Kakak, Dia, dan Cinta
Tadi pagi kakak marah. Sama seperti kemarin pagi, dan kemarinnya lagi. Padahal biasanya dia bersikap masa bodoh. Baru kali ini ia begitu perhatian, tapi berakhir menyebalkan. Jadi kupikir tidak usah saja sekalian.
Kakak senang sekali mengganggu hidupku. Merusak apa yang membuatku senang. Dia selalu bilang jika begitu sulit menasehati orang yang sedang jatuh cinta, ketika aku melakukan pembelaan. Padahal aku hanya membeberkan fakta saja. Kenyataan yang tertutup dari matanya, dia tidak malihat apa yang kulihat begitu pula sebaliknya.
Padahal aku tidak jatuh cinta. Aku hanya menaruh kekaguman yang kupunya pada sosok di depan sana. Sosok yang bisa membuat kakak meradang. Aku sendiri heran, bukankah ini yang kuharapkan sebelumnya? Mendapatkan perhatian. Namun, ketika kakak melakukan ini kenapa aku jadi kesal?
Kakak tidak pernah menangis. Tapi di sepertiga malam saat aku melewati kamarnya untuk mengambil minum, dia menangis. Lirih, tapi masih bisa didengar. Karena penasaran, aku memilih masuk dan bertanya apa yang terjadi padanya (setelah berdiri cukup lama di depan pintu).
"Berhenti menjadikan sosok yang masih hidup sebagai sumber semangatmu. Berhenti jadikan mereka idola, bersikaplah sewajarnya."
"Kakak ini bilang apa sih?"
"Kamu mencintai sosok yang salah. Kakak nggak bisa bayangin gimana nanti saat sosok itu pergi."
"Kak, aku nggak jatuh cinta."
"Kamu jatuh cinta. Cinta buta dan kakak takut kamu hilang."
"Maksud kakak?"
"Kamu tahu? Setelah mendengar kamu bilang jika tanpa dia kamu mungkin sudah tidak ada di dunia ini, dia sumber penyemangat kamu, dia yang bisa buatmu bertahan, hanya dia yang mengerti kamu. Kakak takut."
"Kenapa?"
"Jika sumber kekuatan untukmu dia yang masih hidup. Sedangkan kamu tahu tiap yang bernyawa akan merasakan mati, lantas saat dia pergi dan tidak akan pernah kembali, akankah kamu ikut lenyap dari bumi meski belum waktunya kamu untuk kembali?"[]
13.08.19
04:22
Sedang bingung mau pulang atau nggak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top