Sesederhana air mengalir
Bagaimana kabarmu?
Masih tidak terlihat?
Tetap tidak dianggap?
Maaf.
Maaf karena memilih pergi. Mungkin dengan sebagian menghilang, termasuk aku; bebanmu bisa berkurang. Alasanmu untuk tetap berputar kendati lelah, pelan-pelan bisa pudar. Kemudian kamu bisa pulang dan jalani rencana-rencana kecilmu yang manis.
Duduk di beranda.
Bermain dengan saudara.
Temani ayah minum kopi sembari bahas usaha apa yang pas untuk ditekuni.
Bersandar dan membaringkan kepala di paha bunda.
Mimpi sederhana, penuh makna, namun tidak pernah menjadi nyata. Karena dunia sudah memaksamu berdiri tegap sendiri sejak lama. Mengendalikan pikiranmu jika hanya orang lemah yang butuh sandaran. Kamu dipaksa kuat.
Proses kamu menuju dewasa terpotong. Tidak lagi lengkap.
Duniamu gelap. Aku tahu. Tapi gemerlapnya tak bisa buatmu menolak ketika dituntun masuk. Caramu melihat masih sederhana, sesederhana air yang mengalir dari hulu ke hilir. Belum bisa melihat adanya batu, juga jalan air yang kian jauh kian kecil. Terkadang beberapa delta malah membuatnya tertahan. Seiring perjalanan, warnanya tidak lagi bening. Jauh dari kata jernih.
Seperti itukah sekarang?
Jika iya, kumohon jangan takut. Larilah sejauh mungkin. Tak apa keruh, siapa tahu dalam jalanmu menjauh; kotoran di dalamnya pelan-pelan tersaring. Kalaupun tidak berhasil tersaring, jangan bersedih. Setidaknya kamu berhasil menghindar supaya tidak makin keruh.
Kamu berharga. Dalam dirimu terdapat semesta. Bangun, jangan siksa dirimu terlalu lama dengan menjadi boneka bagi manusia-manusia durjana.[]
01.09.19
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top