12 - Pelajaran dari Zafran

Sudah lebih dari seminggu, Zayyan hanya berdiam diri di kelas, menunggu kiriman makanan dari Evan yang entah saking setia kawannya atau saking bodohnya mau-mau aja disuruh ini itu sama Zafran. Nggak mungkin dia terus-terusan kaya gini. Walaupun Evan nggak keberatan tapi rasanya nggak enak aja. Emang dia raja yang harus dilayani setiap saat?

Makanya mulai sekarang, Zayyan sengaja bawa bekal dari rumah. Dia juga membiarkan Zafran pergi ke kantin bersama teman-temannya dengan jaminan Zayyan tidak akan keluar kelas tanpa seijin Zafran. Kali ini Zayyan nggak bandel kok. Dia benar-benar nurut semua kata abangnya.

Zayyan mulai sadar kalo hampir semua alasannya masuk rumah sakit karena keegoisannya yang nggak mau sadar sama keadaan tubuhnya sekarang. Dia nggak mau Zafran ngerasa bersalah sama kesalahan yang dia perbuat sendiri.

"Lo mau nitip sesuatu nggak?" tawar Zafran saat hendak beranjak ke kantin.

"Air mineral aja. Gue lupa isi ulang," jawab Zayyan sambil mengangkat botol minumnya yang terisi setengah.

"Segitu cukup buat minum sekarang? Gue balik agak lama keknya. Mau nongkrong bentar."

"Cukup kok. Sante aja."

"Kalo mau ke mana-mana, chat gue. Awas aja lo!"

"Brisik lah! Nggak selera makan nih gue."

"Dibilangin bener-bener juga!"

"Iya nyet! Gue ngerti!"

Zafran menjitak kepala Zayyan lantas beranjak dari kursi. Baru sampai di ambang pintu, adik kembarnya memanggil.

"Tuhkan, lo nggak bisa jauh dari gue," ujar Zafran penuh percaya diri melihat Zayyan kini berjalan menghampirinya.

"Gue mau ke toilet, bego! Katanya suruh laporan kalo mau ke mana-mana."

Zafran hendak menjitak Zayyan lagi tapi adik kembarnya itu sudah menghapal pola serangan Zafran sehingga berhasil menghindar.

"Yaudah bareng. Gue ngelewatin toilet juga."

Zayyan hanya memutar bola matanya malas sebagai jawaban.

***

"Eh, kalo lagi jalan bareng gini, gue jadi susah bedain kalian berdua deh!"

Si kembar menghentikan langkah saat seorang siswi yang berpapasan dengan mereka menegur. Bukan karena nggak ada kerjaan mau meladeni, tapi gerombolan mereka yang berjumlah lima orang berdiri sejajar sampai menghalangi jalan. Kalau dilihat-lihat, si kembar kaya lagi mau dilabrak.

"Iya! Kek nggak ada bedanya nggak sih? Coba liat deh! Tingginya sama, mukanya jelas mirip, kurus-kurusnya juga hampir sama," timpal siswi yang lain.

"Ya, namanya juga kembar, gimana sih? Ya nggak, Ran?"

Zafran yang diajak bicara hanya membuang muka malas. Berbeda dengan Zayyan yang ramah menanggapi walau hanya dengan kekehan canggung.

"Penasaran, deh. Gimana cara bedain kalian sih?"

"Gampang, anjir! Yang kanan Zafran, yang kiri Zayyan. Dari gaya rambut sama bajunya juga keliatan. Bener nggak gue?"

"Bener kok bener," jawab Zayyan dengan senyum manisnya.

"Tuhkan gue bener!"

"Kalo mereka tukeran model rambut gimana? Misal Zayyan potong rambut kaya Zafran, emang kalian masih busa bedain?"

"Halah ribet amat lo pada!"

Satu-satunya cowok yang ada di gerombolan itu bersuara. Mereka serentak menaruh atensi padanya.

"Tinggal cari aja yang penyakitan, udah pasti itu Zayyan!" sambungnya lantas terbahak keras.

Zafran menoleh cepat. Tatapan tajamnya menembak tepat di wajah cowok yang masih sibuk terbahak tanpa sadar bahwa kini dirinya dalam bahaya. Segala bentuk emosi telah tersimpan di kepalan tangan. Siap ia tinjukan pada cowok itu namun tertahan oleh Zayyan yang langsung menariknya pergi.

"Elang apaan sih! Yan, maaf banget ya!" teriak salah satu cewek di sana melihat anak kembar itu langsung pergi.

"Lah apa sih? Bener kan gue?" Samar-samar terdengar jawaban cowok bernama Elang itu di telinga Zayyan.

"Lepas, bangsat!" gertak Zafran seraya menghempas tangannya.

"Diem nggak lo? Nggak usah macem-macem!"

"Itu anjing harus gue hajar, bangsat! Lepasin, woy! Kenceng banget lo megangnya, sakit tangan gue!"

"Ikut gue kalo lo nggak mau gue ngompol di sini!"

***

"Udahlah, Ran! Nggak usah dicari orangnya!"

Zayyan gelisah melihat Zafran sibuk dengan ponselnya, mencari seseorang yang hampir dihajarnya tadi kalau saja Zayyan tidak langsung menariknya pergi.

"Pokoknya itu anjing segerombol sama Talita, Meira, trus sapa lagi lah gue gatau namanya. Mereka berlima dan si anjing cowok sendiri di situ," ujar Zafran dengan seseorang di balik telepon.

"Talita sama Meira anak IPA 4 kan? Setau gue biasanya mereka sama Elang."

"Nah iya bener! Itu namanya!"

"Yaudah, mau samperin kelasnya apa?"

Zafran melirik Zayyan yang lagi nguping. Untungnya Zayyan nggak bisa denger apa yang diomongin Evan. Kalo iya, rencana menghajar orang itu pasti gagal lagi.

Dia lantas menjauh dari Zayyan.

"Pulang sekolah aja nanti. Giring dia ke gudang."

"Oke."

Setelah mematikan teleponnya, Zafran kembali ke bangku.

"Gue marah banget kalo lo mau lanjutin yang tadi," ujar Zayyan.

"Orang kaya dia perlu dikasih pelajaran."

"Guru lo ngasih pelajaran? Gue nggak suka ya kalo lo selalu pake kekerasan buat nyelesain masalah!"

"Trus gue harus pake apa? Kelembutan?"

"Ran lah! Buat apa sih dibawa ribut? Buang-buang waktu doang! Lagian yang dia bilang kan bener. Gue emang penyakitan."

"Jangan bikin gue makin emosi, Yan."

"Lo yang bikin emosi gue duluan!"

Zafran mendecak kasar. Tak peduli dengan larangan Zayyan, dia tetap akan menuntaskan dendamnya.

"Jangan kotorin tangan lo sama hal nggak penting kaya gitu, Ran," ujar Zayyan sedikit melunak.

Zafran melirik kembarannya sekilas. "Gue nggak akan ngotorin tangan gue kok."

***

Zayyan gelisah menunggu Zafran di dalam mobil jemputannya. Kembarannya itu sudah setengah jam tidak kembali juga. Dia beralasan mau ke toilet. Tidak mungkin memakan waktu selama ini.

Kejadian di koridor tadi kembali terlintas di pikiran Zayyan. Apa mungkin Zafran tengah menemui Elang? Apa mungkin Zafran tengah menghajar lelaki itu sekarang? Namun sepertinya semua siswa sudah pulang. Kecil kemungkinan Zafran bertemu Elang di dalam sana karena memang Zayyan sengaja mengulur waktu pulang agar Elang ada kesempatan untuk pulang duluan.

Namun Zayyan nggak tau kalo kembarannya nggak semudah itu meloloskan seseorang yang mengganggu orang yang dia sayang. Teman-teman Zafran sudah terlebih dahulu menahan Elang di gudang sampai Zafran ada kesempatan untuk mampir dan sedikit memberi pelajaran.

Tak tahan menunggu, Zayyan lantas keluar dari mobil. Langkahnya tertahan oleh getaran bertubi-tubi di ponselnya.

"Gue ngelarang lo ngotorin tangan bukan berarti nyuruh lo pake kaki, Ran! Bego!"

Zayyan lantas mengajak supirnya untuk ikut membantunya melerai. Mereka bergegas menghampiri sebelum bubble chat terakhir dari Evan jadi kenyataan.

***

Halo, aku kembali☀️

Gimana bab kali ini? Kesel sama siapa?

Makasih yaa buat yang udah mampir, kasih vote dan komen💓

Semoga kalian selalu sabar menungguku update😢

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top