secara sadar membiarkan lelaki itu melakukan hal itu padanya. Meski belakangan dia tahu bahwa lelaki itu tidak benar-benar sadar dan mengira melakukannya pada perempuan lain.
Kenyataan yang menyedihkan itu membuat Farah tiba-tiba menangis. Dia menangis tanpa bersuara, hanya menghapus air matanya berkali-kali. Tapi gerakan itu tertangkap jelas oleh Attar. Dan itu membuat Attar panik.
Attar bangkit dari kursinya, lalu melangkah memutari mejanya, dan duduk di kursi di sebelah Farah.
"Saya minta maaf," kata Attar pelan.
Attar menyesal sudah menghakimi gadis itu terlalu cepat. Kalau gadis itu hamil karena lelaki yang bukan pacarnya, dan jika itu adalah pemerkosaan, artinya gadis itu adalah korban.
"Apa karena itu kamu ingin menggugurkan kandungan?"
Farah mengangkat kepalanya. Tepat saat itu matanya bersitatap dengan Attar. Ia tidak mengerti maksud pertanyaan dosennya itu. Siapa yang ingin menggugurkan kandungan?
"Apa karena itu kamu makan nanas muda? Supaya kamu keguguran?" tanya Attar lagi.
Farah bahkan tidak tahu bahwa wanita hamil tidak boleh makan nanas muda.
"Jangan digugurkan."
Lalu tanpa diduga, Attar menggenggam tangannya. Membuat Farah makin bingung.
"Jangan digugurkan. Ya?"
* * *
Apa ya jawaban buat Pak Attar?
Eeeaaa
* * *
Apakah nanas muda menyebabkan keguguran?
Bisa jadi ya, kalau dimakan 10 buah sekaligus. Jadi kalau ngidam banget, makan sepotong dua potong insyaAllah ga bikin keguguran kok.
Tapi kondisi kandungan masing-masing wanita berbeda. Jadi kalau ngidamnya masih bisa ditahan, mending nggak usah makan nanas muda dulu, minimal sampe lewat trimester awal kali ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top