Luka

Aku berusaha untuk berhenti menuntut semua perhatian dan meminta dimengerti. Selalu ada bagian dalam diri yang coba cari celah jika bukan aku saja yang terluka. Dia yang memberikan luka bisa saja punya lara.

Mungkin terlalu dalam, atau tidak begitu dalam tapi terlambat dapatkan penanganan. Jadi, sakitnya masih bertahan sampai sekarang. Bisa jadi malah makin parah sampai timbulkan peradangan. Atau sudah infeksi hingga timbulkan nanah? Mungkin juga perlu beberapa tindakan yang lebih jauh, seperti amputasi misalnya.

Aku selalu marah. Bahkan dalam diam. Marah pada keadaan, marah pada diri sendiri, dan marah pada semua orang. Semarah itu. Bahkan rasanya sampai ingin menaruh dendam. Hanya saja, benihnya tidak pernah berhasil ditanam. Selalu layu kembali ketika kusiram dengan kata-kata ajaib yang mampu buatku bertahan untuk pahami keadaan.

Setiap orang punya lukanya masing-masing.

Dan aku tidak mau jadi penyumbang lukanya yang lain. Jika ada yang memberiku luka, maka sebisa mungkin kebalas dengan hal yang timbulkan suka. Namun, kalau tetap tidak bisa maka aku lebih memilih diam. Karena aku tidak mau berada di level yang sama seperti mereka. Aku bukan mereka, dan mereka bukan aku. Perihal bagaimana rasanya luka, cukuplah aku yang tahu.[]










27.10.19

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top