4 - Pulang Kampung
"Jadi kita mau pergi ke mana?" ujar Zayyan membuka percakapan.
Untuk mengabulkan keinginan Zayyan di to do list ketiga, mau tidak mau sepasang anak kembar itu harus menceritakan tujuh rencana kegiatan yang sudah disusun sesaat sebelum Zayyan dioperasi kepada orang tua mereka.
Respons keduanya baik. Sang bunda bahkan tak bisa berhenti tertawa membaca tulisan pada selembar kertas penuh coretan berisi perdebatan dua anaknya. Ia bersyukur, Tuhan mengijinkan anak-anaknya untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut.
"Kalau bunda inginnya kita pergi ke rumah nenek. Sudah lama kan kita nggak pulang kampung?"
"Boleh. Kebetulan Bapak kemarin bilang mau bedah kolam ikan," sahut ayah.
"Bisa pesta makan ikan kita!" timpal Zayyan penuh semangat.
"Tapi apa nggak kejauhan, Yah? Kita pergi naik motor loh."
Zafran yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya nimbrung. Bukannya dapet respons positif, Zafran malah dapet tatapan tajam dari Zayyan.
Gimana Zayyan nggak melotot, omongan Zafran kemungkinan besar bisa membuat rencananya gagal. Padahal dia udah bayangin bakal makan ikan bakar bikinan neneknya yang luar biasa enaknya.
"Nggak lah! Paling cuman 4-5 jam kan? Namanya juga touring," bela Zayyan. Gimanapun caranya, rencana touring ini harus berhasil.
"Deket kok. Nanti kita lewat jalan pintas biar cepat sampai."
Dalam hati Zayyan bersorak atas ucapan sang ayah. Kalau ayah sudah mengijinkan, maka 98% rencana ini akan terlaksana. 2% sisanya bergantung pada situasi dan kehendak Tuhan.
"Ya udah sana pada beberes baju," perintah sang ibu.
Si kembar lalu meninggalkan ruang tengah. Zayyan menyikut perut Zafran cukup keras hingga abangnya merintih. Untung saja orang tuanya tidak mendengar.
"Lo ngapain ngomong kaya gitu tadi? Lo mau rencana ini gagal hah?" tanya Zayyan yang masih menyimpan rasa kesal.
"Iya." Zayyan melotot mendengarnya. "Soalnya gue males banget perjalanan jauh naik motor. Apalagi motor lo."
"Heh!" Zayyan melipat tangannya di dada. "Si Upi udah dibawa service sama pak Slamet. Nggak ada masalah sama motor gue. Motor lo noh nggak pernah diservice."
"Itu barusan dibawa ayah ke tukang service."
"Nggak modal ya lo. Mau service aja harus nunggu dibawa ayah. Bilang aja nggak mau keluar duit."
"Bacot! Yang penting motor gue lebih mahal dari lo."
"Motor gur lebih antik!"
***
"Assalamualaikum!"
Bunda memberi salam sambil mengetuk pintu. Zayyan berdiri di sebelahnya dengan menggendong tas besarnya. Ayah dan Zafran masih di belakang untuk mengangkut barang bawaan.
Terdengar sahutan dari dalam. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya dengan rambut yang digelung dan kacamata bertengger di hidungnya.
"Ya Allah! Mila?!" ujar sang nenek tampak terkejut. Keluarga si kembar memang tidak mengabari kedatangan mereka ke rumah sang nenek. Wajar wanita itu sangat terkejut dengan kedatangan mereka.
Sang bunda yang telah diketahui bernama Mila itu lantas menyalami ibu mertuanya dan berlanjut dengan sebuah pelukan. Zayyan menatap keduanya dengan haru. Tak sabar menunggu gilirannya menyapa sang nenek.
"Nenek," sapa Zayyan ketika dua wanita itu mengurai pelukan. Yang dipanggil lantas menoleh.
"Siapa ini? Zayyan atau Zafran?" Maklum, beliau sudah berumur jadi kadang masih kesulitan membedakan si kembar.
"Zayyan, Nek!" jawab Zayyan lantas disahuti tawaan sang nenek.
"Ooh Zayyan! Sini! Masya Allah, cucu nenek sudah tinggi sekali!" ucap nenek menyuruh Zayyan mendekat untuk dipeluk. "Sehat kamu?" tanyanya kemudian dengan usapan di punggung Zayyan.
"Sehat, Nek!" jawab Zayyan yang dijawab ucapan syukur dari neneknya.
"Berdua saja? Haris sama Zafran nggak ikut?"
Sebelum Mila menjawab, suaminya sudah terlebih dahulu memotong dengan ucapan salam.
"Assalamualaikum!" ujar Haris, sang ayah, dengan kedua tangan penuh oleh barang bawaan. Anak sulungnya mengikuti dari belakang.
"Waalaikum salam! Ya Allah, bawa apa saja itu banyak sekali?"
"Sedikit oleh-oleh dari Jakarta, Bu!" jawab Mila.
"Pake repot-repot bawa oleh-oleh. Ayo masuk! Ya Allah, siapa ini ganteng sekali?" tanya sang nenek merujuk pada Zafran yang sedang menyapa.
"Emang aku nggak ganteng, Nek?" timpal Zayyan. Semuanya jadi tertawa mendengarnya.
"Ya ganteng dong! Cucu nenek semuanya ganteng-ganteng! Ayo ayo masuk!"
Mereka lantas bergantian masuk ke rumah sang nenek. Di barisan terakhir, si kembar saling menyikut dan berebut masuk duluan. Mereka baru berhenti saat tak sengaja menabrak ayah dan mendapat tatapan menggelegar dari sang kepala keluarga itu.
***
"Lo inget nggak, Ran? Di sini tempat kita pertama kali dibeliin sepeda baru. Bukan kita sebenernya, tapi cuman lo. Trus gue dibonceng, eh jatuh sampe dahi gue dijahit."
Selagi bunda dan nenek sedang menyiapkan makan malam, anak kembar itu duduk di pendopo yang dibangun kakeknya di atas kolam ikan. Pendopo itu berdesain tradisional dengan kayu jati sebagai bahan utamanya. Alasnya menggunakan karpet anyaman. Terlihat nyaman untuk bersantai.
Rumah kakek dan nenek si kembar cukup jauh dari perkotaan. Sawah masih tampak membentang luas di setiap sudut. Pepohonan merunduk rindang. Udara yang mengembus tak terkontaminasi asap lalu kendaraan. Terkadang kalau cuaca cerah, siluet pegunungan dapat terlihat di ujung jalan.
"Masih. Habis itu gue nggak mau deket sama lo lagi."
Zayyan menabur pakan ikan di kolam. Segerombolan ikan yang menghuni di sana lantas berebutan memakannya. Zafran yang penasaran lalu meniru.
"Gue seneng hubungan kita udah membaik pas balik ke sini."
Tidak tau sudah berapa kali Zayyan mengucapkan kalimat itu. Tapi nyatanya emang seseneng itu Zayyan bisa baikan lagi sama Zafran.
"Jadi pengen naik sepeda lagi," gumam Zayyan seraya melempar pakan ikan lagi.
"Emang sepedanya masih ada?"
"Nggak tau."
"Kalaupun masih ada, udah nggak cocok lagi dipake kita. Sepedanya kan kecil."
"Pinjem sepeda kakek?"
"Bisa. Coba sana lo bilang."
Jati diri seorang kakak yang suka nyuruh adeknya emang udah melekat kuat dalam diri Zafran. Untung aja Zayyan nggak pernah protes. Ya itu juga biar keinginannya terpenuhi sih. Zayyan mah mau-mau aja ngelakuin apapun buat itu.
Sang kakek bersama ayah sedang mengobrol di teras rumah dengan dua cangkir kopi dan gorengan sebagai camilan. Mereka emang paling betah kalau udah duduk bareng sambil ngomongin bisnis.
"Kakek!" panggil Zayyan dari kejauhan. Dia berlari kecil. "Kakek masih ada sepeda?"
"Ada. Mau pake?"
"Boleh?"
"Ambil aja di garasi."
"Oke!" Zayyan langsung balik badan menuju garasi. Tak lupa ia memanggil kakaknya untuk turut membantu mengambil sepeda.
Pembicaraan kakek dan ayah terhenti. Menatap si kembar yang hilang di balik pintu garasi. Dengan rokok yang mengepul di jari, sang kakek menoleh ke ayah. "Anak kamu gimana? Udah sembuh?" tanya beliau.
Haris tak langsung menjawab. Ia memandangi anak-anaknya yang lagi berebut menaiki sepeda. "Belum sembuh sepenuhnya, Pak. Kadang masih kambuh. Tapi Zayyan suka mendem sakitnya."
Kakek mengangguk paham. "Sudah terlihat. Mukanya masih pucet. Belum sembuh itu anaknya."
Haris menghela napas mendengar omongan bapaknya. Dia nggak bisa meragukan apapun yang dilihat pria itu. Mitos atau fakta, segala hal yang diucapkan sesepuh tidak boleh dianggap remeh. Ada suatu energi yang percaya atau tidak hanya bisa dipahami oleh orang-orang terdahulu.
"Udah pernah coba pengobatan tradisional?"
"Belum. Anaknya nggak mau diobatin macem-macem."
"Dicoba, Ris. Biar anakmu makin sehat."
"Iya, Pak."
Haris lantas mengangkat cangkir untuk menyesap kopinya. Dia tidak mengkhawatirkan Zayyan yang bisa saja menolak. Anak itu lebih banyak pasrah dengan penyakitnya.
Namun Haris terpikirkan reaksi Zafran. Anak itu paling takut jika Zayyan hendak melakukan pengobatan apapun. Dia selalu khawatir adik sepuluh menitnya tidak selamat, tidak bisa bertahan. Zafran ingin Zayyan normal saja, tidak melakukan pengobatan apapun.
Tentunya itu mustahil. Operasi kemarin bukanlah akhir dari segalanya. Zayyan butuh lebih banyak perhatian dalam hidupnya yang bergantung hanya dengan satu paru-paru.
***
AAAAA MAAF BANGET GUE LUPA UPDATE SEMALEM 😭😭😭
Semoga vibes pulang kampungnya kerasa ya jujur bingung gambarinnya gimana hahahaha
Btw setuju nggak kalo zayyan dapet pengobatan tradisional kaya apa yang diusulin kakek?
Sampai jumpa di update selanjutnya✨
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top