No[O]ne
"Kan sudah aku bilang, semuanya akan baik-baik saja. Kenapa kamu berlebihan sekali?!"
Dia pergi dengan menarik tas di atas meja secara kasar, langkahnya menjejak ubin penuh emosi. Kemudian bunyi pintu yang dibanting keras menghilangkan sosoknya dari jarak pandang. Hela napas yang begitu berat kembali keluar, selalu saja seperti ini.
Bagiku kesempatan benar-benar enggan menampakkan diri.
Pilihan yang kupunya sekarang hanya berbalik, mencangklok tas gendong satu-satunya dengan warna pudar. Termakan oleh jahatnya waktu juga musim yang terus berganti. Mengambil langkah kecil tanpa minat untuk menyusuri jalanan menuju rumah.
Ini berat sekali.
Menjadi sosok yang terlalu peduli pada masalah orang lain sama sekali bukan hal yang patut mendapatkan pujian. Selain seringkali memperoleh kata-kata yang serupa makian, rasanya berkali lipat lebih sakit saat kepedulian yang diutarakan malah dianggap suatu hal yang menjijikkan.
Mengganggu privasi orang.
Tidak bisa memberi ruang.
Padahal lewat kepedulian itu, aku mencoba melindunginya. Mengajaknya kembali mendekat padaku. Aku menyayangi sosok yang hilang ditelan pintu pagi tadi. Sangat.
Dia yang selalu marah tiap kali diingatkan, dia yang merasa dihakimi, selalu tersinggung oleh kata yang keluar dari bilah bibirku yang kering. Penuh bau busuk, dia tidak suka dengan aku yang selalu mengingatkannya tentang tujuan hidup sebenarnya.
Dia yang selalu marah setiap kali nama Tuhan kusebut dalam setiap problematika hidupnya. Padahal kami sama. Jika sejak awal kami berbeda, rasanya tidak akan sesakit ini.
"Ini tidak ada hubungannya dengan keimanan seseorang. Kamu harus banyak-banyak baca buku supaya pengetahuan yang kamu dapat itu luas. Tidak berputar dalam satu tema saja, apalagi sampai bawa-bawa agama."
Aku aneh saja. Kenapa kamu harus marah hanya dengan persoalan sepele seperti ini?
Saat kutanya,"Kenapa?"
Dia kembali marah-marah. Seakan agama sesuatu yang salah dan tabu untuk dibicarakan. Pokoknya, agama itu ya agama. Tidak boleh disangkut pautkan dalam segala aspek kehidupan.
"Jangan campur adukkan masalah agama dengan kehidupan sehari-hari!"
Aku jadi bingung, aku hidup di jaman apa, sekarang?[]
28/06/19
Lumut kering penuh dosa.
Rasanya seperti sedang memeras handuk kering, dan berharap akan keluar air.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top