12. Bole Chudiyan

"Laper nih. Mbak Wati mana sih? Biasanya udah nganterin cemilan," gerutu Ahsan, saat hari sudah makin sore.

"Di dapur kayaknya," jawab Farah singkat.

Tapi kemudian ia melihat wajah Ahsan yang kusut. Entah karena sudah tidak mood belajar, atau karena kelaparan.

"Ke dapur yuk. Kita lihat ada cemilan apa di dapur," usul Farah kemudian.

Dan usul itu disambut antusias oleh Ahsan.

"Tapi abis nyemil, kita menyelesaikan PR Ahsan lagi ya?"

"But after that, you promise to play robot with me?" Ahsan nego.

Ya mau bagaimana lagi kan? Farah terpaksa menyetujui syarat Ahsan. Anak sekecil itu memang belum memiliki kesadaran untuk belajar. Perlu selalu ada iming-iming agar Ahsan mau konsentrasi belajar dan mengerjakan tugas.

Langit yang terlihat dari jendela dapur sudah kemerahan, ketika Ahsan dan Farah memasuki dapur dan mendapati Mbak Wati sedang asik menggoreng sesuatu sambil berdendang dan bergoyang.

Lagu India!

Diputar dari ponsel mbak Wati dengan suara yang tidak terlalu keras sehingga tidak sampai mengganggu orang di luar dapur. Tapi cukup nyaring untuk membuat orang yang mendengarnya bersemangat bergoyang.

Pantas saja mbak Wati menikmati sekali acara menggoreng lumpia sambil bernyanyi dan bergoyang.

Bole chudiyan, bole kangna
Haai main ho gaya tera saajna
Tere bin jiyo naiyo lag da main te marjaawa
Le jaa le jaa, soniye le jaa le jaa
Dil le jaa le jaa, hoooo~~~

Ahsan dan Farah saling melirik dan tersenyum geli melihat mbak Wati, yang saking asiknya bernyanyi dan bergoyang sampai tidak sadar bahwa Ahsan dan Farah sudah ada di balik punggungnya.

Meski itu lagu soundtrack dari film India di tahun 2000an, Farah masih mengenali dan mengingat lagu itu.

Lalu tiba-tiba sekonyong-konyong Farah mendapatkan ide untuk menggoda mbak Wati.

"Haai haai main marjaawa marjaawa tere bin~~~"

Farah bernyanyi mengikuti lirik yang dinyanyikan oleh suara di ponsel mbak Wati.

Kaget, mbak Wati menoleh dan mendapati Farah melangkah mendekat padanya sambil bernyanyi dan bergoyang sesuai gerakan tarian dalam film tersebut. Ketika telah sampai di hadapan mbak Wati, Farah mencomot lumpia yang sudah selesai digoreng dan ditiriskan, lalu berbalik menghampiri Ahsan dan menyerahkan lumpia kepada anak itu. Tidak ketinggalan, saat melangkah mendekati Ahsan, Farah juga masih sambil bernyanyi dan menari, melanjutkan lirik lagu tersebut.

"Ab to meri raatein kat ti taare gin gin
Bas tujhko pukaara kare,
meri bindiya ishaara kare."

Mbak Wati tertawa melihat kelakuan Farah, dan ikut bernyanyi bersama gadis itu. Kali itu ia sampai mematikan kompornya, supaya dapat berkonsentrasi mengimbangi tarian Farah yang tidak kalah dibanding goyangan Kareena Kapoor.

Melihat tingkah Farah dan mbak Wati, Ahsan juga tergelak.

Sambil terus berjoget, Farah menarik Ahsan untuk duduk di kursi makan. Lalu Mbak Wati menyajikan lumpia yang baru saja digorengnya pada sebuah piring dan meletakkannya di meja, di hadapan Ahsan. Sambil tertawa-tawa menikmati pertunjukan Bollywood gratis, Ahsan memakan lumpianya dengan bersemangat.

"Meri paayal bulaaye tujhe,
jo roothe manaaye tujhe
O sajan ji, haan sajan ji
Kuch socho, kuch samjho meri baat ko~~~~"


Farah dan mbak Wati terus saling berbalas lirik dan saling tidak mau kalah menampilkan tarian India versi masing-masing. Ahsan juga menikmati pertunjukan tersebut sambil tertawa-tawa, bertepuk tangan, dan menghabiskan lumpia di hadapannya. Sampai ketika Farah membuat gerakan memutar, dan tiba-tiba menabrak seseorang.

Dengan panik mbak Wati segera mematikan musik dari ponselnya. Hampir saja ponselnya jatuh, saking salah tingkahnya mbak Wati.

"Ba-Ba-Bapak udah pulang?" tanya mbak Wati dengan tatapan ngeri.

Farah sudah tidak bisa lebih ngeri lagi. Karena tepat di hadapannya, sedang memeluk pinggangnya dan menahannya agar tidak jatuh, berdiri seorang lelaki berwajah tampan dengan seringai mengerikan.

"P-p-pak Attar...."


* * *

Meski tidak selalu up-to-date dengan perkembangan pergaulan anak jaman sekarang, sebagai Manajer Kemahasiswaan, sedikit-banyak Attar masih tahu hal-hal yang sedang booming di kalangan remaja. Dan film/tarian India jelas bukan salah satunya.

Mahasiswanya saat ini lebih banyak tergila-gila pada segerombolan pemuda-pemuda cantik asal Negeri Ginseng. Pemuda-pemuda yang masih muda tapi dipanggil seperti kakek-kakek dengan teriakan tergila-gila oleh para gadis itu, "Oppaaaaa~~~"

Jadi ketika ia memasuki rumahnya dan mendapati seorang gadis remaja sedang menari dan menyanyi India dengan sangat luwes, Attar kesulitan menahan diri untuk tidak tertawa. Dia bukan ingin menertawakan gerakan absurd gadis itu. Karena sejujurnya, tarian gadis itu sangat luwes dan gerakannya cantik. Suaranya bahkan lebih merdu daripada suara penyanyi aslinya yang dia dengar dari ponsel Wati.

Rambut panjang gadis itu, yang saat itu sedang dikuncir ekor kuda, bergerak indah saat kepala cantik itu bergerak-gerak lincah, seirama dengan gerakan tubuhnya. Tubuh semampai dan gerakan pinggul yang luwes membuat Attar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

Sampai saat gadis itu berputar dan tidak sengaja menabrak dirinya.

Karena kaget, gadis itu sempat oleng. Dengan cekatan Attar memeluk pinggangnya agar gadis itu tidak terjatuh.

Wajah berkulit putih yang memerah. Mata yang membulat kaget. Bibir yang terbuka, kaget, dan sedikit terengah - - mungkin kelelahan menari. Pinggang yang ramping dan terasa pas di dalam rengkuhannya. Kombinasi semua hal itu membuat Attar kembali merasakan debaran jantung yang sudah lama tidak dirasakannya sejak berpisah dengan Sofia.

Andai saat itu dirinya tidak mendengar suara seorang anak kecil yang memanggilnya, barangkali dia sudah lupa diri.

"Papah pulang! Makan lumpia yuk Pah, sambil nonton Kak Farah dan mbak Wati ngedance. Lucu deh!"

* * *

Pak Haris biasanya diganggu klakson. Kalo Pak Attar diganggu anaknya. Beda emang kalo duda-anak-satu mah. Hahaha. Nasib.

Ada yg ikut deg2an ky Pak Attar ga sih? Atau ikut senyum2?

Kok saya nulisnya sambil senyum2 ya? Hahaha

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top