Perahu?
Perahu kertas?
Ah, tentu saja bukan. Aku tidak pandai membuatnya. Entah ketika balita hingga beranjak dewasa. Hasilnya tidak memuaskan. Sudutnya tidak simetris. Tidak seperti orang kebanyakan. Kadang aku sampai berpikir begini: itu tangan mereka terbuat dari apa sih? Penggaris?
Karena selalu saja rapi. Sudut-sudutnya berukuran sama. Hasilnya juga jauh lebih baik dari punyaku, tentu saja.
Pernah sekali aku membaca dua kata paling atas menjadi sebuah judul novel. Banyak dikagumi, dengar-dengar katanya bagus. Penulisnya sudah tidak bisa diragukan lagi. Tapi, sampai saat ini aku belum sempat membacanya. Ah, sepertinya tangan-tangan pada buku itu belum mampu menarik anak aneh ini.
Ngomong-ngomong masalah perahu. Aku jadi teringat sesuatu. Perihal yang sering ditanyakan.
Cinta.
Aduh bagaimana ya mengatakannya, aku jadi bingung sendiri. Mungkin karena aku tidak pernah terlihat memiliki hubungan khusus dengan lawan jenis, mereka jadi menanyakan hal-hal semacam ini. Aku cuma bisa senyum-senyum menjawab pertanyaan itu.
"Apa kamu pernah jatuh cinta?"
Sedikit terkejut, tapi tak apalah. Sampai saat ini mereka belum mendapatkan jawaban yang mereka inginkan. Sengaja sih, supaya penasaran. Nanti supaya bisa ditanya-tanya lagi, haha. Biar mereka tidak canggung untuk memulai pembicaraan dengan seseorang yang lebih senang menerima bola ini.
Kabar baiknya, aku akan jawab di sini.
Tentu saja aku pernah jatuh cinta. Ibarat sebuah perahu, cintaku pernah berlayar jauh. Terombang-ambing dihantam ombak, beberapa kali menabrak karang. Beruntung perahu itu tidak karam dan tenggelam di tengah lautan. Hanya saja, saat ini dia masih tetap berlayar. Belum menemukan tempat untuk pulang.[]
05.08.19
Hey, apa kabar?
Sudah menemukan tempat untuk menepi?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top